Istri kontrakku - Bab 6 Tidak Dapat Kabur Jika Ada Sayap
Satu jam kemudian, Lisa sedang mandi susu di rumah, sambil minum anggur merah. Suasana hatinya sungguh baik, karena si botak itu bilang kepada Lisa bahwa salah satu lengan Andrew telah dipatahkan.
Tak lama kemudian, Lisa sudah selesai mandi. Ia baru saja membalutkan handuk di tubuhnya, lalu terdengar ada orang yang berteriak di luar kamar sana. Lisa merasa agak tidak senang, lalu mengerutkan dahi dan bertanya, “Apa yang terjadi diluar sana? Mengapa begitu berisik?”
Si botak itu dengan cepat masuk ke dalam ruangan. “Nona Lisa, si Andrew itu datang. Tubuhnya terbaluti perban dan ia datang untuk meminta balik keadilan dari Anda.”
Mendengar ucapan ini, Lisa tercengang sesaat, lalu tertawa kencang.
“Orang ini benar-benar tidak tahu diri, berani-beraninya datang kesini. Usir ia langsung. Jangan, hajar dulu ia hingga pingsan, baru kalian buang keluar.”
Tatapan si botak itu teralih pelan, lalu berkata, “Ia masih bilang dirinya akan melapor polisi, biar polisi yang merebut kembali keadilannya. Nona Lisa, kupikir bagaimana kalau kamu beri ia masuk dulu, mengulur waktunya dan aku pergi bersiap-siap, lalu kita baru kasih ia pelajaran, agar ia tahu sakit dan tidak akan mencari masalah lagi.”
Lisa mengangguk, sepertinya sangat puas terhadap pendapat yang ia berikan. “Baik, ikuti saja apa yang kamu katakan.”
Si botak berbalik badan pergi, tak lama kemudian Andrew dibawa masuk ke dalam ruangan. Dilihat dari tampangnya, ia memang terlihat menyedihkan. Ada banyak luka memar yang terdapat pada wajahnya, kepalanya terbungkus perban, bahkan tangan kirinya terpasang gipsum.
Melihat tampang Andrew yang seperti ini, Lisa seketika tertawa kencang.
“Ternyata kamu itu Andrew. Kamu berani juga, setelah aku mencari orang untuk menghajarmu, bisa-bisanya datang mencariku.”
Lisa sama sekali tidak menyembunyikan fakta bahwa si botak mereka merupakan orang suruhannya.
Andrew mendecih pelan, lalu berkata kepada Lisa dengan serius. “Ternyata kamu yang melakukannya, apakah aturan sama sekali tidak ada bagimu?”
“Aku hari ini datang meminta kembali keadilanku. Kalau kamu tidak meminta maaf kepadaku hari ini, serta biaya kerugian mentalku, aku tidak akan membiarkan masalah ini selesai begitu saja.”
Lisa tertawa sinis. “Andrew, kupikir kamu itu bodoh, masih berharap aku meminta maaf kepadamu? Kamu benar-benar banyak bermimpi. Kamu juga tidak lihat dulu tempat apakah ini, berani-beraninya mencari masalah di wilayahku.”
Lisa memasang ekspresi puas, lalu dua orang memasuki ruangan, kebetulan dua orang itu adalah orang yang mencari masalah Andrew bersama si botak itu.
“Aku sudah cukup memberi harga diri untukmu, agar si botak mereka sisakan nyawamu. Sedangkan kamu tidak tahu diri dan datang kesini, apakah kamu percaya aku akan membiarkan langsung membunuhmu?”
Andrew melirik kanan kiri dan memasang tampang yang ketakutan.
“A-apa.... yang ingin kamu lakukan? Aku beri tahu, kalau kamu berani menghajarku, aku pasti akan teriak kencang. Saat itu orang lain akan merasa kejanggalan, dan siapa tahu polisi pun datang kesini.”
Lisa tertawa sinis tak peduli. “Dasar bodoh, ini adalah rumah pribadi milikku, apalagi rumah ini kedap suara. Mau kamu teriak sangat kencang, tidak akan ada yang kedengaran di luar sana.”
Andrew berpikir sesaat, lalu langsung berkata, “Kalau begitu aku lapor polisi sekarang, aku ada bawa ponsel datang.”
Lisa masih saja tidak peduli, tertawa kencang berkata, “Dasar sampah, aku sudah tahu kamu akan menggunakan cara itu. Coba kamu telepon sekarang.”
“Aku telah membiarkan si botak mereka mengaktifkan sistem pemblokiran sinyal. Sekarang tempat ini sudah sepenuhnya terpisah dengan dunia luar, bahkan kamu sama sekali tidak bisa menelpon keluar, orang lain juga tidak bisa memeriksa lokasimu.”
Andrew pura-pura memasang wajah terkejut. “Kamu tidak perlu begitu senang, meskipun aku tidak bisa mengalahkan mereka, tapi aku juga bisa kabur.”
