Pengantin Baruku - Bab 31 Kali Ini Sudah Melembut
Jenifer Wen karena tidak mengerti dengan maksud perkatannya melirik Galvin He dan kemudian berpikir mungkin hanya mengatakan sepatah kata itu tidak cukup baginya.
Jadi Jenifer Wen membungkukan badannya dengan tegas, "Aku sangat berterima kasih padamu."
Galvin He melihat sikapnya yang begitu serius, merasa lucu, "Heh sudah-sudah, berdiri lah, kamu membungkuk seperti ini kalau di lihat orang lain pasti mengira kamu sedang menghadiri upacara peringatan."
Jenifer Wen tersipu, sedikit malu, "Lalu, aku harus bagaimana untuk mengungkapkan rasa terima kasihku dengan jelas, atau kalau tidak mentraktirmu makan?"
Galvin He menatap mata Jenifer Wen yang sangat serius, dan entah kenapa dia jadi ingin menggodanya, "Untuk makan, selama aku tinggal di hotel lebih dari sebulan sudah makan banyak dan bosan.”
Jenifer Wen mendengarnya menjadi sedikit. Orang ini apakah dia sedang mempermainkannya?
"Makanan di luar itu begitu-begitu saja dan sangat membosankan, atau kamu bisa memasak sendiri dan mencicipi hasil masakanmu padaku, bagaimana, cara ini cara yang paling tulus."
Galvin He memandang pipi Jenifer Wen yang merah, matanya bersinar dan ada sedikit air, tetapi matanya masih terlihat menyilaukan. Yang dia tidak tahu adalah semakin dia keras kepala semakin membuat orang lebih tertarik untuk menindasnya.
Jenifer Wen berpikir sejenak, "Tapi, masakanku pasti tidak sebaik koki koki restoran."
"Ya tidak apa-apa, yang terpenting itu niat tulusmu kan? Sudah seperti itu saja ya, kamu kembali lah bekerja, untuk orang itu, aku akan menyuruh orang untuk menyelidikinya, dan tidak akan membiarkan dia melakukan apapun yang dia inginkan di perusahaan ini."
Setelah mengatakan itu, Galvin He melambaikan tangannya dan berjalan ke lift VIP yang didedikasikan untuk para pemimpin perusahaan.
Jenifer Wen melihat kepergiannya, merasa sedikit bingung, tetapi perasaan santai dan tenangnya lebih mendominasi.
Seseorang mempercayainya dan membantunya memecahkan masalah antar kolega yang sengaja menjebaknya. Perasaan ini seperti seberkas cahaya yang memasuki kegelapan.
Ya mungkin kedepannya tidak akan sesulit yang dibayangkan.
Jenifer Wen tersenyum dan kembali ke ruangannya.
Barang-barangnya telah dikembalikan ke tempatnya semula, dan Vinnie yang berada tidak jauh darinya sedang menangis dan menghancurkan benda-benda di atas mejanya.
Jenifer Wen meliriknya, tidak ada sedikitpun rasa simpati untuknya, segala yang di terima oleh Vinnie itu adalah kesalahan yang di buatnya sendiri.
“Apa lihat-lihat? Jangan kira setelah kamu berhasil memeluk kaki direktur He kamu bisa bebas dan aman disini, pasti akan masanya kamu akan di buang, dan aku akan sangat penasaran bagaimana nasibmu nanti.”
Jenifer Wen mendengar itu, sorot matanya menggelap, “Aku hanya tahu, jangan pernah melakukan sesuatu yang menyakiti dan menjebak orang lain karena itu hanya akan berbalas kepada diri sendiri.”
……
Beberapa hari kemudian, akhir pekan.
Jenifer Wen dan Galvin He membuat janji, dia akan mempersiapkan makanannya di rumah kemudian mengantarnya untuk Galvin He.
Oleh karena itu, Jenifer Wen bangun pagi-pagi pergi ke pasar sayur dan membeli beberapa bahan untuk diolah.
Nicholas Lu yang di pagi hari tidak melihat Jenifer Wen mengerutkan keningnya.
