Pengantin Baruku - Bab 35 Menghancurkan Perasaan Cherry Wen
Telepon itu dari Cherry Wen.
Jenifer Wen tidak ingin moodnya dirusak olehnya, jadi dia langsung menutup teleponnya.
Tapi, Cherry Wen seperti tidak bermaksud untuk menyerah sama sekali, terus meneleponnya.
Dia memangnya begitu santai dan tidak ada kerjaan lain ya?
Jenifer Wen dalam kepalanya berpikir, Cherry Wen adalah bintang wanita yang sedang populer, di kota J seluruh penjuru ada poster besar dan iklan TVnya. Tapi dia mengapa selalu seperti tidak ada kerjaan datang dan memata-marainya?
"Ada apa?"
Jenifer Wen akhirnya menjawab telepon dengan nada tidak sabar.
“Memangnya kalau tidak ada apa-apa aku tidak boleh telepon untuk menyapa kakakku, hm?” Cherry Wen memainkan kuku yang baru saja dikutek, matanya penuh dengan kemenangan.
Pagi ini, seorang informan di perusahaan Jenifer Wen yang sudah di aturnya menelepon dan mengatakan kalau Jenifer Wen telah mengundurkan diri, ya dia mungkin tidak tahan dengan rumor tersebut.
Cherry Wen tentu tidak ingin melewatkan kesempatan seperti ini untuk semakin menambah luka di hati Jenifer Wen.
“Aku dengar kamu telah mengundurkan diri dari perusahaan. Sepertinya kamu baru bekerja disana sebulan dan sudah keluar dari perusahaan itu. Ah benar-benar tidak berguna."
Alis Jenifer Wen menjadi lebih rapat ketika dia mendengar kata-kata itu.
Dia benar-benar sungguh membosankan, tapi kalau Cherry Wen tahu bahwa dia sekarang sudah bekerja di puncak perusahaan Lu, apakah dia akan marah?
Berpikir tentang itu, Jenifer Wen dengan sengaja menjawab dengan nada terkejut yang berlebihan, "Cherry, otak informanmu mungkin sedikit tidak baik. Aku memang berhenti bekerja disana, tapi aku sekarang bekerja di perusahaan Lu. Jadi aku ini bukan disebut tak berguna tapi tepatnya berhasil melompat ke pekerjaan yang lebih baik, benar kan?"
Cherry Wen awalnya memiliki ekspresi tenang, tetapi ketika dia mendengar kata-kata Jenifer Wen, dia tiba-tiba menjadi terdistorsi.
Perusahaan Lu?
Orang yang bekerja di perusahaan Lu adalah para lulusan dari semua sekolah bergengsi.
Lalu bagaimana mungkin seseorang seperti Jenifer Wen yang hanya memiliki ijazah SMA bisa bekerja disana!
"Hehe, kak, kamu ini apa karena tidak sanggup menerima tekanan jadi gila seperti ini? Perusahaan Lu bagaimana bisa menginginkan seseorang seperti kamu? Kalau kamu ingin menyombongkan diri, kamu seharusnya mencari alasan yang masuk akal, hm?"
"Percaya atau tidak ya terserahmu." Jenifer Wen tentu tidak mau menjelaskan padanya, "Aku masih punya pekerjaan lain dan tidak punya waktu untuk berbicara omong kosong denganmu."
Setelah berbicara, Jenifer Wen langsung menutup telepon.
Di sisi lain telepon, Cherry Wen tampak tak bisa percaya, akal sehatnya berkata kalau Jenifer Wen pasti berbohong dan ingin dia mengacaukan dirinya sendiri.
Tetapi dia tidak bisa mengendalikan pikirannya, terutama ketika dia memikirkan dan mengetahui kalau Nicholas Lu secara pribadi muncul di kantor polisi untuk membantu Jenifer Wen di waktu itu...
Mungkinkah Nicholas Lu yang sudah mengaturnya ke dalam perusahaan Lu dan tinggal bersamanya?
Pikiran Cherry Wen terhadap Nicholas Lu adalah seorang presdir yang berdarah dingin dan berbeda dengan orang pada umumnya, dan dia tidak ingin lelaki sepertinya memiliki hubungan bersama Cherry Wen...
