Istri kontrakku - Bab 45 Pertaruhan
Meskipun Andrew jarang berjudi tapi dia sering mendengar tipu muslihat yang ada di tempat perjudian maka dia tidak mau anak buah Mark yang membagikan kartunya.
"Haha, terserah." Tidak peduli anak buah Mark atau bukan tapi karena Andrew telah mengatakan permintaannya maka tentu saja Mark tidak bisa menolaknya.
Tidak tahu mengapa, Jeje seolah-olah punya bayangan gelap dengan pria yang ada di depannya, dia merasa takut ketika melihat Mark, Andrew menepuk pundaknya.
"Tidak apa-apa, aku tidak akan menyalahkanmu tidak peduli menang atau kalah." Suara Andrew terdengar lembut sehingga membuat hati Jeje yang cemas menjadi lebih baik.
Jeje mengocok kartu poker dan meletakkannya di atas meja, permainan satu putaran sebesar 400 juta benar-benar jarang terjadi di tempat ini maka orang yang ada di warnet segera mengelilingi Andrew dan lainnya.
"Kamu adalah tamu, maka kamu duluan." Mark duduk di seberang Andrew dengan tampilan penuh percaya diri.
Andrew tidak terlihat menyusun siasat, dia hanya menarik selembar kartu kemudian melemparkannya di atas meja, John dan lainnya merasa cemas ketika melihat kartu Andrew, karena kartunya adalah kartu angka tiga.
"Kamu sial sekali! Ternyata kartumu tiga!"
"Aku rasa aku sudah pasti tidak akan menang!"
"Kalah, kalah!"
Orang yang ada di sekitar perlahan-lahan menghela napas karena kartu tiga kemungkinan menangnya tipis!
"Hahaha, bocah, apakah kamu masih harus mengambil kartunya?" Sejujurnya sewaktu Andrew mengambil kartunya, Mark merasa agak khawatir karena sekali taruhan bernilai 400 juta karena bagi dirinya ini bukan uang yang sedikit.
Tapi hatinya merasa lega setelah dia melihat Andrew melempar kartunya, karena kartu angka tiga kecil sekali.
"Cepat ambil kartunya, tidak membutuhkan kartu besar untuk menang darimu." Semua orang berpikir jika Andrew pasti akan kalah tapi Andrew terlihat tenang dan tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Andrew.
"Baik, jika begitu, aku akan membuatmu kecewa." Mark menarik selembar kartu tanpa pikir panjang dan langsung melemparnya ke meja.
"Apakah kamu sudah menyerah?" Mark sangat percaya diri tanpa melihat kartunya tapi kartu yang dia lempar di atas meja itu jelas membuat penonton kaget karena ternyata Mark mendapat kartu angka dua.
"Apanya yang menyerah, cepat keluarkan uangmu." John benar-benar tidak tahan melihat sikap bodoh Mark.
"Bos, kartumu adalah kartu angka dua." Bahkan anak buah Mark juga tidak tahan melihatnya dan dia segera mengingatkan Mark. Mark melihat ke bawah dan ternyata benar jika kartunya adalah kartu angka dua.
"Sial, bagaimana mungkin, bagaimana mungkin aku mendapatkan kartu angka dua." Bahkan Mark juga tidak berani percaya setelah melihat kartunya sendiri.
"Ya ampun, nasibnya sial sekali!"
"Ternyata lebih kecil dari tiga, bercanda."
Penontonnya sedang berdiskusi, Mark memukul mejanya sambil mengusap matanya.
"Tidak mungkin tidak mau bayar kan? Bos Mark." Setelah menang, Andrew langsung terlihat bersemangat, John tidak tahu dari mana mendapatkan sebuah kursi dan membiarkan Andrew duduk.
Setelah berulang kali melihat kartunya, Mark baru mengakui semua ini dan dia duduk lemas di atas kursi, jika tidak ada orang yang melihatnya di samping maka Mark mungkin tidak akan mau bayar tapi dia sekarang tidak punya cara karena sekarang banyak orang yang melihatnya.
"Brengsek, kamu tunggu dan aku akan mengambilkan uangnya." Mark pergi ke dalam kantornya setelah selesai bicara, Mark pergi sudah pergi selama lima menit, Andrew dan lainnya bahkan berpikir jika Mark sudah kabur.
Tapi Mark tidak punya pikiran untuk melarikan diri, sewaktu dia keluar, dia memegang sebuah tas besar di tangannya.
"Di dalam sini ada 1,2 miliar setelah di kurangi 400 juta yang kamu menang tadi, aku akan main satu putaran lagi denganmu." Mark adalah orang cabul juga seorang penjudi.
Kalah 400 juta sama saja mengiris daging dari tubuhnya dan dia tidak ingin melihat dirinya kalah dari Andrew selain itu jika Andrew pergi hari ini maka dia tidak akan berpengaruh lagi di depan anak buahnya.
"Baik, terserah kamu, selama kamu ada uangnya maka aku pasti akan menemanimu bermain sampai akhir." Setelah Andrew selesai, dia mendorong uang itu ke depan.
"Kak Andrew, apakah kamu yakin main berjudi lagi?" Putaran tadi sudah membuat Jeje dan Yaya khwatir sekali meskipun pada akhirnya dia menang tapi itu karena dia beruntung maka putaran ini mungkin tidak seberuntung tadi.
"Tenang saja, kamu kocok saja kartunya karena aku tidak akan kalah." Andrew terlihat sangat tenang, tumpukan uang di depannya sepertinya bukan uang tapi hanya kertas bekas.
Meskipun Jeje sangat mengkhawatirkan Andrew tapi dia tetap harus mendengarkan kata-kata Andrew.
"Pertaruhan pertama aku telah kalah maka kali ini giliranku yang mengambil kartunya duluan." Mark menarik sebuah kartu setelah dia selesai mengatakannya.
Mark terlihat hati-hati meletakkan kartunya, kemudian kartu itu dibuka pelan-pelan.
"Gila, bos, ada gambar di sampingnya, paling kecil adalah kartu sebelas."
"Jangan berisik, apakah aku tidak bisa melihatnya?" Meskipun Mark sedang marah tapi hatinya sangat bahagia, jika dia bisa mendapatkan kartu yang ada gambar di sampingnya ini berarti dia pasti menang tapi Mark masih khawatir dan dia berharap jika dia bisa mendapatkan kartu King.
"Sial, kartu J hati merah, hahaha, kamu ambil kartunya, aku benaran tidak percaya jika aku tidak bisa menang darimu." Tidak tahu keberuntungan Mark yang sudah datang atau apa karena dia mendapatkan kartu J hati merah sehingga situasinya kurang beruntung bagi pihak Andrew.
Andrew mengerutkan keningnya setelah melihat Mark mendapatkan kartu J merah hati, meskipun dia barusan mendapatkan kartu angka tiga tapi itu bukan kartu paling kecil tapi suasana sekarang sangat canggung.
"Kak Andrew, bagaimana ini, aku suruh orang datang saja." John berbisik di telinga Andrew.
Dia menunggu seseorang datang untuk menghancurkan tempat ini tapi jika dia sekarang dia tidak bertaruh dan langsung menghancurkan tempatnya maka ini tidak ada artinya bagi Andrew.
"Tidak perlu, menang dan kalah masih belum pasti jika belum sampai tahap akhir!? Setelah selesai, Andrew mengambil kartu yang letaknya paling atas.
"Juga bunga, ya ampun, ada harapan." John berteriak setelah dia melihat sampingnya ada gambar.
"Memangnya kenapa jika ada bunganya, aku tidak percaya jika kartumu lebih besar dariku!" Meskipun Mark berkata seperti itu tapi hatinya masih merasa cemas.
Sebelum dia selesai berkata, Andrew sudah melempar kartunya, ternyata itu adalah kartu King sekop dan Mark menjadi bengong setelah melihat kartunya.
"Tidak mungkin, tidak mungkin, kamu pasti main curang." Putaran ini membuat Mark kalah sebesar 800 juta yang membuatnya berkeringat dingin.
"Brengsek, kamu kalah tapi mengatakan aku curang sehingga kami bermain lagi denganmu!" John langsung mengambil uang ke arah Andrew.
Anak buah Mark ingin memukul John setelah melihatnya tapi John tidak terlihat lemah, dia hanya bersama Andrew kemarin tapi tidak takut apalagi hari ini dia membawa banyak orang.
Tapi sewaktu John dan anak buah Mark hampir beradu, Mark tiba-tiba berdiri.
"Brengsek, diam semuanya, bukankah hanya 1,2 miliar saja? Aku tidak kekurangan uang ini, bocah, jika kamu berani maka kita main taruhan yang besar, 6 miliar." Amarah Mark sudah berada di ubun-ubun.
Novel Terkait
Awesome Guy
RobinLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieHis Second Chance
Derick HoAnak Sultan Super
Tristan XuTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelIstri kontrakku×
- Bab 1 Menjadi Pemeran Utama
- Bab 2 Menolak Diberi Jalan
- Bab 3 Siapa yang Berlutut?
- Bab 4 Tawaran
- Bab 5 Punya pemikiran yang matang
- Bab 6 Tidak Dapat Kabur Jika Ada Sayap
- Bab 7 Aku ada Sebuah Ide
- Bab 8 Pasti Ada Caranya
- Bab 9 Konferensi Pers
- Bab 10 Mempermalukan
- Bab 11 Perubahan
- Bab 12 Balas Dendam
- Bab 13 Persiapan
- Bab 14 Tanda Tangan Kontrak
- Bab 15 Kegaduhan Lokasi Syuting
- Bab 16 Menerima Dejun
- Bab 17 Bertemu Dengan Venny Lagi
- Bab 18 Taruhan
- Bab 19 Bisnis Seharga Enam Ratus Ribu
- Bab 20 Akting
- Bab 21 Anak orang kaya
- Bab 22 Mujizat
- Bab 23 Memenangkan kontrak
- Bab 24 kata-kata yang tak bisa disampaikan
- Bab 25 Pertama kali bertemu orang penting
- Bab 26 Tempat rahasia
- Bab 27 Situasi
- Bab 28 Hubungan Kerja Sama
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Kebalikan
- Bab 31 Leon yang Gila
- Bab 32 Sano
- Bab 33 Kekhawatiran
- Bab 34 Melihat Bunga Persik
- Bab 35 Ditangkap
- Bab 36 Senang
- Bab 37 Godaan Christine
- Bab 38 Pilihan Orang yang Tepat
- Bab 39 Pemutusan Kontrak
- Bab 40 Siasat
- Bab 41 Masalah Besar
- Bab 42 Jeje Gadis Pelayan
- Bab 43 Minta Dipukul
- Bab 44 Gadis Gosip
- Bab 45 Pertaruhan
- Bab 46 Jerami Terakhir Yang Mematikan Unta
- Bab 47 Panik
- Bab 48 Kekuatan Andrew
- Bab 49 Mark Menyerah
- Bab 50 Kesalahpahaman
- Bab 51 Masalah yang Mengganggu
- Bab 52 Memainkan Sebuah Pertunjukkan
- Bab 53 Mendorong Menjadi Topik Hangat
- Bab 54 Rahasia Sano
- Bab 55 Juan yang Jengkel
- Bab 56 Marah Besar
- Bab 57 Krisis Film
- Bab 58 Konferensi Pers
- Bab 59 Acara Keluarga (1)
- Bab 60 Acara Keluarga (2)
- Bab 61 Perjamuan Keluarga (3)
- Bab 62 Pemutusan Kontrak Artis (1)
- Bab 63 Pemutusan Kontrak Artis (2)
- Bab 64 Group Li Dalam Bahaya
- Bab 65 Mantan kekasih
- Bab 66 Waktu mendatangkan perubahan
- Bab 67 Krisis perusahaan
- Bab 68 Krisis perusahaan 2
- Bab 69 Apa Jeslyne dalam masalah ?
- Bab 70 Permintaan Jessica
- Bab 71 Penculikan Lagi
- Bab 72 Perang senjata
- Bab 73 Pertemuan pertama
- Bab74 Data
- Bab 75 Telepon dari Walikota Wandy
- Bab 76 Memastikan Rencana
- Bab 77 Kedatangan Willy
- Bab 78 Kerjasama
- Bab 79 Kerjasama
- Bab 80 Meminta Pernyataan
- Bab 81 Dosis Yang Kuat
- Bab 82 Curiga
- Bab 83 Membasmi
- Bab 84 Pengkhianatan
- Bab 85 Memindahkan Aset
- Bab 86 Membeli Saham
- Bab 87 Mulai Panen
- Bab 88 Konferensi Pers
- Bab 89 Tamu Penting
- Bab 90 Kerja Sama
- Bab 91 Luar Negeri
- Bab 92 Hebat
- Bab 93 Memamerkan Kehebatan
- Bab 94 Tugas Dari Venny
- Bab 95 Menyusun Rencana
- Bab 96 Telepon dari Juan
- Bab 97 Kamera Mini
- Bab 98 Pemikiran Buruk Juan
- Bab 99 Keadaan Krisis
- Bab 100 Melamar
- Bab 101 Benar-Benar Marah
- Bab 102 Tamat