Lisa lagi-lagi tertawa kencang setelah mendengar ucapan itu.
“Aku bilang kamu bodoh dan kamu sungguh bodoh. Kalau aku berani membiarkanmu masuk, apakah kamu pikir kamu masih bisa keluar? Si botak telah merencanakan semuanya, mungkin saat ini orang-orangnya telah mengepung satu rumah ini. Kamu sekarang tidak dapat kabur kalaupun kamu diberikan sayap.”
Andrew menatap Lisa dengan senyuman sinis, tanpa berbicara. Sedangkan Lisa sana memasang wajah puas karena kemenangan sudah mendekatinya. Ia bangkit dari tempat duduk dengan santai, sambil menggoyang pelan gelas diatas tangannya, sambil berjalan ke hadapan Andrew.
“Orang sampah sepertimu masih ada istri bodohmu yang berharap kamu bisa masuk ke dunia hiburan, benar-benar sebuah lelucon. Tapi aku baik hati, boleh memberi sebuah kesempatan lagi untukmu. Kalau kamu sekarang mau merangkak di lantai, dan bertingkah seperti seekor anjing menghiburku, siapa tahu aku senang dan akan membiarkanmu pergi.”
Lisa bersikap angkuh, wajahnya pun mengukir sebuah senyum kemenangan.
Andrew mendecih pelan, “Bagaimana kalau aku bilang tidak?”
Tatapan Lisa menjadi kejam saat melihat Andrew.
“Kalau begitu jangan salahkan diriku kejam, hari ini mungkin saja kamu tidak bisa keluar dari sini.”
Lisa melambaikan tangannya, seketika segerombolan orang masuk dari luar pintu. Orang-orang ini terlihat sangat kekar dan kuat, serta wajahnya yang mengerikan. Mereka semua merupakan anak buah si botak itu.
“Andrew, apakah ada kata-kata yang masih kamu ingin bicarakan? Segeralah ucapkan sebelum kamu mati, aku boleh membantumu untuk menyampaikan ini kepada istri bodohmu itu.” ujar Lisa sambil tertawa.
Wajah Andrew sama sekali tidak terlihat takut. “Yang ingin kukatakan adalah kamu sudah boleh meminta maaf kepadaku.”
Raut wajah Lisa seketika berubah.
“Benar-benar bodoh, bahkan tidak bisa melihat jelas situasi sekarang. Sudahlah, aku juga tidak ingin banyak cakap denganmu.” Setelah itu, ia berbalik badan dan berjalan ke sofa, sambil berkata kepada anak buah si botak. “Bawa keluar dan beri pelajaran, jangan sampai lantaiku ternodai.”
Baru saja ia selesai berkata, lalu ia pun dihalang oleh dua orang. Lisa agak terkejut, lalu mengangkat kepalanya menatap kedua orang itu, dan itu memang anak buah si botak.
“Untuk apa kalian menghalangi jalanku, apakah kalian cari mati?”
Di saat ini, di belakang ia terdengar suara tawa Andrew yang kencang.
“Lisa ya Lisa. Aku lihat kamu lah bodoh, kamu sendiri juga yang tidak melihat jelas situasi sekarang.”
Lisa berbalik badan menatap Andrew, seketika matanya pun membelalak. Saat ini Andrew pun melepaskan perban di tubuhnya, lalu ia juga asal mengelap luka memar di wajahnya.
Apalagi hal yang terpenting adalah di belakangnya penuh dengan anak buah si botak.
“M-mengapa....kalian....” Lisa tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Meskipun ia masih belum menyadari keadaan sekarang, tapi hatinya muncul sebuah firasat buruk.
“Maaf, Nona Lisa, kita juga terpaksa dan tak berdaya. Kamu ingin mencari masalah dengan Tuan Andrew, tapi kita tidak bisa melakukannya, jadi kita hanya bisa melakukan ini untukmu. Aku menyarankan Anda lebih baik meminta maaf kepada Tuan Andrew.”
Meskipun kata-kata si botak sopan, tapi nada bicaranya sangat cuek.
Mendengar ini, Lisa seketika menyadari bahwa si botak mereka telah mengkhianatinya dan ia juga marah besar.
“Aku lihat kalian cari mati. Kamu kira aku hanya kenal dengan kalian? Aku bisa mencari siapapun untuk mengalahkan kalian.” ujar Lisa sambil mengeluarkan ponselnya.
Andrew tertawa sinis. “Kamu telepon saja, disini kan ada sistem pemblokiran sinyal.”
Lisa terdiam. Ia pun menatap Andrew ketakutan, hingga dirinya tidak bisa mengatakan apapun, tapi Andrew lanjut berkata.
“Kamu juga boleh mencoba untuk berteriak, lagi pula tidak akan ada orang yang bisa menolongmu maupun kamu berteriak sekencang mungkin. Untuk melarikan diri, disini telah dikepung oleh semua anak buah si botak. Sepertinya kamu tidak dapat kabur kalaupun memiliki sayap.”
Andrew mengukir senyuman diatas wajah, dan hal itu membuat Lisa ketakutan. Saat ini ia baru menyadari semua ini merupakan jebakan yang sengaja direncanakan Andrew.
Novel Terkait
Aku bukan menantu sampah
Stiw boyBeautiful Lady
ElsaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaKing Of Red Sea
Hideo TakashiSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaCinta Yang Paling Mahal
Andara Early1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaIstri kontrakku×
- Bab 1 Menjadi Pemeran Utama
- Bab 2 Menolak Diberi Jalan
- Bab 3 Siapa yang Berlutut?
- Bab 4 Tawaran
- Bab 5 Punya pemikiran yang matang
- Bab 6 Tidak Dapat Kabur Jika Ada Sayap
- Bab 7 Aku ada Sebuah Ide
- Bab 8 Pasti Ada Caranya
- Bab 9 Konferensi Pers
- Bab 10 Mempermalukan
- Bab 11 Perubahan
- Bab 12 Balas Dendam
- Bab 13 Persiapan
- Bab 14 Tanda Tangan Kontrak
- Bab 15 Kegaduhan Lokasi Syuting
- Bab 16 Menerima Dejun
- Bab 17 Bertemu Dengan Venny Lagi
- Bab 18 Taruhan
- Bab 19 Bisnis Seharga Enam Ratus Ribu
- Bab 20 Akting
- Bab 21 Anak orang kaya
- Bab 22 Mujizat
- Bab 23 Memenangkan kontrak
- Bab 24 kata-kata yang tak bisa disampaikan
- Bab 25 Pertama kali bertemu orang penting
- Bab 26 Tempat rahasia
- Bab 27 Situasi
- Bab 28 Hubungan Kerja Sama
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Kebalikan
- Bab 31 Leon yang Gila
- Bab 32 Sano
- Bab 33 Kekhawatiran
- Bab 34 Melihat Bunga Persik
- Bab 35 Ditangkap
- Bab 36 Senang
- Bab 37 Godaan Christine
- Bab 38 Pilihan Orang yang Tepat
- Bab 39 Pemutusan Kontrak
- Bab 40 Siasat
- Bab 41 Masalah Besar
- Bab 42 Jeje Gadis Pelayan
- Bab 43 Minta Dipukul
- Bab 44 Gadis Gosip
- Bab 45 Pertaruhan
- Bab 46 Jerami Terakhir Yang Mematikan Unta
- Bab 47 Panik
- Bab 48 Kekuatan Andrew
- Bab 49 Mark Menyerah
- Bab 50 Kesalahpahaman
- Bab 51 Masalah yang Mengganggu
- Bab 52 Memainkan Sebuah Pertunjukkan
- Bab 53 Mendorong Menjadi Topik Hangat
- Bab 54 Rahasia Sano
- Bab 55 Juan yang Jengkel
- Bab 56 Marah Besar
- Bab 57 Krisis Film
- Bab 58 Konferensi Pers
- Bab 59 Acara Keluarga (1)
- Bab 60 Acara Keluarga (2)
- Bab 61 Perjamuan Keluarga (3)
- Bab 62 Pemutusan Kontrak Artis (1)
- Bab 63 Pemutusan Kontrak Artis (2)
- Bab 64 Group Li Dalam Bahaya
- Bab 65 Mantan kekasih
- Bab 66 Waktu mendatangkan perubahan
- Bab 67 Krisis perusahaan
- Bab 68 Krisis perusahaan 2
- Bab 69 Apa Jeslyne dalam masalah ?
- Bab 70 Permintaan Jessica
- Bab 71 Penculikan Lagi
- Bab 72 Perang senjata
- Bab 73 Pertemuan pertama
- Bab74 Data
- Bab 75 Telepon dari Walikota Wandy
- Bab 76 Memastikan Rencana
- Bab 77 Kedatangan Willy
- Bab 78 Kerjasama
- Bab 79 Kerjasama
- Bab 80 Meminta Pernyataan
- Bab 81 Dosis Yang Kuat
- Bab 82 Curiga
- Bab 83 Membasmi
- Bab 84 Pengkhianatan
- Bab 85 Memindahkan Aset
- Bab 86 Membeli Saham
- Bab 87 Mulai Panen
- Bab 88 Konferensi Pers
- Bab 89 Tamu Penting
- Bab 90 Kerja Sama
- Bab 91 Luar Negeri
- Bab 92 Hebat
- Bab 93 Memamerkan Kehebatan
- Bab 94 Tugas Dari Venny
- Bab 95 Menyusun Rencana
- Bab 96 Telepon dari Juan
- Bab 97 Kamera Mini
- Bab 98 Pemikiran Buruk Juan
- Bab 99 Keadaan Krisis
- Bab 100 Melamar
- Bab 101 Benar-Benar Marah
- Bab 102 Tamat