Istri kontrakku - Bab 101 Benar-Benar Marah
Kini mata Jeslyne sudah dipenuhi dengan air mata, dia menatap Andrew dengan kedua tangan yang menutup mulut dengan rapat agar suara tangisannya tidak keluar.
"Sudahlah, jangan menangis lagi. Bisakah kamu lebih tegar, setidaknya kita ini sudah menikah lebih dari dua tahun."
"Beda..." Jeslyne berkata sambil menangis.
Andrew tertawa kemudian memeluknya.
"Sudahlah, ke depannya duniaku hanya memiliki kamu seorang saja."
Jeslyne mendengarnya langsung mencium Andrew.
Andrew jam 11 siang baru datang ke perusahaan, perusahaan yang begitu banyak orang tidak ada satupun yang tidak menyadari wajah Andrew yang dipenuhi dengan ekspresi bahagia.
Barusan tiba di dalam kantor, John langsung masuk.
"Apa yang terjadi kak? Apakah kamu diancam? Jika kamu diancam, kamu mengedipkan mata saja dan aku akan menolongmu."
Andrew melihat dia sekilas dan berkata: "Apaan, kamu sudah depresi, ya?"
"Bukan, kamu yang sudah depresi." John mengatakan, "Apa yang terjadi pada unggahan Weibomu? Apakah kamu yang mengunggahnya? Mesra sekali hingga membuat aku mengira ada yang terjadi padamu."
Andrew menghentakkan napas berkata: "Apa maksudmu ada yang terjadi padaku, apa aku tidak boleh mesra sebentar? Kamu ini sedang iri, kan? Sudahlah, kembali bekerja, jangan ganggu aku."
John memelototi wajah Andrew terus menerus, tidak lama kemudian membuat Andrew merasa tidak nyaman sekujur tubuh.
"Sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan? Perusahaan masih memiliki banyak masalah yang belum diselesaikan, cepat pergi bekerja."
John tertawa berkata: "Jangan-jangan kalian berdua benar-benar bersama? Tidak kusangka kalian benar-benar bersama, hebat sekali."
Andrew mengambil dokumen di meja dan melemparkan ke arah John, lalu berkata: "Sudah cukup tidak? Kuberitahu kamu jika tidak bekerja dengan baik-baik, jangan salahkan aku beritahu Pamanmu."
"Baik baik, aku segera pergi, tapi aku masih saja mau mengucapkan selamat padamu. Oh ya, apakah kamu yakin mau melakukan pesta pernikahan?"
"Iya, kenapa?"
"Tapi kalian sudah pernah ada pesta pernikahan, jika mengadakan sekali lagi, bukankah..."
"Kenapa kamu atur begitu banyak? Apa kamu tidak dengar aku suruh kamu pergi bekerja?"
"Bukan, bukan itu maksudku." John berkata, "Karena jika kamu menikah lagi, maka aku masih mau memberikan hadiah uang. Jadi kapan aku bisa mendapat kembali uang itu? Kutunggu pernikahan keduamu!"
"Enyah secepatnya, bisakah jika aku tidak mengundangmu saja?" Andrew berkata dengan nada candaan.
"Hahaha... bisa bisa, tapi kamu harus ingat jangan undang aku."
"Enyahlah."
Setelah mengatakannya, John meninggalkan kantor. Kini sudah menjelang jam 12 siang, pekerjaannya sama sekali belum diselesaikan, tapi dia juga tidak buru-buru, semua dibahas setelah selesai makan.
Terpikir sampai sini, Andrew keluar dari perusahaan. Hal besar pagi ini membuatnya sangat senang, sejak dia menjadi Ketua Elafy Entertainment Company, dia sudah sangat lama tidak makan di pinggir jalan, sekarang dia lumayan kangen dengan rasa itu.
"Paman Teddy, seperti biasanya siapkan satu porsi untukku."
Paman Teddy sangat terkejut setelah melihat Andrew.
"Andrew, kenapa kamu datang ke sini? Sudah lama tidak bertemu denganmu, apa yang kamu lakukan belakangan ini?"
Jujur saja Andrew menyukai rasa seperti ini, tidak mengejar ketenaran dan keuntungan, seorang orang tua di sini menjaga toko kecil dengan tenang tanpa mengkhawatirkan masalah hidup.
"Hanya sibuk tak jelas, bagaimana usaha Anda belakangan ini?"
"Seperti biasa, semua pelanggan lama. Tapi tidak buruk juga karena tidak terlalu sibuk, jadi kadang kala bisa istirahat."
"Tampaknya Anda sangat bahagia."
"Apa yang bahagia?" Paman Teddy berkata, "Hanya mencari uang hidup saja yang cukup makan, agar tidak merepotkan anak."
Andrew tertawa mendengarnya dan tidak berkata apapun lagi.
Paman Teddy berjalan ke dapur menyiapkan makanan kepada Andrew, kini tiba-tiba 3 hingga 5 pria kekar berjalan ke sisi Andrew.
Melihat situasi ini Andrew merasa ada yang aneh, tapi kini sudah telat, karena beberapa pria itu langsung menutup kepalanya dengan kain hitam dan menariknya keluar dari restoran kecil.
Paman Teddy langsung maju dan mencegah mereka, tapi malah didorong oleh seorang pria hingga bagian tubuhnya ada yang terbentur.
Beberapa pria kekar barusan ingin membawa Andrew ke dalam mini bus, mereka langsung melihat beberapa orang yang datang dari depan dengan kecepatan yang sangat cepat menjatuhkan beberapa pria kekar yang menangkap Andrew.
"Sh*t, sungguh tidak tahu malu. Cepat tahan beberapa orang ini dan bawa ke kantor polisi!"
Setelah mengatakannya, Andrew berjalan ke depan Paman Teddy sambil berkata: "Bagaimana, Paman Teddy? Kamu tidak apa-apa, kan? Aku segera antar kamu ke rumah sakit, kamu jangan sembarangan bergerak."
Herman Li sedang menyilangkan kakinya duduk di kantor sambil minum teh dengan santai, karena menurutnya si Andrew sudah meninggal sejak awal.
Kini ponselnya tiba-tiba berdering, dia mengangkat dan berkata: "Ada apa?"
Orang yang menelepon dia adalah orang semalam.
"Direktur Herman, aku barusan mendapat beberapa informasi jika Andrew ini bukan orang biasa."
"Apa maksudmu?"
"Di belakangnya mungkin memiliki sebuah perusahaan pembiayaan yang super besar, dan perusahaan pembiayaan ini adalah milik keluarga Lin mereka."
"Apa? Kenapa bisa seperti ini? Bukankah semalam kamu beritahu aku..."
"Maaf Direktur Herman, informasi mereka terlalu ketat, dan juga aku menemukan sebuah informasi."
"Cepat beritahu aku."
Herman Li sedikit terkejut setelah mendengar penjelasan orang itu, dia sama sekali tidak menyangka jika Andrew memiliki latar belakang seperti ini.
Dia tersenyum dengan tidak berdaya sambil berpikir: Diriku memang seorang badut saja, tidak disangka masih ingin melawan orang.
Tapi dia langsung sadar kembali, dia segera menghubungi beberapa pria yang menangkap Andrew, tetapi telepon mereka kini tidak bisa terhubung.
Melihat tidak ada yang mengangkat, dia menghubungi Andrew lagi.
Saat melihat nomor yang menghubunginya, Andrew juga langsung menolaknya. Herman Li dalam waktu lama meletakkan ponselnya di telinga, dia tahu jika kali ini dia sudah mengalami kesulitan.
Tetapi dia tertawa dingin, dalam hati berpikir: "Siapa yang takut, paling tidak hanya melawan dengan mati-matian saja, karena jika aku tidak bisa hidup, maka kamu juga jangan berharap untuk hidup tenang.
Setelah Andrew mengantar Paman Teddy ke rumah sakit, dia melakukan sebuah pemeriksaan seluruh tubuh padanya. Paman Teddy masih terus menerus menolak, dia bilang Andrew tidak ada uang jadi tidak perlu menghabiskan uang lagi, dan dia yang akan mengurusnya saja.
Andrew pastinya tidak akan tidak memedulikan Paman Teddy, setelah memeriksa semuanya, saat Dokter mengatakan tidak ada masalah yang parah terhadap Paman Teddy, Andrew baru menjadi tenang.
"Paman Teddy, kamu istirahat baik-baik di rumah sakit. Aku pergi mengurus sesuatu, jika ada keperluan maka hubungi ini saja."
Kemudian Andrew menuliskan satu nomor telepon di kertas.
Dia pastinya mau ke kantor polisi, karena Herman Li sudah menyentuh batas kesabarannya, jadi kali ini dia tak akan membiarkannya lagi.
Novel Terkait
The Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensAsisten Bos Cantik
Boris DreyPerjalanan Selingkuh
LindaSuami Misterius
LauraCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyIstri kontrakku×
- Bab 1 Menjadi Pemeran Utama
- Bab 2 Menolak Diberi Jalan
- Bab 3 Siapa yang Berlutut?
- Bab 4 Tawaran
- Bab 5 Punya pemikiran yang matang
- Bab 6 Tidak Dapat Kabur Jika Ada Sayap
- Bab 7 Aku ada Sebuah Ide
- Bab 8 Pasti Ada Caranya
- Bab 9 Konferensi Pers
- Bab 10 Mempermalukan
- Bab 11 Perubahan
- Bab 12 Balas Dendam
- Bab 13 Persiapan
- Bab 14 Tanda Tangan Kontrak
- Bab 15 Kegaduhan Lokasi Syuting
- Bab 16 Menerima Dejun
- Bab 17 Bertemu Dengan Venny Lagi
- Bab 18 Taruhan
- Bab 19 Bisnis Seharga Enam Ratus Ribu
- Bab 20 Akting
- Bab 21 Anak orang kaya
- Bab 22 Mujizat
- Bab 23 Memenangkan kontrak
- Bab 24 kata-kata yang tak bisa disampaikan
- Bab 25 Pertama kali bertemu orang penting
- Bab 26 Tempat rahasia
- Bab 27 Situasi
- Bab 28 Hubungan Kerja Sama
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Kebalikan
- Bab 31 Leon yang Gila
- Bab 32 Sano
- Bab 33 Kekhawatiran
- Bab 34 Melihat Bunga Persik
- Bab 35 Ditangkap
- Bab 36 Senang
- Bab 37 Godaan Christine
- Bab 38 Pilihan Orang yang Tepat
- Bab 39 Pemutusan Kontrak
- Bab 40 Siasat
- Bab 41 Masalah Besar
- Bab 42 Jeje Gadis Pelayan
- Bab 43 Minta Dipukul
- Bab 44 Gadis Gosip
- Bab 45 Pertaruhan
- Bab 46 Jerami Terakhir Yang Mematikan Unta
- Bab 47 Panik
- Bab 48 Kekuatan Andrew
- Bab 49 Mark Menyerah
- Bab 50 Kesalahpahaman
- Bab 51 Masalah yang Mengganggu
- Bab 52 Memainkan Sebuah Pertunjukkan
- Bab 53 Mendorong Menjadi Topik Hangat
- Bab 54 Rahasia Sano
- Bab 55 Juan yang Jengkel
- Bab 56 Marah Besar
- Bab 57 Krisis Film
- Bab 58 Konferensi Pers
- Bab 59 Acara Keluarga (1)
- Bab 60 Acara Keluarga (2)
- Bab 61 Perjamuan Keluarga (3)
- Bab 62 Pemutusan Kontrak Artis (1)
- Bab 63 Pemutusan Kontrak Artis (2)
- Bab 64 Group Li Dalam Bahaya
- Bab 65 Mantan kekasih
- Bab 66 Waktu mendatangkan perubahan
- Bab 67 Krisis perusahaan
- Bab 68 Krisis perusahaan 2
- Bab 69 Apa Jeslyne dalam masalah ?
- Bab 70 Permintaan Jessica
- Bab 71 Penculikan Lagi
- Bab 72 Perang senjata
- Bab 73 Pertemuan pertama
- Bab74 Data
- Bab 75 Telepon dari Walikota Wandy
- Bab 76 Memastikan Rencana
- Bab 77 Kedatangan Willy
- Bab 78 Kerjasama
- Bab 79 Kerjasama
- Bab 80 Meminta Pernyataan
- Bab 81 Dosis Yang Kuat
- Bab 82 Curiga
- Bab 83 Membasmi
- Bab 84 Pengkhianatan
- Bab 85 Memindahkan Aset
- Bab 86 Membeli Saham
- Bab 87 Mulai Panen
- Bab 88 Konferensi Pers
- Bab 89 Tamu Penting
- Bab 90 Kerja Sama
- Bab 91 Luar Negeri
- Bab 92 Hebat
- Bab 93 Memamerkan Kehebatan
- Bab 94 Tugas Dari Venny
- Bab 95 Menyusun Rencana
- Bab 96 Telepon dari Juan
- Bab 97 Kamera Mini
- Bab 98 Pemikiran Buruk Juan
- Bab 99 Keadaan Krisis
- Bab 100 Melamar
- Bab 101 Benar-Benar Marah
- Bab 102 Tamat