Kisah Si Dewa Perang - Bab 88 Keluarga yang Tidak Tahu Malu

Maria melirik ke arah Vivi yang sedang berdiri di sisi lain sambil berkata dengan nada penuh ejekan: "Wah, Ada apa ini? Sakit hati karena perkataanku tadi? Air matamu bahkan hampir jatuh."

Maria lalu bersikap layaknya seorang senior dan menggelengkan kepalanya sambil berkata: "Apakah kamu merasa aku sedang menggertak kamu? Apakah kamu merasa teraniaya menjadi menantu di keluarga Sun?"

Vivi melambaikan tangannya: "Tante, aku tidak bermaksud seperti itu."

Kedua tante lainnya juga ikut berkata: "Kamu belum menikah dan sudah bersikap seperti ini? Kenapa? Apakah kamu merasa keluarga kami tidak bersikap baik padamu? Kamu masih memiliki kesempatan untuk menyesal sekarang."

"Justin, apakah ini adalah istri yang selama ini kamu bina? Ckck, Ini benar-benar membuat keluarga Sun merasa bangga."

Justin juga merasa begitu canggung ketika berada di tengah-tengah mereka. Dia hanya bisa menarik baju Vivi sambil berkata dengan pelan: "Vivi, cepatlah minta maaf kepada ibu."

Meskipun Vivi merasa tersakiti, namun dirinya hanya bisa menundukkan kepala di depan semua orang sambil berkata: "Tante, maafkan aku, akulah yang salah."

"Sudahlah, aku tidak sanggup menerima permintaan maaf darimu."

Maria tertawa dengan bangga dan pergi mengelilingi tempat perbelanjaan itu bersama kedua kakak adiknya itu.

Wanita seperti ini harus diberi sedikit ancaman, kalau tidak, setelah menikan nanti, dirinya pastilah tidak akan menghargai sang mertua.

Vivi menggigit bibirnya sendiri dan menarik napas yang dalam. Dia terus menghibur dirinya sendiri: "Aku tidak boleh marah di hari penting ini."

Ketika mengelilingi pusat perbelanjaan itu, Vivi seketika tertarik akan sebuah kalung permata.

Kalung ini memiliki desain yang unik dan mewah. Desain kalung ini begitu cocok dengan aura Vivi. Vivi mulai membayangkan dirinya berjalan di acara pernikahannya sambil menerima segala ucapan selamat dari para teman dan saudaranya.

"Justin, ini."

Teriak Vivi dengan penuh semangat sambil menarik lengan Justin.

Justin menghentikan langkah kakinya dan melihat plat harga pada kalung itu, 1,1M. Sisi mulutnya sedikit bergetar melihat harga tersebut.

Kenapa sebuah kalung bisa dijual dengan harga semahal ini? Bukankah nantinya dirinya harus menghabiskan ratusan miliyar hanya untuk membeli perhiasan? Saat ini, Justin mulai merasa ragu.

"Kenapa kalian berhenti di sana?"

Maria yang berjalan di depan menolehkan kepala dan berkata dengan nada tidak senang.

Justin tersenyum canggung dan segera menghampiri Maria, lalu membisikkan sesuatu padanya.

"Apa? 1,1M? Apakah dia ingin merampok uangmu?" kata Maria dengan penuh amarah.

Setelah itu, dia pun berjalan ke arah kalung itu sambil mengerutkan keningnya. Dia menatap kalung itu berulang kali dan berkata dengan datar:

"Desain kalung ini sudah tidak baru lagi dan bahan dasar yang digunakan juga tidaklah bagus. Kalung ini bahkan dijual dengan harga semahal ini. Ini sangat jelas kalau merupakan penipuan. Orang bodoh mana yang akan membeli kalung ini? Mari pergi."

Kedua tantenya pun tertawa dan berkata: "Benar, benar, biasanya orang-orang akan menggunakan kalung permata sebagai media penipuan. Membeli kalung ini sama sekali tidak akan mendapat keuntungan."

"Lagipula kalung ini tidak cocok dikenakan oleh manusia biasa. Kalung ini hanya cocok dikenakan oleh putri orang kaya yang sudah dibina sejak kecil. Kalau vivi yang mengenakan ini.... Sudahlah."

Ketiga wanita itu tertawa dan semua perkataan mereka sedang mengejek Vivi yang hanyalah merupakan seorang wanita yang berasal dari keluarga biasa dan tidak cocok mengenakan kalung semahal ini.

Justin juga meminjam kesempatan ini untuk berkata: "Vivi, lihatlah, ibu dan tante juga berkata kalau kalung ini tidaklah cantik. Mari pergi ke tempat lain."

Vivi seketika merasa kecewa dan tersindir.

Dia benar-benar menyukai kalung ini dan dia merasa pernikahan hanya sekali seumur hidupnya. Dia ingin menampilkan sisi tercantik dari dirinya pada acara pernikahannya nanti agar kelaknya dia tidak menyesal.

Lagipula Rey sendiri menjadikan uang sebesar 6M sebagai mahar bagi putrinya ini. Seluruh uang ini mungkin merupakan tabungan dari kedua orangtuanya. Bahkan setengah dari tanah seluas 1000 hektar yang mereka dapatkan dari Four Seas Group juga mereka berikan kepada keluarga Sun untuk dikelola. Ini merupakan sumber uang bagi keluarga Sun dan biaya sewa tanah yang diberikan keluarga Sun per tahunnya bahkan tidak mencapai 2M.

Namun saat ini, mereka bahkan tidak rela membelikan kalung ini untuknya.

Vivi merasa begitu sakit hati dan tidak dapat menerima hal ini. Dia pun memberanikan dirinya untuk berkata:

"Tante, seingatku, ayahku memberikan mahar sebesar 6M kepada kalian, aku....."

Vivi belum selesai berbicara dan Maria langsung berkata dengan penuh marah: "Apa maksudmu? Apakah kamu menganggap keluarga kami menerima kamu hanya karena uang keluargamu? Ini sangatlah lucu, kamu bahkan tidak sadari diri. Keluargamu juga begitu miskin, untuk apa kami memakai uang dari keluargamu?"

"6M yang kami terima itu sudah kami jadikan sebagai biaya pengolahan tanah seluas 1000 hektar itu. Untuk apa kami melakukan ini? Kami melakukan semua ini untuk kalian!" kata Maria sambil melipat kedua tangannya:

"Di dunia ini, setiap orang pastilah akan melakukan kesalahan. Keluargamu sangatlah miskin, apakah kalian belum merasa cukup setelah mendapat pelajaran dari Four seas group meskipun kalian diberi tanah seluas 1000 hektar? Bagaimana kalau nantinya kalian melakukan kesalahan lagi kepada organisasi lain?"

"Keluarga Sun membantu kalian untuk meminimalkan segala bahaya yang ada dan juga membantu kalian untuk mengelola segala harta kalian. Kamu tidak berterimakasih kepadaku dan malah menyalahkan aku? Apa maksud kamu?"

"Kalian....." Vivi merasa begitu marah melihat wanita yang tidak tahu malu itu. Namun dirinya tidak tahu bagaimana caranya untuk melawan.

Kedua tantenya juga berkata dengan sikap yang bangga:

"Apa? Kamu bisa menikah dan masuk ke keluarga Sun adalah keberuntunganmu. Kenapa kamu sama sekali tidak tahu berterimakasih?"

"Hehe, kalian belum menikah dan kamu sudah meminta barang yang kamu inginkan. Kamu bahkan tidak menghargai mertuamu. Jika nantinya kamu menikah, apakah kamu akan membawa pergi segala kekayaan keluarga Sun?"

"Justin, apakah ini adalah istri yang kamu bina itu? Kamu harus menjelikan matamu dan janganlah menikahi seorang wanita yang tidak tahu berterimakasih."

"Aku... Aku tidak....."

Wanita seperti Vivi tentu saja bukan merupakan lawan bagi ketiga wanita senior itu. Saat ini, Vivi merasa begitu marah dan dirinya hanya bisa menatap Justin sambil berharap calon suaminya itu bisa membantunya.

Namun di saat ini, ekspresi wajah Justin terlihat begitu murung. Dia merasa Vivi menurunkan harga dirinya. Dia pun mengerutkan keningnya sambil berkata: "Vivi, kamu keterlaluan!"

"Lihatlah sikapmu itu membuat ibu merasa begitu marah. Cepatlah minta maaf pada ibu."

Maria terlihat begitu bangga dan dia menatap Vivi dengan tatapan yang sombong. Kedua tantenya juga merasa begitu senang.

"Minta maaf? Kenapa setiap kalinya harus aku yang meminta maaf? Justin, aku sudah mengetahui sikapmu, kamu adalah pria yang tak berguna!" saat ini, Vivi tidak lagi mampu menahan semua rasa kecewanya di dalam hati. Dia lalu mengatakan semua ini sambil menangis dan pergi meninggalkan tempat itu.

Melihat ini, Justin pun segera mengejarnya: "Vivi..."

"Biarkan dia pergi, untuk apa kamu memanjakannya seperti itu!" Maria juga merasa begitu marah dan dia berkata dengan ekspresi yang murung: "Orang seperti apa itu? Untuk apa dirinya bersikap seperti itu? Lihatlah sikap aslinya itu!"

Kedua tantenya juga berkata dengan penuh hinaan:

"Benar, dia hanyalah wanita miskin dan dia cukup beruntung karena bisa menikah bahkan masuk di keluarga Sun. Tetapi dia malah memiliki begitu banyak permintaan. Apakah dia pantas seperti itu?"

"Justin, kamu harus menunjukkan kejantananmu saat ini. Kalau tidak, kamu akan ditindas oleh wanita itu selamanya. Apakah kamu mengerti?"

"Benar, lagipula hari pernikahanmu sudah ditentukan. Dia tidaklah bisa melarikan diri."

Ketiga wanita itu tertawa dan mereka tidaklah menghiraukan kepergian Vivi. Mereka kembali berbelanja dengan hati yang gembira.

Ekspresi wajah Justin terlihat begitu mutung. Dia menatap ke arah kepergian Vivi sambil menghela napas. Dia lalu berjalan mengikuti Maria.

Vivi membuat dirinya merasa begitu kecewa hari ini. Dirinya harus membuat Vivi mengerti segala aturan yang ada di dalam keluarga Sun.

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu