Pengantin Baruku - Bab 30 Salah Paham

Malam itu, Nicholas Lu sama sekali tidak kembali ke rumah keluarga Lu, mungkin karena tidak ingin bertemu dengannya, pikir Jenifer Wen dalam hati.

Ya kebetulan dia juga tidak ingin bertemu dengannya, dari pada kalau bertemu nanti harus memikirkan sesuatu yang tidak seharusnya dia pikirkan.

Tak lama, ada seseorang yang meneleponnya.

Jenifer Wen mengangkatnya dan melihat kalau itu adalah telepon dari Cherry Wen.

"Bagaimana? Apakah pekerjaanmu di perusahaan baru itu berjalan lancar, kak?"

Selama waktu syuting, Cherry Wen tiba-tiba teringat kalau dia sudah meminta seseorang untuk pergi ke perusahaan Jenifer Wen dan "secara sengaja" mengatakan kenyataan Jenifer Wen yang pernah di penjara.

Dia berpikir kalau kakak bergunanya yang tidak tahu apa-apa itu pasti akan ketakutan setengah mati setelah mendengar perkataan orang yang membicarakannya itu.

“Kamu bagaimana bisa tahu di mana aku bekerja...Jadi itu kamu?” Jenifer Wen langsung mengerti apa yang sedang terjadi, dan menggenggam ponsel dengan erat. Karena begitu erat sampai memunculkan urat-urat biru di punggung tangannya.

Seberapa besar rasa benci adiknya padanya, sampai di perusahaan barunya pun ikut turun tangan dan membuatnya merasa tidak tenang?

"Ya itu aku, terus kenapa? Kamu bisa menikmatinya. Kurasa tak berapa lama lagi kamu pasti tidak sanggup bertahan disana? Hm mungkin bisa kurang dari sebulan sudah keluar, sungguh tak berguna.”

“Tidak usah repot-repot, tenang saja, aku tidak akan membiarkanmu berhasil melakukan itu.” Jenifer Wen mengertakkan gigi dan langsung menutup teleponnya.

Kalau terus mendengar suara Cherry Wen lagi, dia mungkin akan sangat marah dan bahkan bisa menghancurkan teleponnya.

Jenifer Wen berusaha menenangkan nafasnya, setelah akhirnya tenang, dia tiba-tiba teringat sesuatu.

Ternyata hal-hal di perusahaan itu tidak dilakukan oleh Nicholas Lu, dan dia sudah salah paham...

Sambil memikirkan itu, Jenifer Wen merasa canggung. Dia kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelepon Nicholas Lu. Dia ingin meminta maaf, tetapi ketika telepon berdering, teleponnya langsung di tolak.

Sepertinya dia sekarang semakin membenci dirinya, tapi tidak heran...

Jenifer Wen hanya bisa pasrah menggelengkan kepalanya, tidak meneleponnya lagi, karena kalau dia selalu menelepon Nicholas Lu, dia khawatir Nicholas Lu akan tidak sabar dan marah.

……

Keesokan harinya.

Begitu Jenifer Wen tiba di perusahaan, dia menemukan mejanya yang berantakan, dengan semua barang yang dibalik tak beraturan, mejanya seolah-olah baru kedatangan pencuri.

Meski dia tahu kalau dia telah menyinggung Vennie Lin dan akan sulit untuk tetap tinggal di perusahaan, tetapi apa yang di lakukan rekan-rekannya itu membuatnya marah, "Apa yang kalian lakukan?"

Ini pertama kalinya Jenifer Wen berbicara lantang kepada rekan-rekannya.

"Kamu kan sudah mau pergi dari sini, jadi kami harus memeriksa apakah kamu ada mengambil sesuatu dari sini, kalau kami kehilangan pada saat kamu sudah pergi, lantas kami harus pergi kemana mencarinya?”

Semua orang kini menganggapnya sebagai pencuri, dan Jenifer Wen merasa sangat sedih.

Meskipun dia di perusahaan ini hanya melakukan hal-hal kecil, tapi dia melakukan semuanya dengan sungguh-sungguh dan tidak pernah berani mengabaikan apapun, dia juga selalu tersenyum menerima pekerjaan dari rekan-rekannya.

Tapi pada akhirnya, mereka hanya menganggapnya sebagai pencuri.

