Pejuang Hati - Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
Ini adalah perasaan yang tidak pernah ada ketika bersama suamiku.
“Marvin Su”. Fenny Liu berteriak memanggil namanya, terlihat ada sedikit keinginan untuk menolak, tapi masih menerimanya begitu saja.
Melihat Fenny Liu tidak menolak lagi, Marvin Su mulai melepaskan bajunya, kemudian menyipitkan mata dan berkata: “Fenny, Kamu sangat cantik.”
“Sembarangan saja bicaranya”. Remaja ini meneriakkan namanya, Fenny Liu pun tidak tahan untuk mendesah.
Dia merasa dirinya bukan seperti dirinya sendiri, Setelah badannya dijepit oleh Marvin Su, Fenny Liu tidak memikirkan apapun. Dan juga dia kenapa tidak mengetahuinya, kenapa dirinya bisa menurut begitu saja.
Hati pun bimbang, baju sudah dilepaskan oleh Marvin Su, semuanya terlihat jelas oleh orang yang ada di depannya ini, Fanny Liu ingin menarik selimut untuk menutupinya karena malu.
Tapi Marvin Su tidak membiarkan dia pergi, setelah itu ia menyingkirkan selimut itu, dan Marvin Su dengan cepat melepaskan celananya, berkata: “Aku melihat obat yang ada di ruang tamu..... Kalau kakak sepupu tidak bisa, biarkan aku yang membantu kamu!”
Saat sedang berbicara, Marvin Su langsung menerobos ke dalam.
Serangkaian kata dan perilakunya, sedari awal sudah membuat Fenny Liu terangsang.
Dia ingin menolak, tapi masih tidak tahu cara membuka mulut, Marvin Su sudah mulai menekan masuk, bagian bawahnya tiba-tiba terisi dengan sesuatu yang sangat padat.
Perasaan itu sebelumnya tidak pernah ada, sesuatu yang padat dan kuat itu membuat Fenny Liu mengerutkan kening, dan tanpa sadar langsung mengigit bibirnya.
Belenggu hatinya berasa seperti diterobos oleh sesuatu.
Fenny Liu tidak bisa berpikir banyak, dia hanya bisa memeluk Marvin Su, dan kemudian memanggil namanya.
Dalam waktu yang cukup lama, Fenny Liu membuka matanya.
Di sampingnya hanyalah bantal kosong, bahkan bayangan Marvin Su pun tidak ada, satu-satunya hal yang terasa nyata, adalah respon fisiknya.
“Ternyata di mimpiku bocah itu malah.....” berpikir sampai di sini, Wajah Fenny Liu menjadi merah dan panas.
Masalah yang terjadi dalam dua hari ini sangat banyak, hasrat Marvin Su, penantian ibu mertua, ditambah ketidakacuhan suami, ketiganya terjerat jadi satu, membuat Fenny Liu memimpikan mimpi yang konyol.
Lalu ia bergegas bangun untuk mencari pakaian dalam yang bersih, Fenny Liu pun bergegas untuk pergi mandi.
Dia tidak boleh melanjutkan fantasi seperti ini lagi, ingin buru-buru membuang pikiran seperti ini. Saat suara air menetes di atas kulit yang halus dan lembutnya itu, dia memalingkan wajahnya, Fenny Liu sadar dirinya di cermin sangat jernih, dan sangat menggoda.
“Aih!”
Melihat diri sendiri di cermin, Fenny Liu menghela napas, napasnya seolah menyesali sesuatu.
……
Di sisi lain, Setelah Marvin Su pulang sekolah, baru saja ia mendorong pintu asrama, langsung melihat teman sekamarnya Olga Wang bersama dengan pacarnya melakukan "perang besar" di asramanya.
Olga Wang dalam keadaan telanjang, dan pacarnya sedang tengkurap di atas kasur, dan langsung diserang dengan cepat olehnya.
“Sial!” pintu langsung didorong terbuka, Olga Wang kaget dan hampir menyerahkan senjatanya, kemudian setelah sadar orang yang masuk adalah Marvin Su, langsung mengambil handuk untuk menutupi bagian vitalnya, dengan tidak puas kemudian berkata: “Kamu bocah kecil kenapa kembali?”
Kamar Marvin Su adalah kamar untuk empat orang, sampai setiap akhir minggu, dia pergi ke rumah Martin Su, dan kedua teman kamarnya yang lain selalu menginap di warnet untuk bermain PUBG setiap akhir minggu.
Tapi yang tidak terpikirkan oleh Marvin Su, saat teman kamar lainnya pergi ke warnet bermain PUBG, Olga Wang ternyata malah tinggal di dalam kamar dan bersama pacarnya bermain "burung"!