“Coba hubungi perusahaan Lu, bilang pada mereka kalau aku ingin bekerja sama dengan mereka.”
……
Jenifer Wen menutup telepon, dan untuk pertama kalinya dia merasa bersemangat di depan Cherry Wen. Meskipun kepercayaan ini agak salah tapi itu membuatnya merasa jauh lebih baik.
Karena itu, dia setidaknya bisa tahan dengan pekerjaan ini, setidaknya, dengan dia disini bisa membuat hati Cherry Wen tidak tenang.
Memikirkan hal ini, antusiasme Jenifer Wen melonjak, dia membawa seember air bersih masuk, dengan hati-hati mulai menyeka kaca di depannya.
Saat menyeka kaca, Jenifer Wen tiba-tiba teringat bahwa terakhir kali dia telah salah paham dengan Nicholas Lu yang menyebarkan rumor di perusahaan, dan dia belum menjelaskan padanya dengan jelas.
Melihat ruangannya yang sekarang kosong, Jenifer Wen ragu-ragu. Apakah harus pergi meminta maaf padanya?
Setelah memikirkan tentang sikap buruk lelaki itu terhadapnya baru-baru ini, Jenifer Wen sedikit mundur, tetapi dia mengerti bagaimana rasanya disalahartikan, jadi setelah menyeka kaca, dia duduk dan menulis di selembar kertas kecil.
Kalau ada kesempatan, Nicholas Lu bisa melihatnya sehingga dia bisa merasa lebih nyaman. Adapun keputusan lelaki itu mau menerimanya atau tidak ya itu urusannya.
...
Dalam beberapa hari berikutnya, Jenifer Wen banyak melakukan banyak hal di luar ruangan Nicholas Lu.
Nicholas Lu sendiri sangat waspada dan sepertinya tidak ingin melihatnya di tempat kerja, jadi Jenifer Wen belum memiliki kesempatan untuk meneruskan catatan kertas kecil tersebut padanya.
Ketika Jenifer Wen sedang membersihkan ruangan, Jordy An datang dan berkata, "Presdir Lu ingin minum kopi. Aku sedang ada tugas mendesak yang harus dilakukan sekarang. Pergi dan buatkan dia secangkir kopi."
Setelah meninggalkan kata-kata ini, Jordy An bergegas pergi.
Jenifer Wen hanya memandangnya kepergiannya tapi tidak menghentikannya.
Pergi membuatkan kopi untuk Nicholas Lu? Jenifer Wen langsung migrain, tetapi, ini adalah perintah, dia harus melakukannya, jadi dia hanya bisa menggertakan gigi dan berjalan masuk.
Kopi yang diminum Nicholas Lu tentu berbeda dari karyawan biasa, semuanya baru dan digiling dengan tangan.
Jenifer Wen sebelumnya bertemu dengan Jordy An beberapa kali saat menyajikan itu, pada saat itu, dia berpikir kehidupan Nicholas Lu benar-benar mewah, dan dia tidak menyangka dia sekarang akan menjadi Jordy An kedua.
Dia dengan hati-hati berjalan ke ruangan Nicholas Lu. Lelaki itu sedang melihat file di tangannya. Matahari sore menerpa wajahnya, menambahkan sedikit nada hangat dan lembut serta melembutkan garis dingin di wajahnya.
Jenifer Wen memandangnya, sedikit terpesona, dan gerakan tangannya tanpa sadar lebih berat meninggalkan suara sedikit keras dari pintu.
Lelaki yang sedang fokus bekerja langsung mengerutkan kening, mengangkat kepalanya, dan melihat kalau itu adalah dia, "Kamu kenapa masuk kesini, keluar."
Jenifer Wen dalam hati memutar matanya, dia sendiri juga tidak ingin masuk kesana, tetapi karena telah menerima perintah dia tidak bisa menolaknya.
"Asisten An bilang ada sesuatu yang mendesak untuk ditangani, jadi menyuruhku untuk membuatkan kopi untukmu."
Jawaban Jenifer Wen begitu datar tak bernada.
Nicholas Lu mengusap dahinya dan melihat ekspresi polosnya. Cara kerja wanita ini sejak awal begitu rapi membuatnya tidak bisa mendapatkan celahnya. Tapi hari ini, dia seperti tidak bisa menahannya lagi untuk menunjukan wujud aslinya?
"Aku perjelas dulu ya, seleraku sangat tinggi. Kalau tidak enak, aku tidak akan segan untuk menyuruhmu membuatnya kembali."
Nicholas Lu dengan dingin meninggalkan kata-kata ini dan menundukkan kepalanya, "Ingat, jangan membuat suara yang tidak menyenangkan lagi seperti tadi."
Jenifer Wen hanya berdehem lalu mengambil biji kopinya dan keluar dari sana.
Nicholas Lu awalnya mengira kalau dia akan membalas perkataannya, atau mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak menyangka kalau dia malah pergi dengan patuh, dan itu membuatnya sedikit terkejut.
Jenifer Wen keluar dan berjalan ke ruangan lain dengan membawa mesin kopi. Sebelumnya ketika bosan, dia pasti akan belajar beberapa keterampilan seperti menggiling kopi dengan Jordy An, jadi kali ini untuk mempraktekannya baginya tidaklah sulit.
Setelah beberapa saat, secangkir kopi wangi pun siap di santap.
Jenifer Wen berpikir sejenak, menekan catatan yang sudah lama ditulis di bawah nampan, dan berjalan masuk.
Dia kemudian dengan hati-hati memasuki ruangan Nicholas Lu.
Tidak tahu apakah Nicholas Lu sengaja atau dia memang kecanduan bekerja. Saat dia masuk lelaki itu tidak mendongak sama sekali mengabaikan keberadaannya, masih melihat dokumen di tangannya.
Jenifer Wen tidak berani meletakkan barang di tangannya. Meja Nicholas Lu adalah area terlarangnya. Kalau dia sembarangan menyentuh atau membuat suara disana dia pasti akan marah besar.
Jadi, tidak ada cara lain, dia hanya bisa berdiri begitu bodoh dan menunggunya.
Setelah menunggu lebih dari 10 menit, tangan Jenifer Wen sudah pegal. Nicholas Lu yang membaca dokumen di tangannya, mengangkat matanya dan meliriknya, "Kopinya sudah dingin, pergi, ganti kopi yang baru.”
Lelaki itu berbicara dengan ringan, seolah tidak menyadari apa yang salah dengan kata-katanya.
Novel Terkait
Yama's Wife
ClarkLoving Handsome
Glen ValoraLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaLove In Sunset
ElinaDoctor Stranger
Kevin WongPengantin Baruku×
- Bab 1 Menikah Dengan Lelaki Yang Tengah Koma
- Bab 2 Joyous
- Bab 3 Hari Pernikahan
- Bab 4 Kamu Siapa?
- Bab 5 Harusnya Waktu Itu Langsung Bunuh Dia Saja
- Bab 6 Dengarkan Kataku
- Bab 7 Kesepakatan
- Bab 8 Pulang Ke Rumah
- Bab 9 Makna Keluarga Untuknya
- Bab 10 Mengeluarkan Uang 50.000 Yuan Untuk Membayar Kepahitannya
- Bab 11 Yang Di Sebut Cinta
- Bab 12 Tidak Lebih Dari Itu
- Bab 13 Membantunya Meluapkan Emosi
- Bab 14 Rindu Aku Tidak?
- Bab 15 Di Mata-Matai
- Bab 16 Aku Mohon Lepaskan Aku
- Bab 17 Dia Sadar!
- Bab 18 Mimpi Buruk Itu Datang Lagi
- Bab 19 Kamu Sungguh Tidak Tahu Malu
- Bab 20 Kenapa Belum Mati Juga
- Bab 21 Dasar Wanita Murahan
- Bab 22 Kehadirannya Apakah Benar Kebetulan?
- Bab 23 Aku Menyetujuimu
- Bab 24 Kenapa Bisa Dia
- Bab 5 Di Dunia Ini Ada Begitu Banyak Jebakan
- Bab 26 Eksrrim
- Bab 27 Tidak Usah Pergi Kemana-Mana
- Bab 28 Foto
- Bab 29 Tanpa Mengatakan Apa-Apa Sudah Ingin Pergi
- Bab 30 Salah Paham
- Bab 31 Kali Ini Sudah Melembut
- Bab 32 Anggap Saja Aku Memohon Padamu
- Bab 33 Bertemu Setiap Hari
- Bab 34 Tidak Mengerti Perkataan Manusia
- Bab 35 Menghancurkan Perasaan Cherry Wen
- Bab 36 Menerima Banyak Penderitaan
- Bab 37 Seperti Sedang Mengurusi Istri
- Bab 38 Tidak Sanggup Menerimanya
- Bab 39 Sangat Keras Kepala
- Bab 40 Membantumu
- Bab 41 Hanya Aku Yang Bisa Menghukumnya
- Bab 42 Tidak Cocok Untukmu
- Bab 43 Benar-benar Kacau
- Bab 44 Nicholas Lu Membantunya
- Bab 45 Hanya Mainan
- Bab 46 Tidak Perlu Kembali Lagi
- Bab 47 Seharusnya Mati Di Dalam Penjara
- Bab 48 Tidak Bisa Tidak Curiga
- Bab 49 Tidak Sesederhana Itu
- Bab 50 Benar-benar Tidak Tahu Malu
- Bab 51 Tak Tahu Malu
- Bab 52 Mengirim Diri Ke Pelukanmu
- Bab 53 Lantas Apakah Disengaja?
- Bab 54 Jangan Biarkan Dia Lolos
- Bab 55 Tetap Adalah Dia
- Bab 56 Memprovokasi Adik Ipar
- Bab 57 Mengada-ada
- Bab 58 Mengungkapkan Kepada Publik
- Bab 59 Orang Itu Tidak Akan Datang
- Bab 60 Tidak Sadar
- Bab 61 Menggali Lubang Kubur Sendiri
- Bab 62 Mengungkapkan Isi Hati
- Bab 63 Dia Kembali
- Bab 64 Datang Untuk Membahas Perceraian
- Bab 65 Mendekatinya Dengan Ganas
- Bab 66 Hilang Kendali
- Bab 67 Itu Tidak Buruk
- Bab 68 Semua Ini Salahmu
- Bab 69 Rahasia Cherry
- Bab 70 Membakar Diri Sendiri
- Bab 71 Sudah Tidak Memiliki Harga Diri Lagi
- Bab 72 Bisa-Bisanya Mencuri
- Bab 73 Tidak Merasa Tidak Adil
- Bab 74 Benar-Benar Rubah Licik
- Bab 75 Sebentar Lagi Akan Tiba
- Bab 76 Aku Mohon Jangan
- Bab 77 Tidak Apa-Apa
- Bab 78 Menemukan Wanita Itu
- Bab 79 Benar-Benar Membuatku Muak
- Bab 80 Menemukan Wanita Kemarin Malam
- Bab 81 Kamu Adalah Barang
- Bab 82 Tertekan Tapi Tak Bisa Diungkapkan Dengan Kata-kata.
- Bab 83 Apa Yang Sebenarnya Sedang Terjadi?
- Bab 84 Kamu Hamil!
- Bab 85 Aborsi
- Bab 86 Semuanya Akan Berakhir
- Bab 87 Meninggalkan Rumah Keluarga Lu
- Bab 88 Orang Yang Lewat
- Bab 89 Benar-benar Muak
- Bab 90 Ketahuan Hamil
- Bab 91 Kecuali Aku Mati
- Bab 92 Coba Saja
- Bab 93 Tubuhnya Terlalu Lemah
- Bab 94 Aku Sudah Salah Paham Padamu
- Bab 95 Pergi Ke Perusahaan
- Bab 96 Ternyata Kamu Menyukai Wanita Seperti Ini
- Bab 97 Tidak Mungkin Menyukainya Juga, Kan?
- Bab 98 Tidak Ada Kesempatan Sedikitpun
- Bab 99 Tidak Mungkin Dinafkahi, Kan?
- Bab 100 Harus Mendapatkan Jenifer
- Bab 101 Pura-pura Tidak Mau
- Bab 102 Selamatkan Anakku
- Bab 103 Apakah Ingin Tahu Siapa Ayah Dari Anak Ini?
- Bab 104 Diculik!
- Bab 105 Pilihan Nicholas Lu
- Bab 106 Melukai Anaknya
- Bab 107 Kenapa Tidak Senang?
- Bab 108 Anak Ini Adalah Anaknya
- Bab 109 Terharu
- Bab 110 Jarak Tidak Terjangkau
- Bab 111 Menjaganya
- Bab 112 Peduli Padanya
- Bab 113 Tidak Ada Celah
- Bab 114 Apakah Kamu Cemburu?
- Bab 115 Masih Ingin Mempunyai Anak?
- Bab 116 Untuk Orang Yang Kucintai
- Bab 117 Hanya Teman
- Bab 118 Hanya Untuk Balas Dendam
- Bab 119 Aku Tidak Perlu Bantuanmu
- Bab 120 Mengeluh
- Bab 121 Biarkan Aku Menjagamu
- Bab 122 Menemukan Jalan Keluar
- Bab 123 Seperti Melihat Seekor Anjing
- Bab 124 Apa Masih Ada Keadilan
- Bab 125 Apakah Sedang Berbohong Padanya
- Bab 126 Pemikiran Yang Berani
- Bab 127 Sesuatu Terjadi Pada Nicholas Lu
- Bab 128 Berbohong Pada Satu Wanita
- Bab 129 Bisa Memberimu Kesempatan
- Bab 130 Bayar Harganya
- Bab 131 Aku Tidak Ingin Mendengar Kata-kata Ini
- Bab 132 Membuatnya Membayar
- Bab 133 Kamu Cemburu?
- Bab 134 Jenifer Wen, Itu Kamu Kan
- Bab 135 Sedang Berbohong
- Bab 136 Sama Sekali Tidak Mirip Dia
- Bab 137 Calon Menantu Perempuan Adalah...
- Bab 138 Untuk Apa Menyerahkan Diri
- Bab 139 Itu Bergantung Kepadamu
- Bab 140 Tidak Akan Ada Lagi Orang Yang Peduli Kepadanya Seperti Ini
- Bab 141 Ada Sesuatu yang Disembunyikan Dariku
- Bab 142 Percaya
- Bab 143 Sesedih Itu?
- Bab 144 Hanya Boleh Berhasil Tidak Boleh Gagal
- Bab 145 Pergi Mencari Orang Lain
- Bab 146 Ternyata Tidak Patuh
- Bab 147 Lebih Baik Mati
- Bab 147 Dasar Murahan
- Bab 148 Aku Menginginkanmu
- Bab 150 Harus Lebih Bisa Mengontrolnya
- Bab 151 Membujuknya Untuk Tidak Mendengarkan, Tetapi Menerimanya Dengan Paksa.
- Bab 152 Tidak Akan Gegabah Lagi
- Bab 153 Mengeluh Di Belakang
- Bab 154 Merasa Sangat Tertekan
- Bab 155 Semuanya Sudah Berlalu
- Bab 156 Depresi Berat
- Bab 157 Tidak Layak
- Bab 158 Mau Menjadi Musuhku Selama Sisa Hidupmu
- Bab 159 Semua Adalah Salah Wanita Itu
- Bab 160 Mendapatkan Siksaan Atas Kejahatan Yang Telah Dilakukan
- Bab 161 Keluarga Lu Tahu
- Bab 162 Menghancurkan Reputasinya
- Bab 163 Mengabaikannya
- Bab 164 Dia Harus Bagaimana?
- Bab 165 Anak Ini Adalah Anakmu
- Bab 166 Setelah Di Lahirkan Buang Anak Itu
- Bab 167 Hatinya Merasa Begitu Lelah
- Bab 168 Dia Pikir Dia Siapa?
- Bab 169 Gambaran yang Menusuk Mata
- Bab170 Salah Mengenali Orang