Apakah dengan memiliki bekas dan label pernah di penjara, membuat hidup seseorang akan selalu berada di bawah kacamata orang lain untuk selamanya?

“Apakah pemeriksaannya sudah selesai?” Jenifer Wen berpura-pura acuh tak acuh sambil menahan rasa sedihnya.

Rekan-rekan itu tidak menemukan apa-apa, dan sedikit tidak puas. Mereka kemudian melihat di desktopnya, dan menemukan flash drive USB, "Kami harus memeriksa ini juga."

Jenifer Wen tentu tidak takut apapun karena dia tidak melakukan apapun.

Tapi, beberapa saat kemudian, beberapa rekan tiba-tiba berdiskusi dengan serius, "Jenifer, kamu mengapa licik sekali menyalin file para pelanggan perusahaan? Apakah kamu ingin menggali pelanggan kami?"

Mata Jenifer Wen membelalak tak percaya, itu tidak mungkin.

Dan dia tidak mempunyai ide seperti itu. Bahkan kalau pun ada, dia tidak memiliki akses ke dokumen penting seperti itu. Lalu file itu bagaimana bisa ada di dia?

Pasti ada seseorang yang menjebaknya!

"Aku tidak menyimpannya. Kalian biasanya juga tidak memberikanku file semacam ini." Jenifer Wen membantah keras.

"Siapa yang tahu kamu saat membantu orang lain kemudian diam-diam menyalinnya?"

"Benar sekali, menurutku itu sangat mungkin, tidak heran dia begitu rajin, ternyata dia telah memiliki ide ini dari awal."

"Sungguh licik.."

Beberapa rekannya itu sama sekali tidak mendengarkan penjelasan Jenifer Wen. Mereka terus berkicau, dan dengan cepat menjatuhkan hukuman padanya. Mereka membawa Jenifer Wen menemui manajer umum dan membiarkan Jenifer Wen di tanganinya.

Vennie Lin kemudian dengan tepat waktu berkata, "Biar aku saja yangmenangani masalah ini. Karena file yang hilang ini file aku."

Jenifer Wen seketika memahami semuanya. Ini sepertinya permainan yang di buat oleh Vennie Lin, sungguh betapa liciknya dia, dia kemarin sudah hampir merampas harga dirinya, dan hari ini dia memfitnahnya telah mencuri barang.

"Bagaimana, apa yang terjadi kemarin, pikirkan baik-baik, kalau kamu bersedia, aku akan mengatakan masalah meng-copy file ini bisa di lupakan, kalau kamu tidak bersedia..."

Vennie Lin tidak mengatakan sisanya, tetapi ancamannya begitu jelas.

Jenifer Wen memandangnya dengan pahit, kukunya sudah menusuk ke daging telapak tangannya, dan rasa sakit itu membuatnya sepenuhnya sadar.

“Mimpi saja kamu, aku tidak akan pergi menemani binatang liar itu."

Semua yang telah terjadi kemarin kalau dia pergi kesana lagi, dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Singkatnya, tidak ada hal baik yang akan terjadi.

“Di kasih enak malah minta susah!” Vennie Lin sangat kesal, dan ingin membawa Jenifer Wen ke ruangan manajer umum. “Aku beritahu kamu ya, mencuri informasi rahasia perusahaan hukuman paling ringan bisa dikeluarkan, paling beratnya bisa sampai di pengadilan."

Tubuh Jenifer Wen gemetar setelah melewati ingatan kelam terakhir kali, ketika mendengar kantor polisi dan tempat-tempat lain yang berhubungan dengan itu akan membuatnya takut.

Dia sangat takut pada hari-hari gelap itu, hari-hari ketika dia dianiaya tetapi tidak bisa mengadu pada siapapun.

Emosinya tiba-tiba menjadi tidak terkendali, dan Jenifer Wen mendorong Vennie Lin mati-matian, mencoba membebaskan diri.

Dan Vennie Lin masih tidak melepaskannya, Jenifer Wen sendiri benar-benar tidak bisa menahan diri dan menggigit lengannya dengan satu gigitan, ketika dia melihat darah, dia langsung melepaskannya.

"Orang gila ini menggigitku! Cepat tangkap dia!" Teriak Vennie Lin, dia menghentakan kakinya dengan kesal saat melihat Jenifer Wen melarikan diri.

