Istri kontrakku - Bab 72 Perang senjata

Memikirkan tentang hal ini, dia segera mencari di dalam lemari bantal, kamu telah menemukan secarik kertas, karena Jeslyne tidak pernah peduli akan hal tersebut, maka itu tidak ada petinggal dalam telepon genggam.

Setelah terhubungi nomor di kertas itu, penerima sana juga segera menjawab.

“Hallo, apakah anda bapak Gunawan, Andrew sedang dalam masalah.”

….

Ada sekitar 30 atau 40 orang dalam pabrik tersebut, setiap orang memegang senapan Amerika, tak dipungkiri, kali ini Sano sungguh tidak main-main, kenapa bisa memanggil begitu banyak anggota hanya untuk menghadapi dirinya sendiri.

Andrew tersenyum pasrah dan berkata: “di mana Sano?”

Selepas kata-kata dilontarkan, seseorang keluar dari lantai 2, pakaian orang ini sangat berlebihan, cuaca saat ini tidak begitu dingin, rasanya bukan waktunya mengenakan mantel, tetapi orang ini justru memakain mantel bulu, jemari dan lehernya juga penuh dihiasi cincin emas dan kalung emas, tampaknya seorang tirani.

“emank siapa dirimu ini, beraninya mau bertemu tuan Soni, kamu ini anak bawang mana?”

Andrew semakin tersenyum sinis mendengar kata-kata pria ini, tampaknya nyali orang ini besar, berani bicara apapun. Hanya mendengarkan orang ini berbicara dengan suara lembut, ia melanjutkan kata-kata.

“ Anak muda, kabarnya semalam kamu sangat memukau, tapi aku rasa hari ini kamu tidak akan bisa lagi, gimana sekarang? Menyesal datang kesini? Lihat pertempuran kakak di sini, adakah rasa kedua kakimu bergetar? Oh ya, lebih baik kamu tidak melihat, daripada kamu akan ngompol di celana nanti, hahaha…”

Sebenarnya Andrew sedikit kesal mendengarnya, lalu berkata: “ bangsat!!!, apa kamu tahu orang mati karena terlalu banyak bicara, banyak cakap, apa maumu? Dimana Budi? Cepat keluarkan dia.”

Mendengar perkataan itu, pria ini memetik bunga angrek dan berkata: “ sebenarnya, saya ingin langsung membunuh kalian, tapi bos kami tidak mau, dan tidak tahu obat apa yang sudah kalian berikan kepada bos kami.”

Andrew tidak kaget mendengar kata-kata tersebut, sebab dia tahu Sano seorang yang penuh loyalitas.

“Bangsat kalian, katakan apa yang kamu inginkan?

“sekali lagi menyebutku bangsat, akan ku habisi kalian.”

“ Kasim yang baik, cepat katakan.”

“ kamu… haiya. Emosi aku, sudahlah..aku tak mau bertengkar dengna kalian, sini, dihadapanmu ada surat kontrak, setelah tanda tangan silahkan pergi bersama Budi.”

“Panggilkan Budi dulu, kalau tidak aku tak akan tanda tangan.”

“Aku rasa kau tidak punya hak untuk ini.”

Mendengar itu Andrew tertawa dan berkata: “baik, kalau kamu tidak mau, maka akan jadi masalah besar.”

“Masalah besar, hahaha…. Kamu….” belum selesai berkata, kasim malang itu menyadari ada yang tidak benar, dan lanjut berkata: “ kamu sedang menunda waktu, berhenti, bangsat…ehem…aku tak akan tertipu kamu.”

Saat ini, Andrew tertawa tak tertahankan sambil memegang perutnya dan berkata “masalah serius itu dibuat seperti ini oleh Anda, apakah merasa diri sendiri telah gagal? Apakah ini lucu? “

“ Aku tidak bercanda denganmu.” Kasim berkata dengan tegas/ tajam, bukankah kamu ingin bertemua Budi? Baik, akan aku panggilkan sekarang.”

Begitu kata-kata diucapkan, Budi dibawa keluar oleh beberapa orang berbaju hitam.

“ Budi.”

Setelah bertemu Budi, dengan buru-buru Andrew bergerak ke depan, Kasim yang cuek berdiri di lantaii 2 sambil memegang senapan sniper dan berkata: “aku berikan waktu 10 menit untuk kamu, setelah 10 menit jika kontrak di atas meja masih tidak ditandatangi, jangan salahkan aku, kalian semua harus mati.”

“heeee.” Andrew berkata : “siapa yang akan mati masih belum pasti.”

Pada saat itu, pengawal dibelakang Andrew menendang meja, kemudian jatuh di hadapan Andrew dan Budi, posisi ini menutupi jalan sekelompok gangster di lantai 2.

Tidak tahu darimana asalnya, para pengawal menemukan pistol kecil, mereka melakukan penembakan membabi buta, tidak sampai satu menit, semua gangtesr di belakangnya telah berhasil ditangani.

Meja di depan Andrew terbuat dari baja, sangat cocok untuk menghindari peluru.

“Ayo kita pergi sekarang, Tuan Andrew.”

Mendengar informasi ini, Andrew segara menarik mundur meja tersebut, tetapi guncangan peluru yang mengenai meja ini sangat kuat, sesaat kemudian, sepasang tangan Andrew tak mampu menahannya lagi.

Situasi di tempat Budi pasti lebih buruk lagi, pada dasarnya dia sudah terluka, ditambah masalah ini takutnya ia tak sanggup menahannya lagi.

Andrew hanya berharap saat ini Gunawan bisa segera datang, kalau tidak, maka tamatlah riwayatku hari ini.

Saat itu, mendadak seorang pengawal berbaju hitam jatuh di lantai, tidak tahu ditembak oleh siapa, terkapar di lantai dengan darah yang terus mengalir.

Dengan refleks Andrew ingin menyelamatnya, namun langsung ditarik oleh orang di sekitarnya.

“Cepat mundur, sisanya tidak perlu kamu urus.”

Begitu orang itu selesai berbicara, sebuah peluru mendarat di lengannya, tapi Andrew tidak melihatnya mundur, namun masih bertahan menghadapi peluru dan melewati jalan bersimbah darah.

Dia hanya bisa bertahan untuk jalan mundur, pada saat ini dia sadar sepasang lengannya penuh dengan darah, guncangan meja tadi sudah merobek .

Saat itu alarm berbunyi dari luar, seketika Andrew merasa lega mendengar suara ini, dia tahu dirinya tidak akan mati hari ini.

Para gangster di lantai 2 mendengar alarm itu, menjadi bingung seketika dan suara tembakan pun berhenti.

Lalu sekelompok polisi mengepung Andrew, setelah bertemu para polisi, hanya merasa tubuh ini sangat berat dan pingsan setelah itu.

Ketika sadar, ia sudah terbaring di rumah sakit, tangannya terbungkus erat dengan kain kasa, orang yang terbaring di sebelah ruang 29 adalah Budi.

“kamu sudah sadar.”

Jeslyne sedang duduk disampingnya, Andrew menggeleng-gelengkan kepala dan berkata:

“ini di mana?’

“aku bingung dibuatmu, kamu tidak tahu ini rumah sakit?”

“ahh.”

“kenapa? “Jeslyne bertanya dengan semangat.

“tidak apa, mungkin lukaku sedikit tertekan, jam berapa sekarang?”

“jam 8an, lapar? Mau aku buatkan makan?”

Begitu mendengar kata lapar, perut Andrew seakan berteriak.

“ya aku lapar.”

“mana mungkin tidak lapar, sudah pingsan seharian.”

“pingsan seharian? “Andrew bertanya dengan kaget.

“iya. Aku bahkan sudah mempersiapkan kepergian dirimu”

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu