Kisah Si Dewa Perang - Bab 97 Adikku
Harus diakui kalau semua wanita sangatlah suka menyimpan dendam di dalam hati.
Setelah saling mengejar selama dua jam lebih, akhirnya Indiani pun berhasil menangkap David. Napasnya begitu cepat dan dia menyuruh David untuk menraktirnya makan sebagai pengganti rasa capeknya.
David merasa tidak berdaya dan menyetujui permintaannya dengan terpaksa.
Setengah jam kemudian, mereka pun tiba di salah satu toko yang menjual mie daging sapi yang ada di distrik komersial pada kota Jiangling ini.
Indiani melototkan matanya dan berkata dengan nada yang tidak senang: "Inikah makanan mewah yang kamu katakan itu? Ini aja?"
"Ada daging, mie dan juga barang-barang bermerek di sini. Kamu masih merasa tidak puas akan semua ini?" David tersenyum dan Indiani hanya bisa berjalan masuk ke dalam toko mie ini dengan terpaksa.
"Gadis cantik, dua mangkuk mie daging sapi, tambahkan daging dan kurangi mienya. Terimakasih." kata David dengan tersenyum kepada seorang gadis yang berdiri di depan kasir.
Setelah mengatakan itu, dia pun pergi mencari tempat duduk.
Indian melototinya dan berkata dengan nada tidak senang, "Mungkin kamu memanglah bodoh. Bagaimana mungkin mereka memberimu daging tambahan pada semangkuk mie yang hanya sehara puluhan ribu ini?"
Setelah mengatakan itu, mie yang panas pun dihidangkan. Di dalam mangkuk itu hanya terlihat bawang dan juga dua potong daging sapi yang berukuran kecil.
Indiani pun berkata di dalam hati kalau semua ini sudah sama seperti dugaannya. Setelah itu, dirinya pun melototkan kedua matanya.
"Tuan, ini mie yang kamu pesan."
Tidak tahu hal apa yang membuat gadis yang berdiri di kasir itu tergila-gila kepada David. Magkuk yang dihidangkan di depan David itu dipenuhi oleh daging sapi yang bahkan membentuk kerucut dan mie yang ada di dalam mangkuk itu sangatlah sedikit.
Wajah gadis itu memerah dan dia langsung berlari meninggalkan David setelah menatapnya beberapa saat.
Konsumen lain yang berada di sekeliling mereka juga merasa begitu terkejut akan hal ini.
"Aku, aku, kamu, kamu......" Indiani tidak tahu harus berkata apa, "Wah, kenapa dagingmu begitu banyak dan aku hanya mendapat dua potong saja?"
"Mungkin karena aku ganteng?"
David memegang dagunya dan menyantap daging itu sebagaimana mestinya.
Indiani hanya menatap mangkuknya yang dipenuhi oleh mie dan kembali menatap ke mangkuk David yang dipenuhi oleh daging sapi. Amarah di dalam dirinya semakin membara.
Pada akhirnya, dia menghela napas dan langsung merebut mangkuk David, lalu menyantapnya dengan tanpa ragu.
"Hei, kamu...."
"Ada apa dengan aku? Apakah kamu tidak tahu kalau wanita harus diprioritaskan?" Indiani terlihat begitu bangga dan dia pun menyantap mie itu sambil berkata: "Dagingnya sangatlah lezat."
"Kakak ipar, kenapa kamu terbengong? Cepatlah makan, mie di sini sangatlah lezat dan bahkan lebih enak dibandingkan dengan dagingnya. Aku sengaja menyisakan mie itu untukmu."
Ekspresi wajah David terlihat begitu murung. Dia terpaksa meraih mie milik Indiani itu dan mulai menyantapnya. Dia tidak bisa bersikap marah terhadap wanita ini.
Indiani merasa begitu puas dan setelah merasa kenyang, dia pun terpikir akan sebuah hal....
Dirinya dan David menyantap semangkuk mie yang sama, apakah itu sama dengan ciuman secara tidak langsung?
Bwek.... Apa yang sedang aku pikirkan!
Indiani segera mengakhiri pemikirannya yang buruk ini. Wajahnya memerah dan dirinya terus menghindari tatapannya dengan David.
David tidak menghiraukan apa yang sedang dipikirkan oleh gadis ini. Saat ini, dia hanya memikirkan masa-masa militernya dulu.
Kota Xiye berada di daerah yang sangat terpencil dan daerah itu memiliki begitu banyak sapi Yak. Daerah itu juga memiliki adat istiadat yang begitu kental.
Waktu itu, dirinya merasa begitu bahagia ketika menyelesaikan misi. Semua gadis di kota Xiye itu begitu kagum padanya dan sering mengantarkan mie daging sapi kepada para prajurit seperti mereka. Daging yang banyak dan mie yang sedikit. Ini semua merupakan kenangan yang tidak pernah terlupakan.
Itu juga merupakan alasan kenapa David masuk ke dalam toko ini.
Kualitas daging yang baik dan sup mie yang segar, dapat dilihat kalau toko ini merupakan toko yang menjual mie khas kota Xiye.
Dan juga gadis yang berdiri di kasir itu, dari aura dan bentuk wajahnya, dapat dilihat kalau dirinya merupakan gadis yang berasal dari kota Xiye. Mungkin saja gadis itu juga merasakan aura prajurit pada tubuh David.
Oleh karena itu, ia pun menyajikan mie tersebut sesuai kebiasaan yang ada di kota Xiye, daging yang banyak dan mie yang sedikit.
Tidak tahu apakah gadis itu masih mengingat masa dimana mereka mengantarkan mie daging sapi kepada para prajurit atau tidak.
"Aku sudah kenyang, mari pergi."
David menyesuaikan kembali suasana hatinya dan mengetuk kepala Indiani sambil berjalan keluar.
Sebelum pergi, David mengeluarkan sejumlah uang dan meninggalkannya di meja. uang ini cukup digunakan untuk membeli satu ekor sapi utuh.
Mereka sama-sama berasal dari kota Xiye, oleh karena itu, David tidak akan menerima segala kebaikan gadis itu dengan sia-sia.
Indiani mengikuti David dari belakang dan terus bertanya kepadanya.
David merasa sedikit sakit kepala. Kenapa gadis ini dan Karin memiliki sikap yang berbeda? Padahal mereka berdua adalah kakak beradik.
Ketika memikirkan itu, David melihat bayangan tubuh seorang wanita cantik di kejauhan. David menghentikan langkah kakinya dan menatap ke arah wanita itu.
"Kakak ipar, ada apa? Kamu mengenal gadis cantik itu? Sepertinya wanita itu sudah memiliki pacar." kata Indiani sambil mengedipkan matanya.
"Dulunya, dia adalah adik perempuanku." kata David dengan tenang.
Orang yang ada dikejauhan itu adalah Vivi, Justin dan keluarganya.
...........
Tiga hari ke depan merupakan hari yang sangat penting bagi Vivi dan juga keluarga Zhou.
Dirinya dan Justin akhirnya akan menggelarkan acara pernikahan.
Namun, Vivi tidak terlihat bahagia. Bahkan dirinya terlihat sedikit risih dan kecewa.
Dulunya, dia menganggap Justin sebagai calon suami yang terbaik dan dia merasa begitu bahagia ketika bersama Justin.
Namun setelah kejadian di Jinsha Night Club malam itu, Justin dipermalukan oleh Jonathan dan hal ini berhasil membuat Vivi melihat segala sisi buruk dari Justin.
Saat ini, Vivi hanya merasa jijik padanya.
Namun Vivi juga merupakan seorang wanita tradisional. Bagaimana mungkin dia menyesal pada pernikahan yang sudah dijanjikan sejak awal?
Apalagi, Justin terus menghiburnya menggunakan perkataan-perkataan yang enak didengar beberapa hari belakangan ini. Hal ini membuat Vivi kembali terharu dan tidak rela untuk mengakhiri hubungan dengan Justin.
Hari ini, keluarga Justin akan membawa Vivi untuk membeli perhiasan. Hal ini juga membuat Vivi merasa lebih senang.
Semua wanita di dunia ini suka pada perhiasan dan tidak ada satupun wanita yang bisa menolak hal ini.
"Vivi, tiga hari kemudian adalah hari penikahan kita. Aku akan membuat kamu menjadi wanita terbahagia di dunia ini." kata Justin dengan tulus dan dia kembali berkata dengan bangga:
"Belilah semua perhiasan yang kamu sukai di sini."
Setelah melihat perhiasan yang mengkilau itu, Vivi seketika merasa begitu senang. Dia pun tersenyum dan berkata: "Terimakasih, Justin."
"Untuk apa kamu bersikap segan seperti ini. Siapa suruh kamu adalah istriku."
"Kalian berdua kenapa begitu lambat? Cepatlah pilih perhiasan yang kalian sukai. Aku harus segera pergi ke salon karena aku sudah membuat janji sebelumnya." di depan mereka, terlihat seorang wanita yang berpenampilang begitu mewah.
"Kampungan tetaplah kampungan, kamu tidak akan pernah bisa mengikuti zaman. Aku juga tidak mengerti apa yang disukai Justin darimu."
Wanita ini adalah ibu dari Justin, yaitu Maria.
Mertua dan menantu tidak akan pernah memiliki hubungan yang baik. Begitu juga dengan kondisi di keluarga Sun.
Di depan mereka juga terlihat dua wanita yang berpenampilan norak. Kedua wanita itu merupakan tante dari Justin yang terus mengkritik Vivi.
Orang seperti mereka tentu saja akan sangat meremehkan Vivi. Jikalau bukan karena Vivi memiliki wajah yang cantik dan keluarganya mendapatkan tanah seluas ribuan hektar, mereka pastilah tidak akan menyetujui pernikahan ini.
Suara mereka tidaklah keras, namun Vivi bisa mendengar semua itu dengan jelas. Detik selanjutnya, wajahnya yang awalnya tersenyum itu kembali terlihat murung. Vivi hanya berdiri di sisi lain dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini....
Novel Terkait
Wonderful Son-in-Law
EdrickPenyucian Pernikahan
Glen ValoraMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaDark Love
Angel VeronicaGue Jadi Kaya
Faya SaitamaWahai Hati
JavAliusPredestined
CarlyKisah Si Dewa Perang×
- Bab 1 Pria Pun Bisa Bersedih
- Bab 2 Aku Telah Kembali
- Bab 3 Anak Haram
- Bab 4 Ayah Adalah Pahlawan
- Bab 5 Sepuluh Tahun Berlalu, Segalanya Masih Sama, Hanya Orang yang Berbeda
- Bab 6 Aku Tidak Tertarik Mendengar Omong Kosong
- Bab 7 Tidak Bisa Melakukannya
- Bab 8 Kamu Hebat Sekali
- Bab 9 Lumpuhkan ‘Petingginya’
- Bab 10 Apakah Dirimu Terlihat Seperti Ikan Ini?
- Bab 11 Angin yang Besar, dan Kuat (1)
- Bab 12 Angin yang Besar, dan Kuat (2)
- Bab 13 Dia Akan Menghormati Aku Seperti Dewa
- Bab 14 Kedatangan Jonathan Ma
- Bab 15 Apakah Dunia Sedang Terbalik?
- Bab 16 Semua Ini Karena Pamanku
- Bab 17 Pertarungan Ayah dan Anak
- Bab 18 Akhirnya Kamu Kembali
- Bab 19 Memukulmu Karena Kamu Rendahan
- Bab 20 Datang Mencari Gara-Gara
- Bab 21 Kamu Terima Tidak?
- Bab 22 Aku Punya Ayah
- Bab 23 Mau Adik Laki-laki
- Bab 24 Perasaannya Tidak Buruk
- Bab 25 Masalah Pernikahan Karin Yun
- Bab 26 Gadis Kecil yang Licik
- Bab 27 Biarkan Dia yang Datang Menemuiku
- Bab 28 pertunjukan Bagus, Dimulai!
- Bab 29 Leo, Teh!
- Bab 30 Ini Baru Kekuasaan
- Bab 31 Dia Telah Berlutut
- Bab 32 Pemuda Pertama di Kota Jiangling, Hanya Begitu Saja
- Bab 33 Tidak Bulat Sama Sekali
- Bab 34 Wanita yang Menjadi Kuat Ketika Telah Menjadi Seorang Ibu
- Bab 35 Kecemburuan
- Bab 36 Siapa Kamu!
- Bab 37 Minta Maaf Kepada Wanitaku
- Bab 38 Selamat Malam, Istriku
- Bab 39 Aku Dipaksa
- Bab 40 Orang Tuaku, Ingin Bertemu Denganmu
- Bab 41 Wanita Yang Tinggi Hati
- Bab 42 Kamu Tidak Sepadan Putriku
- Bab 43 Aku Bersedia Menerima Putrimu Sebagai Budak Keluargaku
- Bab 44 Aku Bahkan Berani Membunuhmu
- Bab 45 Ini Adalah Hot West Wind!
- Bab 46 Arak Ini Bernilai Enam Miliyar!
- Bab 47 Keluarga Kalian Muncul Naga Sejati
- Bab 48 Bella Yang Murung
- Bab 49 Putri, Pilih Sesukamu
- Bab 50 Air Cucuran Jatuhnya ke Pelimbahan Juga
- Bab 51 Tempat Kalian Ini, Aku Menginginkannya
- Bab 52 Ini Yang Namanya Mendominasi
- Bab 53 Apa Yang Dilakukan Dengan Putri Yang Jahat
- Bab 54 Wanita Yang Legendaris
- Bab 55 Keluarga Tang dari Jiangling
- Bab 56 Hak dan Kebebasan Dihapuskan
- Bab 57 Selamat Datang Untuk Anda
- Bab 58 Bau Cemburu yang Sangat Tajam
- Bab 59 Siapa Berani Menyentuhku?
- Bab 60 Bunuh dengan Tangan Terbalik
- Bab 61 Permasalahan Hati Wanita
- Bab 62 Semakin Tinggi Posisi, Semakin Kesepian
- Bab 63 Racun Dandala
- Bab 64 Nama Dewa Sura
- Bab 65 Sayang, kamu sudah datang!
- Bab 66 Dunia Kungfu
- Bab 67 Maaf, Uang Memang Kertas Sampah
- Bab 68 Ibu Cemburu Lagi
- Bab 69 Undangan Justin Sun
- Bab 70 Tuan Muda Xu, Bertemu Lagi
- Bab 71 Dipukul Orang?
- Bab 72 Benar-benar Cari Mati
- Bab 73 Tuan Chu?
- Bab 74 Pamanmu Tidak Berarti Apa-apa
- Bab 75 Kakak Beradik
- Bab 76 Jonathan Meminta Pertolongan
- Bab 77 Kedatangan Adik Perempuan
- Bab 78 Sudah Seharusnya Kamu Menjadi Lajang
- Bab 79 Satu Lawan Satu? Apakah Kamu Mampu?
- Bab 80 Tiada Taranya
- Bab 81 Ada Aku Disini, Apa yang Perlu Ditakutkan?
- Bab 82 Lihat dengan Baik, Pelajari dengan Baik
- Bab 83 Mati Dengan Satu Jari
- Bab 84 Hanya Sebuah Makhluk Liar
- Bab 85 Berapa Jumlah Kepala yang Kamu Punya?
- Bab 86 Pahlawan Yang Tiada Taranya
- Bab 87 Rasa Kehidupan
- Bab 88 Saudara Munafik
- Bab 89 Selamat Datang ke Rumah Baru Kita
- Bab 90 Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta sama kamu
- Bab 91 Kakak Ipar Misterius
- Bab 92 Tidak Tahu Diri
- Bab 93 Master Chu, Anda Sudah Datang
- Bab 94 Kamu Tidak Pantas
- Bab 95 Serang Kamu Saja?
- Bab 96 Pria Gentleman
- Bab 97 Adikku
- Bab 88 Keluarga yang Tidak Tahu Malu
- Bab 99 Kamu Memiliki Seorang Kakak yang Baik
- Bab 100 Aku Menantikannya
- Bab 101 Gaun Pengantin Harga Setinggi Langit
- Bab 102 Apa Kabar Tuan
- Bab 103 Menemanimu
- Bab 104 Tidak Senasib
- Bab 105 Sesepuh Tua Tiba
- Bab 106 Tak Tertandingi
- Bab 107 Tampar Kembali
- Bab 108 Kamu Itu Siapa?
- Bab 109 Dewa Perang
- Bab 110 Seluruh Tamu Pergi Dengan Tenang
- Bab 111 Memperkenalkan Wanita Untuk David Chu
- Bab 112 Teman Lama
- Bab 113 Bekerja Menjadi Petugas Keamanan di Bawah Kepemimpinan Aku
- Bab 114 Menyusahkan Dirinya Sendiri
- Bab 115 Pasti Merupakan Anak Kandungnya
- Bab 116 Bibi, Kamu Kasihan Sekali
- Bab 117 Banyak Sekali Orang Yang Membual
- Bab 118 Apakah Dia Layak Untuk Putriku
- Bab 119 Penerima Wanita Bekas
- Bab 120 Kamu Pikir Kamu Siapa
- Bab 121 Calon Menantu
- Bab 122 Memiliku, Sudah Cukup
- Bab 123 Bertemu Dafu Lee Lagi
- Bab 124 Balas Dendam
- Bab 125 Keadaan Darurat
- Bab 126 Yakin 100%
- Bab 127 Menerima murid wanita
- Bab 128 Etika kedokteran
- Bab 129 Menjelaskan padaku
- Bab 130 Kebencian semakin bertambah