Dia berani-beraninya menggigitnya? Vennie Lin pokoknya harus menyerahkan wanita terkutuk ini ke ranjang tuan muda Li dan membiarkannya di siksa sampai mati baru amarahnya bisa reda.

“Apa ini ribut-ribut?” Tepat ketika sekelompok orang menjadi heboh dan mencoba menangkap Jenifer Wen, tiba-tiba, suara yang anggun namun tidak memiliki perasaan terdengar, “Apa yang terjadi?”

Galvin He berdiri tidak jauh dan mengerutkan kening, melihat lelucon itu dengan ketidaksenangan yang jelas dalam suaranya.

Galvin He adalah investor dari kerja sama baru perusahaan ini. Meskipun dia seorang pemula di luar negeri, tapi dia memiliki kekuatan yang kuat dan tidak bisa diremehkan.

Semua orang yang ada disana tentu tidak berani menyinggung perasaannya.

Melihat investor datang, semua rekan langsung menumpahkan segala masalah kepada Jenifer Wen, dan mereka mengatakannya sebagai karyawan yang masuk melalui pintu belakang, tetapi malah tidak serius bekerja dan mencuri file perusahaan.

“Aku tidak mencuri!” Jenifer Wen mendengarkan kata-kata yang di buat-buat itu, mengangkat matanya, dan matanya bertemu dengan mata Galvin He.

Baru saat itulah Galvin He melihat wajah Jenifer Wen dengan jelas.

Wanita di depannya mengenakan kemeja putih yang sangat sederhana dan rok pendek hitam, wajahnya yang cantik tidak di poles dengan bedak dan terlihat begitu polos dan bersih.

Dan yang paling mengejutkannya adalah matanya begitu jernih, meskipun itu bersinar karena karena keluhan dan amarah, namun tidak mengurangi kecantikannya. Sebaliknya, disana ada lebih banyak kemarahan.

Mata lelaki itu meredup, seolah memikirkan sesuatu, "Kalau begitu coba katakan, ada apa?"

Jenifer Wen tertegun. Dia awalnya berpikir kalau tidak akan ada yang mendengarkannya, tetapi lelaki di depannya yang awalnya tampak sangat jauh malah sebaliknya tidak meremehkannya...

Dia menggigit bibirnya dan dengan berani mengatakan apa yang dipikiran dan tebakannya.

“Kamu jangan sembarangan fitnah!” Vennie Lin berkeringat dingin, dan Jenifer Wen menebaknya, dan itu memang kebenarannya.

File di flash drive USB-nya telah copy sebelumnya pagi ini.

Tujuannya untuk menakut-nakuti Jenifer Wen, agar dia bisa segera pergi menemani tuan muda Li.

"Apakah itu benar atau tidak? Kita lihat saja." Galvin He melirik Vinnie Lin dengan dingin, matanya tampak bisa melihat ke dalam hatinya dengan tajam.

Tak lama, Galvin He memanggil beberapa orang dari departemen informasi, dan pagi inilah file tersebut baru di copy.

Pada saat itu, Jenifer Wen sama sekali tidak ada di perusahaan.

Semua orang langsung terdiam.

“Kamu sudah di fitnah, jangan khawatir, aku akan memberimu penjelasan atau semua ini.” Melihat hal ini, Galvin He menepuk bahu Jenifer Wen.

"Lain kali, tidak ada yang boleh menyebarkan informasi palsu di perusahaan. Dan untuk nona Lin, kamu sudah menjebak kolega tanpa alasan. Aku akan mendiskusikan ini dengan direktur perusahaan."

Tubuh Vennie Lin merosot ke lantai. Galvin He adalah objek penting perusahaan baru-baru ini. Di depannya, dia hanyalah wakil manajer penjualan kecil dan sangat mudah untuk mengusirnya dari sana.

Jenifer Wen memandangi penampilan sedih Vennie Lin, dan dia merasa sedikit sulit untuk mempercayai ini. Sepertinya ini adalah pertama kalinya dia dipercaya oleh orang lain.

Sambil memikirkan itu, dia mengejar Galvin He dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Terima kasih."

Galvin He menatapnya dengan penuh minat, "Hanya mengatakan kata itu saja? Aku kenapa merasa kalau kamu tidak cukup tulus untuk itu?”

Novel Terkait

Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu