Pejuang Hati - Bab 9 Terangsang
Fenny Liu yang sekarang lebih menggoda daripada biasanya, wajahnya yang memerah seperti darah yang mau menetes, karena tadi dia habis minum arak, sekarang dia merasa sangat haus.
"Kakak ipar?" Setelah Marvin Su berjalan mendekat, dengan ringan dia mengguncang Fenny Liu.
"Panas.............aku ingin minum air." Kata Fenny Liu dalam keadaan kurang sadar.
Setelah Marvin Su mendengarnya, dengan cepat dia menuangkan air untuk Fenny Liu dan pelan-pelan dia memberinya minum.
Karena naluri, Fenny Liu membuka mulut kecilnya dan meneguknya, Marvin Su mencium aroma tubuh Fenny Liu, seketika dia menjadi tidak tenang lagi. Tanpa sengaja, air tumpah di bagian lehernya Fenny Liu.
“Aduh.” Air yang dingin tumpah di atas lehernya, membuat Fenny Liu seketika langsung terbangun.
Tapi Marvin Su tidak tahu bahwa Fenny Liu sudah terbangun, Fenny Liu melihat airnya tumpah maka dia menggunakan tangannya untuk menggaruk bekas air tadi.
Tangan besarnya menyentuh dada sendiri, Fenny Liu hanya merasa badannya seperti tersengat listrik, terutama ketika dia mendadak sadar bahwa dirinya ada dalam pelukan Marvin Su.
"Apa yang terjadi?" Pikir Fenny Liu dalam hati, rasa aneh pada tubuhnya terus berdatangan, dia yang sudah lama tidak mendapatkan sentuhan dari suaminya, membuat dia susah untuk menahannya. Tetapi, bahkan dirinya berinisiatif meminta sekali pun, suaminya tidak bisa memuaskan dirinya.
Fenny Liu juga seorang manusia, dia seorang wanita yang memiliki darah, daging dan nafsu. Saat ini, dia hanya merasakan tubuhnya sangat nyaman, lalu kehilangan tenaganya.
Merasakan perubahan aneh pada kakak ipar, Marvin Su tampak sedang berbicara pada dirinya sendiri, dia memeluk Fenny Liu di dadanya dan berkata: "Fenny .......... Aku, aku menyukaimu, aku ingin menciummu."
"Kamu ........., kamu, kamu ........." Fenny Liu langsung menjadi panik, dia tidak pernah mengira Marvin Su akan mengatakannya dengan begitu berani.
Bagaimana ini, berikan dia kesempatan untuk cium sekali atau langsung menolaknya dengan tegas? Dalam hati Fenny Liu sangat bingung, di satu sisi dia merasa hatinya tidak bisa menahan keinginannya ini dan sangat ingin memuaskan bocah nakal ini, di sisi lain dia juga merasa malu dan bersalah, dia tidak boleh melakukan hal yang tidak bisa dimaafkan oleh suaminya.
Alasan mengapa manusia berbeda dari binatang adalah karena mereka tahu cara menahan diri ......... tapi itu adalah di saat mereka sedang tidak mabuk.
Fenny Liu yang saat ini, di bawah desakan dari alkohol, sudah sedikit terangsang. Bibir kecilnya sedikit terbuka, dari ekspresi mukanya terlihat ragu.
Melihat wajah Fenny Liu yang memerah karena gelisah, tidak tahu dia menolak atau setuju, Marvin Su langsung tidak menunggu jawaban darinya, dia membuka mulutnya sekali lagi lalu menempel ke arah bibir kecil Fenny Liu.
"Mmmhhh" Dalam mulut Fenny Liu mengeluarkan suara desahan, dia merasa seluruh tubuhnya sudah meleleh.
Perasaan seperti ini, dia tidak pernah mengalaminya saat bersama Martin Su, bahkan sebelum menikah, Martin Su juga tidak pernah memberikan Fenny Liu perasaan yang membuat jantung berdebar secepat ini.
Fenny Liu dan Martin Su kenal lewat perjodohan, mereka bersama tidak lama, dia merasa Martin Su orangnya dapat diandalkan, jadi dia langsung menikah dengan Martin Su.
Alasan paling utama adalah karena ayahnya Fenny Liu bangkrut dan berhutang uang dalam jumlah yang sangat banyak. Ini membuat banyak lelaki yang dulu menyukainya berhenti mengejarnya, bila tidak, berdasarkan kecantikannya Fenny Liu, Martin Su juga tidak akan punya keberuntungan yang begitu baik sampai bisa menikahinya.
Setelah menikah, Fenny Liu juga tidak berpikir begitu banyak, dia juga memiliki pekerjaannya sendiri, meskipun suaminya tidak dapat memuaskan dirinya dalam hubungan seksual, tapi kadang dia bisa selesaikan sendiri diam-diam, dengan begitu juga dia tidak akan begitu banyak keluhan.
Tapi bocah ini Marvin Su, malah pada saat dirinya mengharapkan kepuasan, dia membobol masuk ke dalam hatinya!
Ini membuat Fenny Liu bingung, jika Tuhan memberi dirinya 1 kesempatan lagi, dia harus memilih menikah dengan orang yang mapan atau memilih menikah dengan orang yang dicintainya?
Dia tidak tahu, karena di dunia ini tidak ada kata "jika", juga tidak ada kesempatan untuk mengulang lagi.
Fenny Liu hanya merasa hatinya yang kosong seperti terus diisi penuh oleh Marvin Su, seluruh tubuhnya serasa meleleh, perlahan-lahan dia sudah mulai sedikit mengikuti Marvin Su.
Dia mengaitkan tangannya pada leher Marvin Su, Fenny Liu baru pertama kali sadar, bocah kecil ini ternyata sudah lebih tinggi dari dirinya, otot-otot di dadanya juga sangat kuat, seluruh tubuhnya dari atas sampai bawah memancarkan hormon pria yang kuat.
Sambil berpikir, kedua kakinya juga tanpa sadar menggosok beberapa kali.
Marvin Su merasakan gerakan Fenny Liu, dalam hatinya dia sudah tersenyum nakal, tadi dia ingin menjulurkan lidah, tapi dia juga takut Fenny Liu akan menggigitnya.
Sekarang dia melihat Fenny Liu begitu patuh, selain itu juga dia sudah mulai terangsang, Marvin Su pun tidak takut lagi, dia mencium bibir merahnya Fenny Liu, lalu dengan sedikit bodoh dia menggunakan lidahnya untuk membuka gigi Fenny Liu, kemudian dia masuk dan menabrak mulutnya sembarangan.
Fenny Liu mendesah, dia membiarkan Marvin Su
Akhirnya ia merasakan rasa manis yang dia idam-idamkan selama ini, tapi Marvin Su malah lebih serakah lagi, dia menyelipkan tangannya ke dalam celana pendek Fenny Liu.
Celana pendek denim Fenny Liu itu adalah celana ketat, kancing warna perunggu dan ikat pinggang kecil warna putih semuanya terikat dengan sangat erat, tangan besarnya Marvin Su tidak bisa masuk sama sekali.
Dia sedikit terburu-buru, tangan yang satunya juga melepaskan Fenny Liu, kemudian kedua tangannya melepaskan ikat pinggang Fenny Liu.
"Marvin Su, kamu, apa yang kamu lakukan ........tadi bilangnya hanya ciuman saja." Fenny Liu sangat panik.
Meskipun hatinya sangat ingin, tapi dia juga memiliki batas sendiri, dicium oleh Marvin Su sebentar, dia masih bisa menerimanya walaupun sedikit terpaksa, tapi jika sampai membuka celana dan benar-benar melakukannya, dia pasti tidak akan menyetujuinya.
Bagaimanapun juga, dia tidak boleh merusak batas yang ada, jika tidak dia benar-benar akan bersalah pada Martin Su.
Tapi aliran darah Marvin Su meningkat dengan cepat, mana bisa dia mendengarkan kata-kata Fenny Liu, dengan terburu-buru dia melepaskan ikat pinggangnya kemudian dia melanjutkan membuka kancing perunggu itu.
Fenny Liu ingin memberontak, ketika tubuhnya begitu nyaman dan lemas dan sama sekali tidak bisa mengeluarkan tenaga, dia merasa tubuhnya sangat panas, seolah-olah akan meneteskan darah, ditambah lagi perasaan lemas tidak berdaya, membuat Fenny Liu merasa sangat malu.
"Mar, Marvin Su ..." Fenny Liu masih melakukan perlawanan terakhirnya.
Tapi suara semacam ini, terdengar di telinga Marvin Su mana bisa menghentikannya, ini jelas-jelas menginginkannya, baik?
"Cling!"
Kancingnya telah dibuka, terlihat celana dalam putih kecil mencuat, Marvin Su hanya merasakan kepalanya seperti ada sebuah suara ledakan "bam!" Tanpa sadar dia langsung menariknya, kemudian dia mengulurkan tangannya untuk............
Terasa lunak di tangan dan sedikit lembab, perasaan yang luar biasa itu, seketika membuat Marvin Su meledak.
Dia membuka mulutnya untuk menggigit bibir merah Fenny Liu, badannya menekan Fenny Liu seperti kehilangan akal saja.
"Kakak ipar." Marvin Su penuh gairah, dia sepertinya tidak bisa menahannya lagi.
Apalagi di bawah pengaruh alkohol, Fenny Liu juga hampir tidak bisa mengendalikan diri lagi, dia ingin membuka mulut untuk menolak Marvin Su, tapi rasa nyaman dan gatal yang berasal dari tubuhnya membuat dia hanya bisa menggigit bibirnya dengan erat dan tenggelam dalam kenikmatan yang tidak senonoh ini.
Setelah menyentuh bagian paling lembut dari Fenny Liu, Marvin Su menjadi lebih bersemangat lagi, dia merasakan ujung jarinya basah.
"Tidak.......kita tidak boleh begini! Kakak Sepupumu menyuruhmu datang ..........menyuruhmu membawa aku pulang............dia,.........aku, aku ... aku tidak boleh melakukan hal yang tidak bisa dimaaafkan olehnya." Dorongan yang kuat dan pengaruh alkohol, membuat Fenny Liu merasa tegang dan takut, bicaranya pun menjadi terpatah-patah.
Marvin Su mengabaikan Fenny Liu, meskipun itu hanya sentuhan di ujung jarinya, tapi itu sudah membuatnya merasa sangat luar biasa.
“Kakak ipar." Jari-jari Marvin Su bergerak sedikit dan dengan canggung terus menggigit bibir merah Fenny Liu, kemudian menggunakan lidahnya untuk membuka gigi Fenny Liu.
Meskipun teknik ciumannya masih belum bagus, tapi serangannya sangat mendesak, tidak lama kemudian Fenny Liu sudah tidak bisa bertahan.
“Ah!” Akhirnya Fenny Liu tidak bisa menahannya lagi, dia mendesah dengan sangat nikmat.
Hati Marvin Su seketika tergoyang, dengan sangat lembut dia meletakkannya di tempat tidur, memandangi wanita cantik yang ada di hadapannya, tubuh kecil yang meringkuk menjadi satu, membuat gairah Marvin Su lebih membara..........
Novel Terkait
Pejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)