Biasanya di akhir pekan, Jenifer Wen akan tinggal di rumah dan tidak berkeliaran kemana-mana. Dan sekarang, bahkan di waktu istirahatpun dia tidak bisa diam di rumah?
Kebetulan, pelayan datang membawa kopi untuknya, jadi dia berlagak santai tidak peduli, bertanya, "Apakah kamu melihatnya?"
Tak perlu dijelaskan, para bawahan dari nada bicara Nicholas Lu juga bisa menebak siapa "dia" ini.
“Nyonya muda sedang sibuk di dapur, mungkin dia ingin turun tangan dan memasak sendiri.” Setelah menjawab itu pelayan itu langsung pergi dari sana.
Nicholas Lu mengambil kopi, menyesapnya, rasa lembut kopinya menyebar, alis kerutannya juga mengendur, lalu dia mendengus dingin.
"Dia pikir dengan melakukan hal semacam ini bisa menyenangkanku?"
Setelah kejadian hari itu, keduanya tidak pernah berbicara lagi.
Nicholas Lu tentu tidak akan membuka obrolan dulu, jadi dia kali ini sudah melembut?
Nicholas Lu mengangkat kakinya yang panjang dan menunggu dengan santai.
...
Jenifer Wen yang sibuk di dapur beberapa kali juga ada menanyakan beberapa pertanyaan kepada koki keluarga Lu.
Sejujurnya, dia tidak begitu tahu cara memasak. Sebelum masuk penjara, meskipun dia tidak dipandang oleh Richard Wen tapi dia juga masih menjadi nona muda di keluarga Wen, jadi setidaknya untuk mencuci memasak dan lainnya tidak di lakukan oleh dirinya sendiri.
Tapi itu sudah menjadi masa lalu.
Jenifer Wen sambil memasak, tersenyum masam.
Dia berpikir, dia sepertinya memang harus mempelajari keterampilan bertahan hidup yang sangat dasar ini, karena kalau tidak, setelah dia nanti diusir oleh keluarga Lu, dia tidak bisa bertahan hidup sendiri.
Setelah beberapa lama, Jenifer Wen akhirnya dengan susah payah berhasil menyelesaikan masakannya, memasukannya ke dalam kotak makan dengan hati-hati. Setelah berterima kasih kepada koki, dia baru keluar dari dapur.
Nicholas Lu yang sudah menunggu lama di kamar. Setelah membaca dokumen di tangannya dan tidak membalik halamannya karena pikirannya yang kemana-mana, sampai Yuni Xia datang untuk memberi tahunya pergi makan siang. Dia baru keluar dan menemukan kalau Jenifer Wen tidak ada di rumah, dan baru kemudian menyadari ada yang salah.
“Mana Jenifer?”
Yuni Xia melihat Nicholas Lu yang tampak kesal, bergegas untuk mengajukan keluhan, "Nyonya muda, pagi-pagi sudah memasak di dapur dan setelah selesai dia langsung membungkusnya dan pergi keluar, tidak tahu makanan itu untuk siapa...Saat aku bertanya dia malah memarahiku."
Suara Yuni Xia menjadi semakin kecil, dan pada akhirnya, dia menundukkan kepalanya dengan sangat sedih.
Setelah mendengarkan itu, Nicholas Lu langsung kehilangan nafsu makannya. Dia menepuk meja dan membuang sumpitnya, "Aku pergi keluar dulu."
Ya dia ingin melihat wanita itu pergi kemana dan melakukan apa.
...
Jenifer Wen naik bus ke tempat tujuan, dan memakan waktu sedikit lama untuk sampai ke tempat yang disepakati keduanya.
Galvin He yang sudah sampai melihatnya datang dengan keringat dan memegang kotak makan siang di tangannya, dalam hatinya paling dalam merasa tersentuh.
Dia tak menyangka, Jenifer Wen akan menganggap serius kata-katanya yang mirip dengan lelucon itu.
"Maaf, agak terlambat. Aku membawa makanannya, tapi sepertinya tidak terlalu enak..." kata Jenifer Wen dengan canggung.
