Istri kontrakku - Bab 42 Jeje Gadis Pelayan
"Tidak perlu, aku ingin nyanyi." Andrew merasa bingung, apakah dia harus memeluknya kalau datang ke sini?
Orang yang bernama Mia langsung mendorong pintu untuk masuk sebelum Andrew mengangkat mikrofonnya.
"Tuan, jika menurutmu wanita itu tidak memuaskan, aku akan menyuruhnya keluar.
Sebagai seorang mandor, Kak Mia sangat bertanggung jawab. Dia akan memeriksa melalui pintu kaca secara berkala setiap wanita yang dikirim ke dalam ruangan pribadi.
"Hah? Bukan tidak puas, tapi lebih baik kamu suruh dia pergi saja, aku akan membayarnya." Jika bukan untuk bertahan hidup, Andrew merasa bahwa wanita ini tidak perlu melakukan pekerjaan seperti ini. Dia juga bukan orang yang suka bermain dengan wanita, biarkan saja dia pergi untuk menghasilkan lebih banyak uang.
"Baik." Kak Mia berkata dengan suara rendah, seolah-olah dia sangat tidak senang, Andrew juga tidak peduli dan mulai bernyanyi sendiri. Meskipun Andrew tidak sering menyanyi, tapi suaranya sangat bagus. John dan wanita itu langsung tertarik dengan suaranya begitu dia mulai bernyanyi.
"Saudaraku, kapan kamu menjadi begitu pandai bernyanyi? Dengan suaramu, kamu dapat mengalahkan mereka yang disebut idola." Setelah selesai, John berkata dengan terkejut.
"Aku memang bisa nyanyi, hanya saja kamu tidak mengetahuinya." Andrew meletakkan mikrofon setelah berbicara.
"Sebenarnya aku juga pandai nyanyi. Ayo, berikan mikrofonnya." John yang sudah mabuk juga tidak mau kalah dari Andrew. Dia mengambil mikrofon dan memilih lagu yang bisa dia nyanyikan.
Dan tentu saja Andrew duduk dengan wanita centil itu.
"Kakak, apakah kamu tidak puas dengan wanita tadi?" Wanita itu berkata sambil menuangkan segelas bir untuk Andrew.
"Tidak, aku berbeda dengan John. Aku biasanya memang hanya nyanyi dan minum saja, kenapa kalian semua menanyakan pertanyaan yang sama?" Andrew sedikit terkejut.
"Hei, kenapa tidak mengatakannya lebih awal? Jeje pasti akan dimarahi lagi kali ini." Wanita centil itu menghela nafas, sepertinya hubungannya dengan Jeje cukup baik.
Andrew menoleh ke luar pintu setelah mendengarkan perkataan wanita itu. Memang benar,Kak Mia sedang menunjuk Jeje dengan jarinya. Meskipun dia yang berada di dalam ruangan tidak bisa mendengar perkataanKak Mia, tapi Andrew bisa membayangkannya.
Andrew mendorong pintu untuk keluar dan menyeret Jeje ke belakangnya.
"Kak Mia, bukankah aku sudah mengatakannya? Aku sangat puas dengan Jeje, hanya saja aku tidak ingin bermain." Andrew juga tidak berdaya, dia hanya ingin bernyanyi saja tidak bisa.
"Meskipun kamu tidak menyentuhnya, dia juga harus menyentuhmu. Jika orang yang bekerja di bidang ini tidak bisa mengambil inisiatif, maka aku yang akan dimarahi. Jeje, aku sudah mengatakannya berkali-kali, apakah kamu harus begitu tidak menyenangkan setiap kali melayani tamu? Kamu tidak dapat menutupi biaya pengobatan ibumu." Meskipun Kak Mia bukan orang yang baik, tapi tampaknya dia menggunakan posisinya sendiri untuk membantu Jeje.
"Baiklah, jangan bertengkar lagi, aku tidak peduli dengan urusan kalian, bagaimanapun jangan memarahinya karena aku yang tidak ingin bermain. Ada 40 juta di sini untuk biaya jasa Jeje, pergi saja!" Andrew sedikit tidak berdaya, tapi mendengar tampaknya Jeje bekerja di sini untuk biaya pengobatan ibunya, Andrew tetap saja melunak.
Setelah kembali ke ruangan pribadi, John dan wanita itu sudah sangat intim. Andrew percaya bahwa jika dia terlambat tiga menit, keduanya sudah akan melepas pakaian mereka.
"John, cari sebuah hotel jika kamu ingin melakukannya, tempat macam apa ini?" Andrew mematikan speaker dan berteriak pada John.
"Yaya, ikut aku malam ini." John sepertinya tergila-gila dengan wanita ini dan ingin membawanya pergi.
"Baik." Wanita yang bernama Yaya ini juga senang, langsung menyetujui permintaan John.
Dengan begini, Andrew, John dan Yaya bersiap untuk keluar dari klub ini. Mungkin itu kebetulan ketika Andrew hendak pergi, dia menyadari bahwa Jeje sudah berada di ruangan pribadi yang lain.
Pria di sebelahnya menyentuh tubuhnya dengan tidak hormat, Jeje menundukkan kepalanya, seolah-olah sedang menahannya.
"Kak Andrew, kenapa kamu tidak jalan?" John menepuk bahu Andrew dan berkata.
"Tidak apa-apa." Andrew menghela napas. Terlalu banyak hal malang yang terjadi di dunia ini dan dia tidak bisa menyelamatkannya satu per satu. Meskipun Jeje menyedihkan, tetapi ini adalah pekerjaan yang dia pilih.
"Kak Andrew, aku kenal pria di dalam. Terakhir dia yang memesan Jeje, kemudian menampar Jeje. Aku tidak menyangka bahwa dia datang lagi hari ini." Yaya telah bekerja di sini selama beberapa tahun dan dia bisa langsung mengenali beberapa pelanggan yang sering datang.
"Dua bos besar, sudah mau pergi? Tidak ingin bermain lebih lama lagi?" Tiba-tiba terdengar suara Kak Mia di belakang mereka bertiga dan mengejutkan Andrew.
“Kak, kenapa kamu membiarkan Jeje melayani tamu ini? Kamu tahu bahwa Jeje tidak bisa melakukannya.” Yaya terlihat sangat cemas.
"Yaya, coba pikirkan apakah kamu sama dengan Jeje ketika pertama kali datang ke sini? Tidak bisa melakukannya? Apa yang tidak bisa dilakukan untuk uang? Jika kamu akan ikut bos ini maka cepat pergi saja. Hari ini, Jeje harus melayani tamu ini dengan baik." Meskipun Andrew berpikir bahwa perkataan Kak Mia tidak enak didengar, tetapi dia tidak dapat menemukan alasan untuk membantahnya.
"Lupakan, ayo pergi." Andrew tidak berdaya, dia ingin mengurus masalah ini, tetapi dia tidak memiliki alasan yang tepat.
Andrew sudah mengajak pergi. John dan Yaya tidak punya alasan untuk tidak pergi. Mereka bertiga berjalan ke pintu klub hiburan. Andrew berkata bahwa dia ingin pergi ke toilet, John dan Yaya hanya bisa menunggu di sini.
Andrew bukan ke toilet, tapi dia diam-diam menghampiri pintu ruangan pribadi itu, melalui kaca, Andrew melihat Jeje sedang membicarakan sesuatu dengan pria itu.
Pria itu terlihat sangat marah, dia langsung menampar wajah Jeje, Jeje yang tidak berdaya hanya bisa menangis, kemudian pria itu memeluk Jeje dan meletakkan tangannya di dada Jeje.
Andrew yang marah langsung mendorong masuk.
"Hei! Kamu siapa?" Pria yang duduk di sebelah Jeje bertanya.
"Aku sedang mencari seseorang, ini adikku, aku ingin membawanya pergi," Andrew menarik Jeje.
Jeje juga sedikit linglung, tetapi masih dengan cepat bersembunyi di belakang Andrew, dapat dilihat bahwa dia sangat resisten terhadap orang-orang ini.
"Tunggu! Kamu datang sesukamu dan pergi sesukamu, kamu anggap aku ini apa?!"
"Adikmu jual diri, untuk apa kamu berpura-pura mulia? Enyah dari sini atau aku akan menghancurkanmu!"
Pria itu menepuk meja dan beberapa orang di sekitarnya juga berdiri sambil menatapnya.
"Kamu... kamu hati-hati, mereka... mereka tidak bisa disinggung." Jeje menarik lengan Andrew, tapi dia sangat tenang.
"Pelacur! Kamu kemari!"
"Aku punya uang! Layani aku, maka semua ini milikmu!"
Prak!
Pria itu mengeluarkan segenggam uang dan melemparkannya ke dada Andrew yang membuat Jeje mundur ketakutan.
Apakah Andrew pernah dihina seperti ini sejak dia mengambil alih perusahaan Elafy Entertainment? Selain itu, selama masalah yang berkaitan dengan uang, maka itu bukan masalah!
"Kamu pakai uang ini untuk menemui dokter saja!" Sebelum Andrew selesai berbicara, hanya melihat dia memecahkan bir di atas meja dan memukul kepala pria itu. Dalam sekejap, terak kacanya pecah dan teman-teman yang datang bersama pria itu semuanya tercengang.
Lalu Andrew menarik Jeje dari pelukan pria itu. Ketika pria itu bereaksi, Andrew sudah lari bersama Jeje.
"Sialan, apa yang kalian lihat? Cepat kejar." Setelah menerima perintah pria itu, tujuh atau delapan pria yang tersisa meletakkan bir mereka dan mengejarnya.
"John, cepat pergi." Andrew menarik tangan Jeje dan berteriak ke arah John dan Yaya yang sedang menunggu di pintu.
