Pengantin Baruku - Bab 3 Hari Pernikahan
Jenifer Wen setelah menyelesaikan tugasnya langsung pergi dari sana, dia benar-benar malu menghadapi lelaki ini, ya meskipun lelaki itu sama sekali tidak sadarkan diri.
Ketika Jenifer Wen keluar dari kamar Nicholas Lu, kakek Lu telah menunggunya di luar.
"Hari ini adalah pertama kalinya kamu mengurus Nicholas, bagaimana, apakah kamu sanggup melakukannya?"
Jenifer Wen mengangguk, tetapi tiba-tiba teringat dengan lelaki yang dilihatnya hari ini, tentu saja, dia tampan dan tidak sulit untuk menerimanya, tetapi dia masih merasakan kesulitan dalam mengatasi rintangan di hatinya.
Ya dia mungkin akan terbiasa dengan seiring waktu.
"Ya, tidak masalah."
Kakek Lu mengangguk, dan kemudian seorang lelaki berjas hitam masuk dengan 2 buku kecil berwarna merah di tangannya.
"Ini buku nikah kalian. Aku akan menyimpannya untuk kalian. Kamu tidak keberatan kan."
Jenifer Wen menggelengkan kepalanya. Maksud dari perkataan kakek Lu sangat jelas. Buku nikah ada di tangan keluarga Lu, yang berarti kalau dia hanya mengambil nama nyonya muda Lu untuk sementara, tanpa status, tanpa kebebasan, bahkan ada kemungkinan kalau buku nikah ini dapat diganti dengan buku cerai kapan saja, dan dia juga akan dikirim kembali ke tempat di mana mimpi buruknya berulang, atau mungkin akan membuatnya menghilang di dunia ini.
Jenifer Wen tidak peduli dengan status, tapi dia peduli tentang kebebasan. Buku nikah ini adalah belenggu, tapi juga satu-satunya cahaya baginya untuk menyingkirkan keadaan sulit. Dia hanya bisa mengandalkan buku merah sebagai ganti kebebasan masa depannya.
Melihatnya yang sangat mematuhi perkataannya, kakek Lu mengangguk, "Kalau sudah tidak ada apa-apa lagi kamu bisa pergi dan pelajari cara memijat Nicholas dengan tukang pijat. Ingat, mengurus kehidupan sehari-hari Nicholas adalah tugasmu sebagai istrinya."
Jenifer Wen menjawab ya dan kembali ke kamar Nicholas Lu. Tukang pijat melihatnya datang dan memberi isyarat untuk duduk di samping dan menontonnya bagaimana memijatnya.
Jenifer Wen duduk bersama, mengamati otot-otot lelaki itu berulang kali didorong dan digosok, dan di hatinya diam-diam mengaguminya.
Melihat Nicholas Lu dalam keadaan koma di tempat tidur dan otot-ototnya tetap tidak berhenti tumbuh selama 3 tahun, jadi bisa dikatakan kalau tukang pijat ini luar biasa.
Kalau dia berhasil mempelajari teknik pijat ini, dia mungkin bisa memastikan kesehatan otot ibunya yang lumpuh di tempat tidur, yang keadaannya sama seperti Nicholas Lu saat ini.
Mata Jenifer Wen meredup ketika dia memikirkan ibunya, yang sudah 3 tahun tidak dia temui.
Saat itu, ibunya sangat marah hingga terbaring kaku di tempat tidur karena perilaku tak tahu malu 3 orang keluarga Wen. Dan sekarang, dia tidak tahu bagaimana keadaan ibunya.
Alasan dia harus meninggalkan penjara secepat mungkin bukan hanya karena lelah dan takut akan kesakitan, tapi juga karena dia ingin mengurus ibunya.
Dan demi ibunya, dia harus memanfaatkan kesempatan menikah dengan keluarga Lu ini untuk mendapatkan kembali kebebasannya.
Hari sudah gelap setelah proses pemijatan selesai. Jenifer Wen mengantar tukang pijat pergi dan dia juga pergi makan malam. Kakek Lu di waktu makan malam berkata lagi padanya, "Karena buku nikah sudah di dapatkan, jadi kamu mulai malam ini akan tidur dengan Nicholas.”
Kakek Lu memberi perintah dan itu tentu tidak bisa ditolak.
Karena kehadirannya disini untuk memberikan keajaiban pada Nicholas Lu maka dia harus mengikuti aturan dengan ketat.
Sumpit di tangannya berhenti dan dia mengangguk.
Bagaimanapun, dia hanya perlu tidur dengan orang koma, seorang yang sedang koma tidak bisa bergerak atau berbicara tentu jauh lebih aman daripada orang-orang besar yang hidup di penjara yang ingin membunuhnya kapan saja.
Jadi arti tidur bersama seharusnya hanya literal.
Selesai makan, Jenifer Wen kembali ke kamar Nicholas Lu. Demi menyongsong pemandangan sebagai pengantin baru, seprei di kamar diganti jadi warna merah. 2 lilin merah dinyalakan di atas meja. Lampu dimatikan, dan nyala api merah menerangi ruangan dengan cahaya hangat.
Jenifer Wen berjalan ke sisi tempat tidur dan memandang lelaki di tempat tidur. Wajahnya di bawah cahaya lilin terlihat sangat lembut. Tak ada perasaan dingin yang biasanya dia rasakan. Dalam keadaan saat ini membuat orang mengira kalau dia hanya tidur biasa.
"Mulai hari ini dan seterusnya, kamu adalah suamiku. Kamu juga merasa ini konyol kan, karenamu dalam 3 tahun terakhir ini aku hampir mati beberapa kali. Bukannya aku tidak membencimu, dan aku tahu kamu harusnya juga sangat membenciku kan. Tapi sekarang kita malah menikah. Mungkin ini takdir."
“Sebenarnya, tidak masalah kalau kamu tidak pernah bangun.” Jenifer Wen duduk di sisi tempat tidur, mempelajari teknik yang dia pelajari dari tukang pijat hari ini dan memberikan pijatan pada Nicholas Lu: “Karena aku disini untuk mendapatkan kebebasan ku. Dan kamu hanya perlu seseorang untuk menjagamu. Ya kita hanya perlu mengambil apa yang kita butuhkan, dan itu akan lebih baik kalau tidak ada yang berubah."
Jenifer Wen berhenti setelah melakukan terapis pijat untuknya selama satu jam. Meskipun dia membenci orang yang menyebabkan dia dipenjara, tapi dia tetap akan mengurusnya karena ini adalah kesepakatan dengan keluarga Lu.
Rasa kantuk melanda, di hari pertama setelah keluar dari penjara, Jenifer Wen akhirnya merasakan sedikit kebebasan. Perasaan manusiawi seperti kelelahan, seperti mengantuk, kembali ke kesadarannya.
Nicholas Lu berada di sisi lain tempat tidur, dan dia berbaring di sisi lain tempat tidur merah yang luas dan besar, dia meringkukan tubuhnya dan mulai menutup matanya.
Di tengah malam, kaki Jenifer Wen menggigil. Dia berkeringat dingin karena kesakitan di tulang yang memang sering kambuh dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berguling ke tengah. Dia tiba-tiba, berbalik dan menyentuh sumber panas di sebelahnya, tanpa sadar mencondongkan tubuhnya, dan melingkarkan tubuh kecilnya di sebelahnya yang seperti “kompor” yang hangat.
Arus hangat mengalir dari kulit, dan penyakit dingin Jenifer Wen mereda, dan secara bertahap dia mulai jatuh terlelap lagi.
Keesokan harinya.
Jenifer Wen sudah lama tidak melihat cahaya pagi di sel penjara yang gelap, sehingga ketika sinar matahari pagi pertama masuk melalui tirai langsung membuatnya terbangun.
Dia membuka matanya, menatap kosong ke wajah tampan yang agak pucat di depannya, merasakan kehangatan tubuhnya, dan tiba-tiba menyadari kalau dia sekarang sedang berbaring di pelukan siapa.
Jenifer Wen meronta-ronta dan segera bangun, wajahnya agak panas. Walaupun Nicholas Lu adalah orang yang sedang koma tapi dia juga seorang lelaki dewasa. Jenifer Wen memeluknya seperti ini, dia bagaimana mungkin tidak merasa malu.
Dia langsung mengganti piyamanya. Ketika dia membuka pintu dan keluar, dia kembali menatap Nicholas Lu, yang masih terbaring diam di tempat tidur. Ada beberapa keraguan dalam benaknya.
Saat tadi dia mau bangun. Dia sepertinya merasakan kekuatan dari lengan Nicholas Lu di pinggangnya.
Apakah itu hanya ilusi?
Atau Nicholas Lu akan segera bangun dan sadarkan diri?
Novel Terkait
Awesome Guy
RobinPernikahan Tak Sempurna
Azalea_My Cute Wife
DessyAkibat Pernikahan Dini
CintiaSi Menantu Buta
DeddyPengantin Baruku×
- Bab 1 Menikah Dengan Lelaki Yang Tengah Koma
- Bab 2 Joyous
- Bab 3 Hari Pernikahan
- Bab 4 Kamu Siapa?
- Bab 5 Harusnya Waktu Itu Langsung Bunuh Dia Saja
- Bab 6 Dengarkan Kataku
- Bab 7 Kesepakatan
- Bab 8 Pulang Ke Rumah
- Bab 9 Makna Keluarga Untuknya
- Bab 10 Mengeluarkan Uang 50.000 Yuan Untuk Membayar Kepahitannya
- Bab 11 Yang Di Sebut Cinta
- Bab 12 Tidak Lebih Dari Itu
- Bab 13 Membantunya Meluapkan Emosi
- Bab 14 Rindu Aku Tidak?
- Bab 15 Di Mata-Matai
- Bab 16 Aku Mohon Lepaskan Aku
- Bab 17 Dia Sadar!
- Bab 18 Mimpi Buruk Itu Datang Lagi
- Bab 19 Kamu Sungguh Tidak Tahu Malu
- Bab 20 Kenapa Belum Mati Juga
- Bab 21 Dasar Wanita Murahan
- Bab 22 Kehadirannya Apakah Benar Kebetulan?
- Bab 23 Aku Menyetujuimu
- Bab 24 Kenapa Bisa Dia
- Bab 5 Di Dunia Ini Ada Begitu Banyak Jebakan
- Bab 26 Eksrrim
- Bab 27 Tidak Usah Pergi Kemana-Mana
- Bab 28 Foto
- Bab 29 Tanpa Mengatakan Apa-Apa Sudah Ingin Pergi
- Bab 30 Salah Paham
- Bab 31 Kali Ini Sudah Melembut
- Bab 32 Anggap Saja Aku Memohon Padamu
- Bab 33 Bertemu Setiap Hari
- Bab 34 Tidak Mengerti Perkataan Manusia
- Bab 35 Menghancurkan Perasaan Cherry Wen
- Bab 36 Menerima Banyak Penderitaan
- Bab 37 Seperti Sedang Mengurusi Istri
- Bab 38 Tidak Sanggup Menerimanya
- Bab 39 Sangat Keras Kepala
- Bab 40 Membantumu
- Bab 41 Hanya Aku Yang Bisa Menghukumnya
- Bab 42 Tidak Cocok Untukmu
- Bab 43 Benar-benar Kacau
- Bab 44 Nicholas Lu Membantunya
- Bab 45 Hanya Mainan
- Bab 46 Tidak Perlu Kembali Lagi
- Bab 47 Seharusnya Mati Di Dalam Penjara
- Bab 48 Tidak Bisa Tidak Curiga
- Bab 49 Tidak Sesederhana Itu
- Bab 50 Benar-benar Tidak Tahu Malu
- Bab 51 Tak Tahu Malu
- Bab 52 Mengirim Diri Ke Pelukanmu
- Bab 53 Lantas Apakah Disengaja?
- Bab 54 Jangan Biarkan Dia Lolos
- Bab 55 Tetap Adalah Dia
- Bab 56 Memprovokasi Adik Ipar
- Bab 57 Mengada-ada
- Bab 58 Mengungkapkan Kepada Publik
- Bab 59 Orang Itu Tidak Akan Datang
- Bab 60 Tidak Sadar
- Bab 61 Menggali Lubang Kubur Sendiri
- Bab 62 Mengungkapkan Isi Hati
- Bab 63 Dia Kembali
- Bab 64 Datang Untuk Membahas Perceraian
- Bab 65 Mendekatinya Dengan Ganas
- Bab 66 Hilang Kendali
- Bab 67 Itu Tidak Buruk
- Bab 68 Semua Ini Salahmu
- Bab 69 Rahasia Cherry
- Bab 70 Membakar Diri Sendiri
- Bab 71 Sudah Tidak Memiliki Harga Diri Lagi
- Bab 72 Bisa-Bisanya Mencuri
- Bab 73 Tidak Merasa Tidak Adil
- Bab 74 Benar-Benar Rubah Licik
- Bab 75 Sebentar Lagi Akan Tiba
- Bab 76 Aku Mohon Jangan
- Bab 77 Tidak Apa-Apa
- Bab 78 Menemukan Wanita Itu
- Bab 79 Benar-Benar Membuatku Muak
- Bab 80 Menemukan Wanita Kemarin Malam
- Bab 81 Kamu Adalah Barang
- Bab 82 Tertekan Tapi Tak Bisa Diungkapkan Dengan Kata-kata.
- Bab 83 Apa Yang Sebenarnya Sedang Terjadi?
- Bab 84 Kamu Hamil!
- Bab 85 Aborsi
- Bab 86 Semuanya Akan Berakhir
- Bab 87 Meninggalkan Rumah Keluarga Lu
- Bab 88 Orang Yang Lewat
- Bab 89 Benar-benar Muak
- Bab 90 Ketahuan Hamil
- Bab 91 Kecuali Aku Mati
- Bab 92 Coba Saja
- Bab 93 Tubuhnya Terlalu Lemah
- Bab 94 Aku Sudah Salah Paham Padamu
- Bab 95 Pergi Ke Perusahaan
- Bab 96 Ternyata Kamu Menyukai Wanita Seperti Ini
- Bab 97 Tidak Mungkin Menyukainya Juga, Kan?
- Bab 98 Tidak Ada Kesempatan Sedikitpun
- Bab 99 Tidak Mungkin Dinafkahi, Kan?
- Bab 100 Harus Mendapatkan Jenifer
- Bab 101 Pura-pura Tidak Mau
- Bab 102 Selamatkan Anakku
- Bab 103 Apakah Ingin Tahu Siapa Ayah Dari Anak Ini?
- Bab 104 Diculik!
- Bab 105 Pilihan Nicholas Lu
- Bab 106 Melukai Anaknya
- Bab 107 Kenapa Tidak Senang?
- Bab 108 Anak Ini Adalah Anaknya
- Bab 109 Terharu
- Bab 110 Jarak Tidak Terjangkau
- Bab 111 Menjaganya
- Bab 112 Peduli Padanya
- Bab 113 Tidak Ada Celah
- Bab 114 Apakah Kamu Cemburu?
- Bab 115 Masih Ingin Mempunyai Anak?
- Bab 116 Untuk Orang Yang Kucintai
- Bab 117 Hanya Teman
- Bab 118 Hanya Untuk Balas Dendam
- Bab 119 Aku Tidak Perlu Bantuanmu
- Bab 120 Mengeluh
- Bab 121 Biarkan Aku Menjagamu
- Bab 122 Menemukan Jalan Keluar
- Bab 123 Seperti Melihat Seekor Anjing
- Bab 124 Apa Masih Ada Keadilan
- Bab 125 Apakah Sedang Berbohong Padanya
- Bab 126 Pemikiran Yang Berani
- Bab 127 Sesuatu Terjadi Pada Nicholas Lu
- Bab 128 Berbohong Pada Satu Wanita
- Bab 129 Bisa Memberimu Kesempatan
- Bab 130 Bayar Harganya
- Bab 131 Aku Tidak Ingin Mendengar Kata-kata Ini
- Bab 132 Membuatnya Membayar
- Bab 133 Kamu Cemburu?
- Bab 134 Jenifer Wen, Itu Kamu Kan
- Bab 135 Sedang Berbohong
- Bab 136 Sama Sekali Tidak Mirip Dia
- Bab 137 Calon Menantu Perempuan Adalah...
- Bab 138 Untuk Apa Menyerahkan Diri
- Bab 139 Itu Bergantung Kepadamu
- Bab 140 Tidak Akan Ada Lagi Orang Yang Peduli Kepadanya Seperti Ini
- Bab 141 Ada Sesuatu yang Disembunyikan Dariku
- Bab 142 Percaya
- Bab 143 Sesedih Itu?
- Bab 144 Hanya Boleh Berhasil Tidak Boleh Gagal
- Bab 145 Pergi Mencari Orang Lain
- Bab 146 Ternyata Tidak Patuh
- Bab 147 Lebih Baik Mati
- Bab 147 Dasar Murahan
- Bab 148 Aku Menginginkanmu
- Bab 150 Harus Lebih Bisa Mengontrolnya
- Bab 151 Membujuknya Untuk Tidak Mendengarkan, Tetapi Menerimanya Dengan Paksa.
- Bab 152 Tidak Akan Gegabah Lagi
- Bab 153 Mengeluh Di Belakang
- Bab 154 Merasa Sangat Tertekan
- Bab 155 Semuanya Sudah Berlalu
- Bab 156 Depresi Berat
- Bab 157 Tidak Layak
- Bab 158 Mau Menjadi Musuhku Selama Sisa Hidupmu
- Bab 159 Semua Adalah Salah Wanita Itu
- Bab 160 Mendapatkan Siksaan Atas Kejahatan Yang Telah Dilakukan
- Bab 161 Keluarga Lu Tahu
- Bab 162 Menghancurkan Reputasinya
- Bab 163 Mengabaikannya
- Bab 164 Dia Harus Bagaimana?
- Bab 165 Anak Ini Adalah Anakmu
- Bab 166 Setelah Di Lahirkan Buang Anak Itu
- Bab 167 Hatinya Merasa Begitu Lelah
- Bab 168 Dia Pikir Dia Siapa?
- Bab 169 Gambaran yang Menusuk Mata
- Bab170 Salah Mengenali Orang