Kisah Si Dewa Perang - Bab 99 Kamu Memiliki Seorang Kakak yang Baik
Vivi mengusap air matanya dan terus berlari. Angin yang dingin di musim semi ini membuat wajahnya terasa sakit.
Dia bersembunyi di tempat yang sepi dan membungkukkan tubuhnya. Dirinya merasa begitu sakit hati dan mulai menangis dengan keras.
Dia pun mulai merasa lelah setelah menangis selama beberapa saat.
Hal yang membuat dirinya merasa kecewa adalah tidak ada satupun orang datang menemuinya padahal dia sudah meninggalkan mereka dan menangis selama setengah jam.
Inikah pria yang ia pilih itu? Inikah calon suaminya?
"Vivi oh Vivi, ini semua adalah karma dari setiap perlakuanmu."
Vivi menertawai dirinya sendiri dan mengusap air matanya sambil menatap kejauhan. Sinar matahari begitu indah dan angin di musim semi ini begitu menyejukkan.
Hal ini seketika mengingatkan dirinya akan masa kecilnya....
Waktu itu, dia selalu ditindas dan dia akan seperti sekarang ini, mencari sebuah tempat yang sepi dan menangis di sana.
Waktu itu, seorang pria yang berbadan kurus selalu datang membawa sebuah tongkat yang tinggi untuk mengusir para preman yang menganggunya itu.
Setelah itu, David selalu berpura-pura gentle sambil menepuk pundaknya. Dia lalu mengeluarkan sepotong biskuit rasa persik dari dalam kantongnya dan mengelus kepala Vivi sambil berkata: "Ada kakak di sini, tidak ada yang berani mengganggumu lagi."
Saat itu, dirinya hanya menundukkan kepala dan memakan biskuit itu sambil mengusap air matanya. Dia merasa lebih tenang setelah mendengar perkataan David dan melihat David yang berhasil mengusir semua preman itu. David juga selalu menghiburnya dan membuat dirinya merasa senang.
Setelah menangis beberapa saat, dia pun tersenyum...
Setelah dewasa, mereka sudah jarang berkomunikasi dan hubungan mereka semakin menjauh.
Mereka yang dulunya dekat, saat ini sudah terlihat seperti dua orang asing yang tidak saling kenal.
Dia tidak akan pernah mendapatkan lindungan dari pria itu lagi.
"David Chu......"
Sebut Vivi dengan suara yang pelan dan saat ini dirinya merasa begitu sakit hati. Dia lalu menggigit erat bibirnya.
Jika David ada di sisinya, jika dirinya bisa lebih pengertian kepada David, jika dirinya tidak bersikap dingin pada David..........
Mungkin tidak ada orang yang berani menindas dirinya sekarang.
Vivi menundukkan kepalanya seperti burung unta. Dia sangat ingin menghindar dari dunia yang menakutkan ini.
Di saat ini, terdengar suara langkah kaki dan juga terdengar suara yang sangat tidak asing di telinganya.
"Kamu masih sama seperti dulu, ketika kamu merasa sedih, kamu suka mencari tempat yang sepi dan menangis diam-dia."
Ini....?
Vivi tidak berani mempercayai hal ini. Dia segera menegakkan kepalanya dan tidak lagi sanggup untuk menahan air matanya.
Saat ini, David sudah berdiri di depannya.
Pria yang dulunya berbadan kurus itu, saat ini sudah menjadi pria berbadan kekar dan memiliki aura yang berbeda.
Namun rasa nyaman yang berasal dari tubuhnya tidaklah berubah sama sekali.
Vivi menelan liurnya dan hendak mengatakan sesuatu, namun pada akhirnya, dirinya hanya bisa kembali menjatuhkan air matanya.
"Dalam perjalanan, aku menemukan sebuah toko yang menjual dessert. Ini adalah biskuit rasa persik yang baru saja keluar dari dalam oven. Apakah kamu ingin mencobanya?" David duduk di sisinya sambil membuka kantong plastik yang berisi biskuit kesukaannya itu.
Vivi merasa begitu terharu, dia langsung mengambil biskuit itu dan menyantapnya dengan cepat. Dia memakan biskuit itu sambil menangis.
Terharu, teraniaya dan merasa bersalah!
"Pelan-pelan, Kakak ada di sini dan akan terus berada di sini." kata David degan lembut sambil mengelus kepala wanita itu.
Saat ini, Vivi merasa begitu sedih. Dia lalu masuk ke dalam pelukan David dan menangis dengan keras.
Dia meluapkan semua rasa yang ada di dalam hatinya.
David menemaninya dengan tenang dan pundaknya yang kekar itu bagaikan gunung yang mampu menahan segala beban Vivi.
Kedua mata David terlihat begitu sadis: "Kakak akan meminta keadilan untukmu, aku akan menemui Justin dan membuat dirinya merasakan apa yang kamu rasakan hari ini!"
David melihat jelas semua adegan di pusat perbelanjaan tadi. Dia sudah menahan semua amarahnya sejak tadi dan sangat ingin membantu adiknya ini membalas dendam.
"Jangan." Vivi menggelengkan kepalanya dan menatap David dengan tatapan yang kasihan. Dia lalu berkata: "Mereka.. mereka adalah senior. Kedepannya aku juga harus hidup bersama mereka di keluarga Sun."
Bagaimana pun dia adalah menantu dari keluarga Sun. Mereka tetap harus hidup bersama kedepannya. Dia tidak ingin menyelesaikan masalah ini dengan cara yang sadis seperti ini.
Setelah mendengar ini, David merasa sedih dan dia pun berkata: "Meskipun begitu, mereka juga tidak boleh menganiaya kamu seperti itu. Tidak ada satupun orang yang boleh menyakiti adikku."
"Hm."
Vivi akhirnya tersenyum dan dia merasa begitu bahagia dan nyaman ketika berada di dalam pelukan David.
Dia merasa waktu seperti kembali ke masa dulu.
Mereka berdua duduk di atas puncak gunung sambil menatap awan di langit dan mendengar suara kicauan burung.
Setengah hari pun berlalu begitu saja. Mereka sama sekali tidak merasa bosan.
David terus menemani Vivi dan waktu pun terus berjalan.
10 menit, 1 jam, 2 jam......
Setelah matahari hendak terbenam, David pun berdiri dan berkata: "Aku harus kembali sekarang. Kamu harus menjaga dirimu dengan baik."
Vivi tidak rela melihat David pergi darinya. Namun dia hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan terpaksa.
"Hm, sampai berjumpa kembali."
Saat ini, dirinya tidak berhak untuk menyuruh David jangan meninggalkan dirinya. David sudah cukup baik karena bisa menemaninya selama beberapa saat.
Vivi hanya bisa menatapnya kepergian David dan dia merasa begitu kesepian.
Jika tidak ada halangan, mungkin hari ini merupakan kali terakhir mereka bertemu.....
David sudah memiliki Karin dan juga sudah memiliki seorang putri. Sebaliknya dirinya sendiri juga akan segera menggelarkan acara pernikahan dan menjadi istri orang lain.
Perasaan Vivi saat ini terasa begitu kacau. Dia lalu kembali ke pusat perbelanjaan itu untuk mencari Justin dan keluarganya. Namun setelah mencarinya selama beberapa saat, dirinya tidak menemukan mereka.
Dia hanya bisa tersenyum, "Sama seperti dugaanku, mereka sama sekali tidak memperdulikan aku. Ini adalah pria yang akan aku nikahi."
"Gadis cantik!"
Saat ini, salah satu penjual perhiasan segera menghampirinya dan berkata: "Gadis cantik, akhirnya aku menemukan kamu. Cobalah kalung ini."
Vivi tentunya mengenal kalung seharga 1,1M yang ia sukai itu.
Dia merasa sedih dan menggelengkan kepalanya: "Maaf, aku tidak ingin membeli kalung ini lagi. Maaf membuat kalian menunggu..."
Vivi sudah mengetahui bagaimana sikap Justin dan keluarganya. Oleh karena itu, dia juga tidak ingin menyusahkan dirinya sendiri lagi.
"Gadis cantik, kamu sangatlah pandai melawak. Kalung ini sudah dibayar dan ini adalah milikmu." kata penjual perhiasan itu sambil membuka kotak kalung tersebut dan mengenakannya pada leher Vivi.
"Sudah dibayar?" Vivi melototkan matanya dan sedikit terbengong.
"Benar, kalung ini telah dibeli oleh seorang pria bermarga Chu. Dia berkata kalau dirinya adalah kakakmu." kata penjual perhiasan itu dengan wajah yang kagum. Dia segera membuka kotak perhiasan itu dan terlihat puluhan jenis perhiasan lainnya juga berada di dalam kotak tersebut. Seluruh perhiasan itu terlihat begitu mewah dan mahal.
Penjual itu kembali berkata: "Semua perhiasan ini dipilih langsung oleh tuan Chu, kecuali kalung ini. Harga seluruh perhiasan ini lebih dari 6M."
"Gadis cantik, aku sangat iri padamu karena kamu memiliki seorang kakak yang begitu menyayangimu." penjual itu kembali berkata: "Ini sangatlah cantik, sangatlah cocok dengan aura tubuhmu, lihatlah."
Justin bahkan tidak rela membelikan kalung seharga 1,1M ini untuknya. Sebaliknya David yang malah rela menghabiskan 6M untuk membeli perhiasan dengan tanpa merasa ragu.
Perbandingan ini sangatlah drastis.
Vivi menatap ke arah kaca sambil mengenakan kalung yang ia pilih sendiri itu.
Kecantikan yang tak terhingga.
Dia seketika merasa begitu bahagia dan wajahnya mulai dihiasi oleh senyuman....
"Benar, seorang kakak yang sangat baik."
"Kakak terbaik di dunia ini......"
Novel Terkait
My Cute Wife
DessyGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangThe Sixth Sense
AlexanderKisah Si Dewa Perang
Daron JayDoctor Stranger
Kevin WongUnlimited Love
Ester GohBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesKisah Si Dewa Perang×
- Bab 1 Pria Pun Bisa Bersedih
- Bab 2 Aku Telah Kembali
- Bab 3 Anak Haram
- Bab 4 Ayah Adalah Pahlawan
- Bab 5 Sepuluh Tahun Berlalu, Segalanya Masih Sama, Hanya Orang yang Berbeda
- Bab 6 Aku Tidak Tertarik Mendengar Omong Kosong
- Bab 7 Tidak Bisa Melakukannya
- Bab 8 Kamu Hebat Sekali
- Bab 9 Lumpuhkan ‘Petingginya’
- Bab 10 Apakah Dirimu Terlihat Seperti Ikan Ini?
- Bab 11 Angin yang Besar, dan Kuat (1)
- Bab 12 Angin yang Besar, dan Kuat (2)
- Bab 13 Dia Akan Menghormati Aku Seperti Dewa
- Bab 14 Kedatangan Jonathan Ma
- Bab 15 Apakah Dunia Sedang Terbalik?
- Bab 16 Semua Ini Karena Pamanku
- Bab 17 Pertarungan Ayah dan Anak
- Bab 18 Akhirnya Kamu Kembali
- Bab 19 Memukulmu Karena Kamu Rendahan
- Bab 20 Datang Mencari Gara-Gara
- Bab 21 Kamu Terima Tidak?
- Bab 22 Aku Punya Ayah
- Bab 23 Mau Adik Laki-laki
- Bab 24 Perasaannya Tidak Buruk
- Bab 25 Masalah Pernikahan Karin Yun
- Bab 26 Gadis Kecil yang Licik
- Bab 27 Biarkan Dia yang Datang Menemuiku
- Bab 28 pertunjukan Bagus, Dimulai!
- Bab 29 Leo, Teh!
- Bab 30 Ini Baru Kekuasaan
- Bab 31 Dia Telah Berlutut
- Bab 32 Pemuda Pertama di Kota Jiangling, Hanya Begitu Saja
- Bab 33 Tidak Bulat Sama Sekali
- Bab 34 Wanita yang Menjadi Kuat Ketika Telah Menjadi Seorang Ibu
- Bab 35 Kecemburuan
- Bab 36 Siapa Kamu!
- Bab 37 Minta Maaf Kepada Wanitaku
- Bab 38 Selamat Malam, Istriku
- Bab 39 Aku Dipaksa
- Bab 40 Orang Tuaku, Ingin Bertemu Denganmu
- Bab 41 Wanita Yang Tinggi Hati
- Bab 42 Kamu Tidak Sepadan Putriku
- Bab 43 Aku Bersedia Menerima Putrimu Sebagai Budak Keluargaku
- Bab 44 Aku Bahkan Berani Membunuhmu
- Bab 45 Ini Adalah Hot West Wind!
- Bab 46 Arak Ini Bernilai Enam Miliyar!
- Bab 47 Keluarga Kalian Muncul Naga Sejati
- Bab 48 Bella Yang Murung
- Bab 49 Putri, Pilih Sesukamu
- Bab 50 Air Cucuran Jatuhnya ke Pelimbahan Juga
- Bab 51 Tempat Kalian Ini, Aku Menginginkannya
- Bab 52 Ini Yang Namanya Mendominasi
- Bab 53 Apa Yang Dilakukan Dengan Putri Yang Jahat
- Bab 54 Wanita Yang Legendaris
- Bab 55 Keluarga Tang dari Jiangling
- Bab 56 Hak dan Kebebasan Dihapuskan
- Bab 57 Selamat Datang Untuk Anda
- Bab 58 Bau Cemburu yang Sangat Tajam
- Bab 59 Siapa Berani Menyentuhku?
- Bab 60 Bunuh dengan Tangan Terbalik
- Bab 61 Permasalahan Hati Wanita
- Bab 62 Semakin Tinggi Posisi, Semakin Kesepian
- Bab 63 Racun Dandala
- Bab 64 Nama Dewa Sura
- Bab 65 Sayang, kamu sudah datang!
- Bab 66 Dunia Kungfu
- Bab 67 Maaf, Uang Memang Kertas Sampah
- Bab 68 Ibu Cemburu Lagi
- Bab 69 Undangan Justin Sun
- Bab 70 Tuan Muda Xu, Bertemu Lagi
- Bab 71 Dipukul Orang?
- Bab 72 Benar-benar Cari Mati
- Bab 73 Tuan Chu?
- Bab 74 Pamanmu Tidak Berarti Apa-apa
- Bab 75 Kakak Beradik
- Bab 76 Jonathan Meminta Pertolongan
- Bab 77 Kedatangan Adik Perempuan
- Bab 78 Sudah Seharusnya Kamu Menjadi Lajang
- Bab 79 Satu Lawan Satu? Apakah Kamu Mampu?
- Bab 80 Tiada Taranya
- Bab 81 Ada Aku Disini, Apa yang Perlu Ditakutkan?
- Bab 82 Lihat dengan Baik, Pelajari dengan Baik
- Bab 83 Mati Dengan Satu Jari
- Bab 84 Hanya Sebuah Makhluk Liar
- Bab 85 Berapa Jumlah Kepala yang Kamu Punya?
- Bab 86 Pahlawan Yang Tiada Taranya
- Bab 87 Rasa Kehidupan
- Bab 88 Saudara Munafik
- Bab 89 Selamat Datang ke Rumah Baru Kita
- Bab 90 Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta sama kamu
- Bab 91 Kakak Ipar Misterius
- Bab 92 Tidak Tahu Diri
- Bab 93 Master Chu, Anda Sudah Datang
- Bab 94 Kamu Tidak Pantas
- Bab 95 Serang Kamu Saja?
- Bab 96 Pria Gentleman
- Bab 97 Adikku
- Bab 88 Keluarga yang Tidak Tahu Malu
- Bab 99 Kamu Memiliki Seorang Kakak yang Baik
- Bab 100 Aku Menantikannya
- Bab 101 Gaun Pengantin Harga Setinggi Langit
- Bab 102 Apa Kabar Tuan
- Bab 103 Menemanimu
- Bab 104 Tidak Senasib
- Bab 105 Sesepuh Tua Tiba
- Bab 106 Tak Tertandingi
- Bab 107 Tampar Kembali
- Bab 108 Kamu Itu Siapa?
- Bab 109 Dewa Perang
- Bab 110 Seluruh Tamu Pergi Dengan Tenang
- Bab 111 Memperkenalkan Wanita Untuk David Chu
- Bab 112 Teman Lama
- Bab 113 Bekerja Menjadi Petugas Keamanan di Bawah Kepemimpinan Aku
- Bab 114 Menyusahkan Dirinya Sendiri
- Bab 115 Pasti Merupakan Anak Kandungnya
- Bab 116 Bibi, Kamu Kasihan Sekali
- Bab 117 Banyak Sekali Orang Yang Membual
- Bab 118 Apakah Dia Layak Untuk Putriku
- Bab 119 Penerima Wanita Bekas
- Bab 120 Kamu Pikir Kamu Siapa
- Bab 121 Calon Menantu
- Bab 122 Memiliku, Sudah Cukup
- Bab 123 Bertemu Dafu Lee Lagi
- Bab 124 Balas Dendam
- Bab 125 Keadaan Darurat
- Bab 126 Yakin 100%
- Bab 127 Menerima murid wanita
- Bab 128 Etika kedokteran
- Bab 129 Menjelaskan padaku
- Bab 130 Kebencian semakin bertambah