Istri kontrakku - Bab 56 Marah Besar
Setelah kembali ke kantor, Christine harus pergi bekerja lagi karena urusan bisnis. Andrew sini sepertinya belum sepenuhnya tersadar kembali dari efek alkohol, lalu bersandar di kursi kerja dan larut tidur.
Saat bangun lagi, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh delapan malam. Ponselnya terdapat sepuluh panggilan tak terhubung, dimana semuanya berasal dari Paman Loren. Tidak perlu orang lain memberi tahu, Andrew sendiri juga mengetahui bahwa ia pasti datang untuk masalah naskah.
Setelah menghubungi Paman Loren balik, ia pun baru mengetahui bahwa Paman Loren ingin bertemu dengan sutradara. Andrew juga langsung menyetujuinya.
Selanjutnya ia menerima beberapa unggahan lagi, semuanya merupakan masalah Desa Bunga Persik. Masalah ini semakin memanas, pokoknya situasinya lebih serius dari kemarin.
Tentu banyak netizen yang menunjuk masalah ini kearah Group Li dan ini telah mencapai hasil yang diinginkan Andrew.
Saat pintu kantor tiba-tiba terbuka, bayangan Budi pun muncul di hadapan Andrew.
“Pak Andrew sudah bangun?”
“Oh, kamu belum pulang?”
“Ini baru saja mau pulang. Aku sudah masuk banyak kali, lihat Anda belum bangun, jadi tidak berani mengganggu Anda.”
Andrew tertawa berkata, “Mengapa kamu tidak membangunkan aku? Aku tidur begitu lama. Oh iya, besok biarkan Dejun datang. Penulis naskah ingn bertemu dengannya.”
“Baik, Pak Andrew. Aku akan segera mengurusnya.”
Setelah Budi pergi, Andrew pun berencana pulang rumah. Ia sudah lama tidak bertemu Jeslyne. Melirik ke luar sana, ia pun menyadari bahwa luar sana hujan deras. Tapi Andrew cukup menyukai cuaca yang seperti ini. Suasana hati beberapa waktu ini banyak membaik, mengambil kunci mobil, sambil berjalan ke tempat parkir bawah tanah.
Di saat Andrew mengendarai mobil bersiap untuk meninggalkan tempat parkir, tiba-tiba muncul sebuah bayangan di belokan. Jika ia tidak langsung mengerem, mungkin saja ia sudah tertabrak orang itu.
Andrew segera turun mobil dan menemukan bahwa orang itu adalah Jeje.
“Jeje, mengapa kamu berada disini?” Andrew menatap satu ember bunga mawar yang ia bawa, membuka mulut bertanya.
“Kak Andrew, kebetulan sekali. Bukankah diluar sana sedang hujan? Jadi aku datang untuk bersembunyi.”
“Untuk apa kamu mengambil satu ember bunga mawar?”
Jeje terkejut mendengar ucapannya, lalu bertanya. “Kak Andrew, hari ini adalah hari valentine, apakah kamu tidak tahu?”
“Hari valentine? Benarkah? Kalau begitu.... kamu keluar untuk menjual bunga?”
“Benar, berencana untuk mencari sedikit uang. Siapa sangka bisa-bisanya hujan. Kak Andrew tidak lembut sekali, tidak mau buru-buru pulang merayakan hari valentine bersama Kak Jeslyne?”
Andrew mengangguk dan berkata. “Aku baru saja mau pulang. Begini saja, Jeje. Kamu jual semua bunga ini kepadaku. Lain kali jangan melakukan bisnis seperti ini, melelahkan dan tidka menguntungkan. Tunggu tempat rekreasi Desa Bunga Persik jadi, kamu langsung bekerja disana saja. Jika beberapa waktu ini kamu kekurangan uang, kamu boleh memberi tahuku. Aku akan memberinya kepadamu.”
“Aku juga banyak santai dan tidak lelah.” Jeje membuka mulut berkata, “Kak Andrew, kamu bawa pergi saja bunganya. Lagi pula juga tidak terjual pada cuaca seperti ini.”
“Baik, nanti aku akan kirim uangnya kepadamu. Kamu harus terima, kalau tidak, kamu tidak perlu datang bekerja di tempatku lagi.”
Setelah menaruh bunga di dalam mobil, Andrew sekaligus mengantar Jeje pulang rumah.
“Ding dong.”
“Siapa?” Jeslyne memakai baju tidur yang longgar, membuka lebar pintu rumah.
“Aku pulang.” Andrew mengangkat alisnya, lalu menunjukkan senyuman yang tampan.
Tapi Jeslyne seperti masih kesal akan masalah kemarin. Ia pun mengerucutkan bibir, tak berbicara melihat Andrew.
“Lain kali pulang, kamu boleh buka pintu sendiri. Aku tidak ingin melihat lagi wanita asing yang muncul di depan pintu.” Jeslyne mulai cemburu dan hal tersebut membuat Andrew merasa lucu.
Melihat Jeslyne yang jengkel, Andrew pun tak banyak cakap dan berjalan ke hadapannya, sambil menyeringai.
“Apa yang kamu tertawakan? Kamu sedang menyindirku?” Jeslyne berbalik badan dengan kesal. Tapi baru saja berbalik badan, ia pun langsung melihat hadapannya muncul sebuket bunga mawar.
“Selamat hari valentine!” Andrew membawa bunga mawar yang sebelumnya disiapkan dan memberikannya kepada Jeslyne.
Melihat kejadian yang ada di hadapannya, tubuh Jeslyne yang ramping tidak tahan gemetar pelan, bahkan air matanya mau mengalir keluar.
“Ambil, mengapa kamu mematung disini?”
Mendengar ini, Jeslyne seketika tersadar kembali, lalu sibuk menerima bunga mawar dan mengatakan terima kasih.
Setelah tiba di ruang tamu, Andrew menyadari bahwa meja makan terdapat satu meja makanan.
“Apakah malam ini ada tamu yang datang? Mengapa menyiapkan begitu banyak makanan?”
“Hmm..... benar.... itu.... awalnya mau datang, tapi tiba-tiba ada urusan, jadi tidak bisa datang.”
Setelah selesai mengatakan itu, Jeslyne langsung berjalan kesana, merapikan meja makan dan berencana untuk membawa makanan itu masuk ke dalam kulkas.
“Sudahlah, jangan repot-repot. Kebetulan aku juga belum makan, mari makan bersama.”
Andrew tentu tahu bahwa semua makanan ini disiapkan untuknya, tapi ia tidak ingin membongkar kebohongan Jeslyne. Pokoknya satu meja makanan ini cukup membuatnya terharu.
“Kebetulan sekali, semua makanan kesukaanku. Mari buka sebotol minuman keras Sepertinya ini pertama kali kita merayakan hari valentine selama dua tahun nikah.”
“Baik, aku akan pergi ambil.”
Suasana masih agak canggung saat mereka berdua makan, makan makanan masing-masing, tidak ada satupun yang membuka mulut mengatakan sesuatu.
Waktu berlalu lama kemudian, Jeslyne dulu yang berkata, “Hari ini terima kasih, sepertinya aku sudah lama tidak merayakan acara ini.”
“Kalau lain kali ingin merayakannya, aku boleh menemanimu setiap tahun.”
Tubuh Jeslyne tiba-tiba tegang saat mendengar ini. Ia minum seteguk minuman keras berkata, “A-apakah.... kamu tidak jadi cerai denganku?”
Andrew tertawa berkata, “Jika ingin bercerai denganmu, kali itu kita berdua sudah berakhir.”
Meskipun sebelumnya Andrew sangat menginginkan untuk bercerai, tapi sekarang ia tidak berpikir seperti itu lagi. Entah dirinya yang jatuh cinta kepadanya, atau ingin membalas dendam kepadanya.
Jeslyne saat ini sudah berkaca-kaca. Ia segera mencari alasan meninggalkan meja makan, tidak ingin Andrew melihat dirinya yang seperti itu.
Setelah menghabiskan minuman di gelasnya, Andrew pun membuka mulut berkata, “Aku sudah kenyang, apakah kamu lanjut makan? Jika tidak, aku mau beres-beres piringnya.”
“Tidak perlu. Kamu taruh saja disana, aku saja yang beres-beres.”
Setiap Jeslyne mengatakan hal-hal yang seperti itu, Andrew selalu merasa puas. Dulu ia selalu menindas dirinya, rasa perubahan sekarang ini memang sangat mantap.
“Oh iya, ada sesuatu yang ingin kubahas denganmu.”
“Ada apa?” Andrew membuka mulut bertanya.
“Besok malam ada perayaan ulang tahun Nenekku. Awalnya tidak ingin memberi tahumu, tapi kebetulan kamu pulang hari ini, jadi kupikir lebih baik memberi tahumu.”
“Aku harus pergi, kalau Nenek ulang tahun.” Andrew berkata tanpa ragu, “Nenek tahun ini berusia tujuh puluh tahun, bukan? Dimana? Besok aku akan pergi.”
Andrew langsung menyetujuinya, karena dalam keluarga besar ini hanya Nenek saja yang tulus baik kepadanya. Meskipun mereka jarang bertemu, tapi ia memberi kesan yang baik untuk Andrew.
“Lokasinya berada di Harbor Palace. Saat itu, kita pergi bersama saja, agar kamu tidak susah menemukan ruangan.”
“Baik.”
Setelah selesai membereskan meja makan, Andrew pun pergi mandi air panas. Setelah keluar, ia menemukan Jeslyne yang sedang duduk di sofa menonton televisi.
Andrew memandang Jelsyne yang tengah duduk di sofa, sambil terukir senyuman nakal.
Beberapa saat kemudian, Jeslyne juga merasa lelah. Setelah selesai mencuci wajah, ia pun membuka pintu kamarnya.
“AAA.... siapa? Andrew, kamarku ada orang, tolong aku.”
Setelah mengatakan ini, Jeslyne langsung berlari kembali ke ruang tamu. Tunggu beberapa saat kemudian, ia sama sekali tidak menemukan bayangan Andrew.
Ia merasa masalah ini agak janggal. Ia pun kembali lagi ke kamarnya sendiri, menyalakan penerangan kamar dan seketika marah besar.
“Untuk apa tidak tidur di kamarku dan datang ke ranjangku? Apakah kamu tahu betapa terkejutnya aku?”
Novel Terkait
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaBeautiful Lady
ElsaMarriage Journey
Hyon SongSee You Next Time
Cherry BlossomIstri Yang Sombong
JessicaHei Gadis jangan Lari
SandrakoIstri kontrakku×
- Bab 1 Menjadi Pemeran Utama
- Bab 2 Menolak Diberi Jalan
- Bab 3 Siapa yang Berlutut?
- Bab 4 Tawaran
- Bab 5 Punya pemikiran yang matang
- Bab 6 Tidak Dapat Kabur Jika Ada Sayap
- Bab 7 Aku ada Sebuah Ide
- Bab 8 Pasti Ada Caranya
- Bab 9 Konferensi Pers
- Bab 10 Mempermalukan
- Bab 11 Perubahan
- Bab 12 Balas Dendam
- Bab 13 Persiapan
- Bab 14 Tanda Tangan Kontrak
- Bab 15 Kegaduhan Lokasi Syuting
- Bab 16 Menerima Dejun
- Bab 17 Bertemu Dengan Venny Lagi
- Bab 18 Taruhan
- Bab 19 Bisnis Seharga Enam Ratus Ribu
- Bab 20 Akting
- Bab 21 Anak orang kaya
- Bab 22 Mujizat
- Bab 23 Memenangkan kontrak
- Bab 24 kata-kata yang tak bisa disampaikan
- Bab 25 Pertama kali bertemu orang penting
- Bab 26 Tempat rahasia
- Bab 27 Situasi
- Bab 28 Hubungan Kerja Sama
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Kebalikan
- Bab 31 Leon yang Gila
- Bab 32 Sano
- Bab 33 Kekhawatiran
- Bab 34 Melihat Bunga Persik
- Bab 35 Ditangkap
- Bab 36 Senang
- Bab 37 Godaan Christine
- Bab 38 Pilihan Orang yang Tepat
- Bab 39 Pemutusan Kontrak
- Bab 40 Siasat
- Bab 41 Masalah Besar
- Bab 42 Jeje Gadis Pelayan
- Bab 43 Minta Dipukul
- Bab 44 Gadis Gosip
- Bab 45 Pertaruhan
- Bab 46 Jerami Terakhir Yang Mematikan Unta
- Bab 47 Panik
- Bab 48 Kekuatan Andrew
- Bab 49 Mark Menyerah
- Bab 50 Kesalahpahaman
- Bab 51 Masalah yang Mengganggu
- Bab 52 Memainkan Sebuah Pertunjukkan
- Bab 53 Mendorong Menjadi Topik Hangat
- Bab 54 Rahasia Sano
- Bab 55 Juan yang Jengkel
- Bab 56 Marah Besar
- Bab 57 Krisis Film
- Bab 58 Konferensi Pers
- Bab 59 Acara Keluarga (1)
- Bab 60 Acara Keluarga (2)
- Bab 61 Perjamuan Keluarga (3)
- Bab 62 Pemutusan Kontrak Artis (1)
- Bab 63 Pemutusan Kontrak Artis (2)
- Bab 64 Group Li Dalam Bahaya
- Bab 65 Mantan kekasih
- Bab 66 Waktu mendatangkan perubahan
- Bab 67 Krisis perusahaan
- Bab 68 Krisis perusahaan 2
- Bab 69 Apa Jeslyne dalam masalah ?
- Bab 70 Permintaan Jessica
- Bab 71 Penculikan Lagi
- Bab 72 Perang senjata
- Bab 73 Pertemuan pertama
- Bab74 Data
- Bab 75 Telepon dari Walikota Wandy
- Bab 76 Memastikan Rencana
- Bab 77 Kedatangan Willy
- Bab 78 Kerjasama
- Bab 79 Kerjasama
- Bab 80 Meminta Pernyataan
- Bab 81 Dosis Yang Kuat
- Bab 82 Curiga
- Bab 83 Membasmi
- Bab 84 Pengkhianatan
- Bab 85 Memindahkan Aset
- Bab 86 Membeli Saham
- Bab 87 Mulai Panen
- Bab 88 Konferensi Pers
- Bab 89 Tamu Penting
- Bab 90 Kerja Sama
- Bab 91 Luar Negeri
- Bab 92 Hebat
- Bab 93 Memamerkan Kehebatan
- Bab 94 Tugas Dari Venny
- Bab 95 Menyusun Rencana
- Bab 96 Telepon dari Juan
- Bab 97 Kamera Mini
- Bab 98 Pemikiran Buruk Juan
- Bab 99 Keadaan Krisis
- Bab 100 Melamar
- Bab 101 Benar-Benar Marah
- Bab 102 Tamat