Dia telah mencicipi semua masakan ini sebelum dia datang.Meskipun makanannya tidak sampai tidak bisa dimakan, tapi juga tidak bisa di sebut lezat.
Oleh karena itu, dia sengaja membawa uang tabungannya. Kalau Galvin He tidak menyukainya, dia bisa pergi mengajaknya makan di restoran.
“Kalau begitu aku akan mencobanya dan melihat apakah sikapmu itu karena kamu terlalu rendah hati.” Galvin He mengangkat bahunya dengan santai membuka kotak makan siang dan mengambil beberapa suapan.
Jenifer Wen mengelus dompetnya dan siap menerima ekspresi tidak enak darinya, tapi Galvin He sebaliknya tidak menunjukkan ekspresi yang tidak menyenangkan seperti yang dibayangkannya, tapi malah makan dengan penuh semangat.
Setelah beberapa saat, dia memakan habis semua makanan yang dibuatnya.
Jenifer Wen melihatnya, merasa sedikit gugup, Galvin He menghentikan gerakan sumpitnya dan meliriknya, "Kamu kenapa terus menatapku, apakah ada sesuatu yang kotor di wajahku?"
Jenifer Wen hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tidak, menurutku kamu sangat tidak pilih-pilih makanan. Lagipula, aku sangat mengerti level memasakku..."
"Tidak, bukan itu masalahnya. Makan tidak hanya di lihat dari rasanya, tapi juga di lihat apakah itu dibuat dengan sepenuh hati atau tidak." Galvin Dia tersenyum dan menyeka sudut bibirnya, "Kamu tidak seburuk yang kamu pikirkan, di masa depan nanti, kamu bisa untuk lebih percaya diri."
Ini adalah pertama kalinya Jenifer Wen mendengar orang yang tidak dikenal menyemangatinya. Dia terkejut sesaat, dan kemudian tersenyum dari hati yang paling dalam.
Jenifer Wen jarang tertawa. Setelah keluar dari penjara, pikiran dan penatnya terlalu banyak. Wajahnya kebanyakan terlihat dingin dan tidak menunjukkan ekspresi sedikit pun, tetapi ketika dia tersenyum, dia sebenarnya sangat cantik.
Galvin He menatap wajah Jenifer Wen yang tersenyum, melamun, seolah ada sesuatu yang menyerangdada kirinya, dan membuat jantungnya berdegup sangat cepat.
Novel Terkait
King Of Red Sea
Hideo TakashiEternal Love
Regina WangDark Love
Angel VeronicaNikah Tanpa Cinta
Laura WangThe Great Guy
Vivi HuangWonderful Son-in-Law
EdrickCutie Mom
AlexiaMore Than Words
HannyPengantin Baruku×
- Bab 1 Menikah Dengan Lelaki Yang Tengah Koma
- Bab 2 Joyous
- Bab 3 Hari Pernikahan
- Bab 4 Kamu Siapa?
- Bab 5 Harusnya Waktu Itu Langsung Bunuh Dia Saja
- Bab 6 Dengarkan Kataku
- Bab 7 Kesepakatan
- Bab 8 Pulang Ke Rumah
- Bab 9 Makna Keluarga Untuknya
- Bab 10 Mengeluarkan Uang 50.000 Yuan Untuk Membayar Kepahitannya
- Bab 11 Yang Di Sebut Cinta
- Bab 12 Tidak Lebih Dari Itu
- Bab 13 Membantunya Meluapkan Emosi
- Bab 14 Rindu Aku Tidak?
- Bab 15 Di Mata-Matai
- Bab 16 Aku Mohon Lepaskan Aku
- Bab 17 Dia Sadar!
- Bab 18 Mimpi Buruk Itu Datang Lagi
- Bab 19 Kamu Sungguh Tidak Tahu Malu
- Bab 20 Kenapa Belum Mati Juga
- Bab 21 Dasar Wanita Murahan
- Bab 22 Kehadirannya Apakah Benar Kebetulan?
- Bab 23 Aku Menyetujuimu
- Bab 24 Kenapa Bisa Dia
- Bab 5 Di Dunia Ini Ada Begitu Banyak Jebakan
- Bab 26 Eksrrim
- Bab 27 Tidak Usah Pergi Kemana-Mana
- Bab 28 Foto
- Bab 29 Tanpa Mengatakan Apa-Apa Sudah Ingin Pergi
- Bab 30 Salah Paham
- Bab 31 Kali Ini Sudah Melembut
- Bab 32 Anggap Saja Aku Memohon Padamu
- Bab 33 Bertemu Setiap Hari
- Bab 34 Tidak Mengerti Perkataan Manusia
- Bab 35 Menghancurkan Perasaan Cherry Wen
- Bab 36 Menerima Banyak Penderitaan
- Bab 37 Seperti Sedang Mengurusi Istri
- Bab 38 Tidak Sanggup Menerimanya
- Bab 39 Sangat Keras Kepala
- Bab 40 Membantumu
- Bab 41 Hanya Aku Yang Bisa Menghukumnya
- Bab 42 Tidak Cocok Untukmu
- Bab 43 Benar-benar Kacau
- Bab 44 Nicholas Lu Membantunya
- Bab 45 Hanya Mainan
- Bab 46 Tidak Perlu Kembali Lagi
- Bab 47 Seharusnya Mati Di Dalam Penjara
- Bab 48 Tidak Bisa Tidak Curiga
- Bab 49 Tidak Sesederhana Itu
- Bab 50 Benar-benar Tidak Tahu Malu
- Bab 51 Tak Tahu Malu
- Bab 52 Mengirim Diri Ke Pelukanmu
- Bab 53 Lantas Apakah Disengaja?
- Bab 54 Jangan Biarkan Dia Lolos
- Bab 55 Tetap Adalah Dia
- Bab 56 Memprovokasi Adik Ipar
- Bab 57 Mengada-ada
- Bab 58 Mengungkapkan Kepada Publik
- Bab 59 Orang Itu Tidak Akan Datang
- Bab 60 Tidak Sadar
- Bab 61 Menggali Lubang Kubur Sendiri
- Bab 62 Mengungkapkan Isi Hati
- Bab 63 Dia Kembali
- Bab 64 Datang Untuk Membahas Perceraian
- Bab 65 Mendekatinya Dengan Ganas
- Bab 66 Hilang Kendali
- Bab 67 Itu Tidak Buruk
- Bab 68 Semua Ini Salahmu
- Bab 69 Rahasia Cherry
- Bab 70 Membakar Diri Sendiri
- Bab 71 Sudah Tidak Memiliki Harga Diri Lagi
- Bab 72 Bisa-Bisanya Mencuri
- Bab 73 Tidak Merasa Tidak Adil
- Bab 74 Benar-Benar Rubah Licik
- Bab 75 Sebentar Lagi Akan Tiba
- Bab 76 Aku Mohon Jangan
- Bab 77 Tidak Apa-Apa
- Bab 78 Menemukan Wanita Itu
- Bab 79 Benar-Benar Membuatku Muak
- Bab 80 Menemukan Wanita Kemarin Malam
- Bab 81 Kamu Adalah Barang
- Bab 82 Tertekan Tapi Tak Bisa Diungkapkan Dengan Kata-kata.
- Bab 83 Apa Yang Sebenarnya Sedang Terjadi?
- Bab 84 Kamu Hamil!
- Bab 85 Aborsi
- Bab 86 Semuanya Akan Berakhir
- Bab 87 Meninggalkan Rumah Keluarga Lu
- Bab 88 Orang Yang Lewat
- Bab 89 Benar-benar Muak
- Bab 90 Ketahuan Hamil
- Bab 91 Kecuali Aku Mati
- Bab 92 Coba Saja
- Bab 93 Tubuhnya Terlalu Lemah
- Bab 94 Aku Sudah Salah Paham Padamu
- Bab 95 Pergi Ke Perusahaan
- Bab 96 Ternyata Kamu Menyukai Wanita Seperti Ini
- Bab 97 Tidak Mungkin Menyukainya Juga, Kan?
- Bab 98 Tidak Ada Kesempatan Sedikitpun
- Bab 99 Tidak Mungkin Dinafkahi, Kan?
- Bab 100 Harus Mendapatkan Jenifer
- Bab 101 Pura-pura Tidak Mau
- Bab 102 Selamatkan Anakku
- Bab 103 Apakah Ingin Tahu Siapa Ayah Dari Anak Ini?
- Bab 104 Diculik!
- Bab 105 Pilihan Nicholas Lu
- Bab 106 Melukai Anaknya
- Bab 107 Kenapa Tidak Senang?
- Bab 108 Anak Ini Adalah Anaknya
- Bab 109 Terharu
- Bab 110 Jarak Tidak Terjangkau
- Bab 111 Menjaganya
- Bab 112 Peduli Padanya
- Bab 113 Tidak Ada Celah
- Bab 114 Apakah Kamu Cemburu?
- Bab 115 Masih Ingin Mempunyai Anak?
- Bab 116 Untuk Orang Yang Kucintai
- Bab 117 Hanya Teman
- Bab 118 Hanya Untuk Balas Dendam
- Bab 119 Aku Tidak Perlu Bantuanmu
- Bab 120 Mengeluh
- Bab 121 Biarkan Aku Menjagamu
- Bab 122 Menemukan Jalan Keluar
- Bab 123 Seperti Melihat Seekor Anjing
- Bab 124 Apa Masih Ada Keadilan
- Bab 125 Apakah Sedang Berbohong Padanya
- Bab 126 Pemikiran Yang Berani
- Bab 127 Sesuatu Terjadi Pada Nicholas Lu
- Bab 128 Berbohong Pada Satu Wanita
- Bab 129 Bisa Memberimu Kesempatan
- Bab 130 Bayar Harganya
- Bab 131 Aku Tidak Ingin Mendengar Kata-kata Ini
- Bab 132 Membuatnya Membayar
- Bab 133 Kamu Cemburu?
- Bab 134 Jenifer Wen, Itu Kamu Kan
- Bab 135 Sedang Berbohong
- Bab 136 Sama Sekali Tidak Mirip Dia
- Bab 137 Calon Menantu Perempuan Adalah...
- Bab 138 Untuk Apa Menyerahkan Diri
- Bab 139 Itu Bergantung Kepadamu
- Bab 140 Tidak Akan Ada Lagi Orang Yang Peduli Kepadanya Seperti Ini
- Bab 141 Ada Sesuatu yang Disembunyikan Dariku
- Bab 142 Percaya
- Bab 143 Sesedih Itu?
- Bab 144 Hanya Boleh Berhasil Tidak Boleh Gagal
- Bab 145 Pergi Mencari Orang Lain
- Bab 146 Ternyata Tidak Patuh
- Bab 147 Lebih Baik Mati
- Bab 147 Dasar Murahan
- Bab 148 Aku Menginginkanmu
- Bab 150 Harus Lebih Bisa Mengontrolnya
- Bab 151 Membujuknya Untuk Tidak Mendengarkan, Tetapi Menerimanya Dengan Paksa.
- Bab 152 Tidak Akan Gegabah Lagi
- Bab 153 Mengeluh Di Belakang
- Bab 154 Merasa Sangat Tertekan
- Bab 155 Semuanya Sudah Berlalu
- Bab 156 Depresi Berat
- Bab 157 Tidak Layak
- Bab 158 Mau Menjadi Musuhku Selama Sisa Hidupmu
- Bab 159 Semua Adalah Salah Wanita Itu
- Bab 160 Mendapatkan Siksaan Atas Kejahatan Yang Telah Dilakukan
- Bab 161 Keluarga Lu Tahu
- Bab 162 Menghancurkan Reputasinya
- Bab 163 Mengabaikannya
- Bab 164 Dia Harus Bagaimana?
- Bab 165 Anak Ini Adalah Anakmu
- Bab 166 Setelah Di Lahirkan Buang Anak Itu
- Bab 167 Hatinya Merasa Begitu Lelah
- Bab 168 Dia Pikir Dia Siapa?
- Bab 169 Gambaran yang Menusuk Mata
- Bab170 Salah Mengenali Orang