Dia juga baru pertama kali bertemu situasi seperti ini, merasa agak canggung, setelah menunggu pacar Olga Wang menutupi badannya, dia baru berkata: ”Sial, membuat kamar asrama menjadi kamar pengantin?”
“Hehe.” Olga Wang tersenyum, kemudian berkata: “Kakak Marvin, Kakak Marvin...... kamu keluar sebentar, biarkan istriku memakai baju terlebih dahulu.”
“Sial!” Marvin Su tidak berdaya, lebih baik pergi ke perpustakaan untuk menghabiskan waktu saja.
Di malam saat ia pulang kembali, di asrama hanya ada Olga Wang seorang, dua orang lainnya masih belum pulang.
Di sela-sela kesempatan, Marvin Su bertanya dan berkata: “Hei, Olga Wang? Pacarmu dulu bukannya pemalu ya, saat mengakatakan kata ciuman saja wajahnya pun sudah memerah, kenapa sekarang berani pergi ke asrama kita melakukan hal itu?”
“Pemalu?” Olga Wang pun mengendus, berkata: “Sekarang dia bersedia dan lebih aktif malah...... Wanita juga manusia, dan juga mempunyai hasrat, setelah dia merasakan kebahagian, malah lebih bersedia melakukannya dibandingkan dengan laki-laki!”
“Ah!” Marvin Su tercengang, seperti disadarkan oleh sesuatu, kemudian bertanya lagi : “Nah, kamu bagaimana bisa membuatnya .... membuatnya merasakan kebahagiaan?”
Walaupun bertanya agak tiba-tiba, tapi Olga Wang dan orang lain berbeda, Bocah ini dari awal adalah seorang playboy, biasanya ia sering mengatakan betapa hebat dirinya, meniduri berapa banyak wanita, jadi Marvin Su baru berani menanyakan pertanyaan yang seperti ini.
“Kenapa, Kakak Marvin ingin mendapatkan hati anak perempuan yang mana?” Olga Wang berbalik bertanya.
“Tidak...... hanya penasaran saja. “Marvin Su tidak berani berkata bahwa dirinya menyukai kakak iparnya, hanya berpura-pura bersikap seperti penasaran, berkata: “Melihatmu begitu hebat, jadi ingin belajar satu atau dua trik darimu.”
Olga Wang dari awal orang yang suka pamer, setelah dipuji Marvin Su, langsung berkata: “Wanita, sebenarnya ada dua yang perlu diperhatikan, selangkah demi selangkah dan menangkap kesempatan!”
“Kenapa selangkah demi selangkah dan menangkap kesempatan?” Marvin Su buru-buru bertanya.
“Selangkah demi selangkah, adalah membangun kesan yang baik terlebih dahulu, mulai dari memegang tangan, kemudian mulai mencium wajahnya...... menunggu saat dia tidak menolak lagi, lalu buatlah suasana yang sedikit romantis, siapa tahu dia mulai tersentuh, dengan begitu kamu sudah boleh menyerangny dengan berani.” Olga Wang sambil berkata sambil tersenyum, lalu ia menambahkan: ”Wanita adalah makhluk hidup yang emosional, selama bisa membuatnya merasakan panas, kamu pasti akan ada kesempatan! Ingat, kalau penolakannya tidak begitu kuat, kamu tidak boleh berhenti menyerang! ”
“Ah?” Marvin Su masih tidak mengerti dan berkata: “ Kalau dia tidak panas?”
“Pikirkan cara lain untuk membuatnya panas, bukannya barusan sudah kuberitahu, wanita dan laki-laki semuanya ada hasrat, apalagi wanita yang sudah pernah melakukannya, malah semakin mudah untuk menidurinya, karena mereka sudah pernah merasakan kebahagiaan.” Olga Wang berkata sambil cemberut :”Hal seperti ini hanya bisa dirasakan tapi tidak bisa diungkapkan, kamu pelan-pelan renungkan dan pikirkan sendiri caranya, aku sudah berolahraga seharian, aku tidur duluan!”
Selesai mengatakan, Olga Wang membalikkan badan dan berhenti bicara.
Tapi Marvin Su karena perkataan Olga Wang, malah menjadi tidak mengantuk sedikitpun, dia terus memikirkan Fenny Liu, dan memikirkan perkataan Olga Wang tadi.
“Wanita yang sudah pernah melakukannya, semakin mudah untuk menidurinya, karena mereka sudah pernah merasakan kebahagiaan.”
Novel Terkait
Cinta Di Balik Awan
KellyThe Great Guy
Vivi HuangAku bukan menantu sampah
Stiw boyUangku Ya Milikku
Raditya DikaWonderful Son-in-Law
EdrickHarmless Lie
BaigePria Misteriusku
LylyAfter Met You
AmardaPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)