John awalnya tidak tahu apa yang sedang terjadi sampai dia melihat Jeje di belakang Andrew.
"Sialan, kamu merebut orang dari dalam?"
"Andrew, apakah kamu gila? Kenapa kamu pergi sendiri?” John sedikit mengeluh dengan Andrew.
Novel Terkait
Love And Pain, Me And Her
Judika DenadaUangku Ya Milikku
Raditya DikaUntouchable Love
Devil BuddySi Menantu Buta
DeddyPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Istri kontrakku×
- Bab 1 Menjadi Pemeran Utama
- Bab 2 Menolak Diberi Jalan
- Bab 3 Siapa yang Berlutut?
- Bab 4 Tawaran
- Bab 5 Punya pemikiran yang matang
- Bab 6 Tidak Dapat Kabur Jika Ada Sayap
- Bab 7 Aku ada Sebuah Ide
- Bab 8 Pasti Ada Caranya
- Bab 9 Konferensi Pers
- Bab 10 Mempermalukan
- Bab 11 Perubahan
- Bab 12 Balas Dendam
- Bab 13 Persiapan
- Bab 14 Tanda Tangan Kontrak
- Bab 15 Kegaduhan Lokasi Syuting
- Bab 16 Menerima Dejun
- Bab 17 Bertemu Dengan Venny Lagi
- Bab 18 Taruhan
- Bab 19 Bisnis Seharga Enam Ratus Ribu
- Bab 20 Akting
- Bab 21 Anak orang kaya
- Bab 22 Mujizat
- Bab 23 Memenangkan kontrak
- Bab 24 kata-kata yang tak bisa disampaikan
- Bab 25 Pertama kali bertemu orang penting
- Bab 26 Tempat rahasia
- Bab 27 Situasi
- Bab 28 Hubungan Kerja Sama
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Kebalikan
- Bab 31 Leon yang Gila
- Bab 32 Sano
- Bab 33 Kekhawatiran
- Bab 34 Melihat Bunga Persik
- Bab 35 Ditangkap
- Bab 36 Senang
- Bab 37 Godaan Christine
- Bab 38 Pilihan Orang yang Tepat
- Bab 39 Pemutusan Kontrak
- Bab 40 Siasat
- Bab 41 Masalah Besar
- Bab 42 Jeje Gadis Pelayan
- Bab 43 Minta Dipukul
- Bab 44 Gadis Gosip
- Bab 45 Pertaruhan
- Bab 46 Jerami Terakhir Yang Mematikan Unta
- Bab 47 Panik
- Bab 48 Kekuatan Andrew
- Bab 49 Mark Menyerah
- Bab 50 Kesalahpahaman
- Bab 51 Masalah yang Mengganggu
- Bab 52 Memainkan Sebuah Pertunjukkan
- Bab 53 Mendorong Menjadi Topik Hangat
- Bab 54 Rahasia Sano
- Bab 55 Juan yang Jengkel
- Bab 56 Marah Besar
- Bab 57 Krisis Film
- Bab 58 Konferensi Pers
- Bab 59 Acara Keluarga (1)
- Bab 60 Acara Keluarga (2)
- Bab 61 Perjamuan Keluarga (3)
- Bab 62 Pemutusan Kontrak Artis (1)
- Bab 63 Pemutusan Kontrak Artis (2)
- Bab 64 Group Li Dalam Bahaya
- Bab 65 Mantan kekasih
- Bab 66 Waktu mendatangkan perubahan
- Bab 67 Krisis perusahaan
- Bab 68 Krisis perusahaan 2
- Bab 69 Apa Jeslyne dalam masalah ?
- Bab 70 Permintaan Jessica
- Bab 71 Penculikan Lagi
- Bab 72 Perang senjata
- Bab 73 Pertemuan pertama
- Bab74 Data
- Bab 75 Telepon dari Walikota Wandy
- Bab 76 Memastikan Rencana
- Bab 77 Kedatangan Willy
- Bab 78 Kerjasama
- Bab 79 Kerjasama
- Bab 80 Meminta Pernyataan
- Bab 81 Dosis Yang Kuat
- Bab 82 Curiga
- Bab 83 Membasmi
- Bab 84 Pengkhianatan
- Bab 85 Memindahkan Aset
- Bab 86 Membeli Saham
- Bab 87 Mulai Panen
- Bab 88 Konferensi Pers
- Bab 89 Tamu Penting
- Bab 90 Kerja Sama
- Bab 91 Luar Negeri
- Bab 92 Hebat
- Bab 93 Memamerkan Kehebatan
- Bab 94 Tugas Dari Venny
- Bab 95 Menyusun Rencana
- Bab 96 Telepon dari Juan
- Bab 97 Kamera Mini
- Bab 98 Pemikiran Buruk Juan
- Bab 99 Keadaan Krisis
- Bab 100 Melamar
- Bab 101 Benar-Benar Marah
- Bab 102 Tamat