Pejuang Hati - Bab 87 Tidak Adil?

Meskipun serangan yang ia terima tadi tidak begitu besar, namun Siva Zhao sudah tidak bertemu dengan Marvin Su dalam waktu yang lama. Ditambah lagi dengan rasa tidak tenang yang ada di dalam hatinya. Dia hanya merasa kalau kedua tangan Marvin Su yang besar itu telah memegang bagian gunung kecilnya dan hal itu membuat Siva Zhao sedikit gemetar.

Marvin Su juga merasakan kesensitifan yang sedang dirasakan oleh Siva Zhao, ia pun mulai melembutkan kedua tangannya.

“Huft!” hela Siva Zhao dengan pelan dan dia mulai meraih kedua lengan Marvin Su dengan erat.

Melihat kondisi Siva Zhao, Marvin Su pun mulai bercanda kepadanya: “Istriku, apakah ini terlalu nyaman?”

“Kamu......” wajah Siva Zhao memerah dan seketika ia tidak tahu bagaimana cara menjawab perkataan Marvin Su. Saat ini, dia merasa sangatlah nyaman. Sekujur tubuhnya terasa begitu lemas dan juga kebas. Kedua rasa itu telah menghantui sekujur tubuhnya.

Melihat Siva Zhao yang tidak menjawabnya, Marvin Su pun memberhentikan kedua tangannya yang sedang memegang itu dan hanya menatap Siva Zhao dengan erat.

“Kalau kamu begini lagi, aku akan marah.” Wajah Siva Zhao memerah dan sepertinya sedang memaksa Marvin Su untuk melanjutkan aksinya tadi.

Marvin Su tidak terlihat tergesa-gesa dan juga tidak terlihat santai. Dia lalu tersenyum nakal dan menatap Siva Zhao sambil berkata: “Sepertinya selama ini aku selalu memanggilmu dengan panggilan istri, dan kamu malah memanggilku menggunakan namaku. Bukankah ini sedikit tidak adil?”

“Tidak seperti itu!” kata Siva Zhao dengan malu.

Marvin hanya terus memegang kedua gunung kecil milik Siva Zhao sambil meremasnya dengan pelan. Ia lalu mendekat ke bagian telinga Siva Zhao sambil berkata: “Bagaimana kalau kamu memanggilku dengan panggilan suami?”

Siva Zhao tidak lagi bisa mengontrol suasana hatinya setelah merasakan remasan dari Marvin Su dan juga nafas panas dari Marvin Su yang masuk melalui telinganya, itu membuat seluruh wajahnya mulai merasa panas sekarang. Wajah Siva Zhao terlihat begitu merah dan dia lalu berkata dengan suara yang sangatlah pelan: “Suamiku.”

“Kedepannya, panggilah aku dengan panggilan suami, oke?” kata Marvin Su di samping telinga Siva Zhao dan ia tidak hentinya menghembuskan nafas hangat di dekat telinga Siva.

“Baik...Ah...” Siva Zhao hanya menjawabnya dengan kata baik dan tubuhnya kembali bergetar.

Ternyata Marvin Su sedang menggigit telingatnya dan menggunakan lidahnya yang hangat itu untuk menjilatnya beberapa kali. Itu membuat Siva Zhao merasa geli dan juga lemas. Dia tidak pernah menyangka kalau telinganya sendiri begitu lembut.

Apalagi ketika Marvin Su menghembuskan napas yang hangat di telinganya, Siva Zhao bisa mendengar jelas suara nafas yang keluar dari hidung Marvin Su dan nafasnya itu sangatlah dipenuhi nafsu pria pada umumnya.

“Jangan....jangan lakukan itu padaku.” Kini Siva Zhao mulai tidak bisa memfokuskan dirinya lagi.

Marvin Su tidak menyangka kalau Siva Zhao begitu sensitif hari ini, nafsu yang ada di dalam hatinya juga semakin kuat dan dia tidak bermaksud untuk melepaskan Siva Zhao. Dia mulai beraksi dengan kedua tangannya. Salah satu tangannya mulai meraih bagian pinggang kecil milik Siva Zhao dan mulai meraba bagian punggungnya dengan lembut. Salah satu tangan lainnya tetap memegang kedua gunung kecil Siva Zhao dan mulai masuk ke bagian dalam bra yang Siva kenakan.

Harus diketahui setelah melewati beberapa masa ini, sekarang merupakan waktu pubertas kedua bagi Siva Zhao.

Dulunya kedua gunung itu sangatlah kecil dan sekarang sudah mulai membulat. Setelah membuka bra itu, Marvin Su merasa kalau rasa pada tangannya semakin nikmat.

“Ah....” desah Siva Zhao, pikirannya menjadi kosong dan dia sedikit tidak bisa menahan semua ini.

“Istri yang baik, berilah sedikit bonus kepada suamimu hari ini, oke?” kata Marvin Su sambil menggerakkan kedua tangannya. Mulutnya masih saja berada di dekat telinga Siva Zhao sambil menghembuskan nafasnnya yang hangat itu.

Saat ini, Siva Zhao telah kacau dan terlihat sangat menikmati semua ini. Ia tidak mungkin menolak Marvin Su lagi. Kini perasaannya sangatlah kacau, ia merasa takut dan juga merasa nyaman. Dia lalu menganggukkan kepala dan berkata “iya” dengan suara yang pelan.

Setelah Siva mengatakan itu, tangan yang tadinya merangkul bagian pinggang Siva Zhao itu pun mulai beralih masuk ke dalam celananya.

Siva Zhao tidak tahu kalau Marvin Su akan pulang hari ini. Oleh karena itu, ia hanya mengenakan pakaian olahraga dan berencana pergi ke gedung olahraga untuk bermain badminton bersama temannya setelah selesai makan malam nanti.

Tangan yang besar itu mulai masuk ke dalam celana yang ketat dan Marvin Su berhasil meraih area misterius pada Siva Zhao tanpa halangan apapun.

Di saat ini, tubuh Siva Zhao semakin bergetar kencang dan hanya dengan satu sentuhan pelan dari Marvin Su, Siva Zhao bisa merasakan kelembapan pada ujung jari tangannya.

“Istriku, apa ini?” tanya Marvin Su.

Siva Zhao menutup erat bibirnya dan tidak ingin menjawab pertanyaan dari Marvin Su. Marvin Su juga tahu kalau nantinya Siva Zhao akan menangis jika dirinya tetap bersikap penuh canda seperti ini. Oleh karena itu Marvin pun tidak lagi berbicara dan membiarkan Siva meraba tubuhnya. Setelah itu, Marvin Su mulai menggunakan jari tangannya untuk memberi kepuasan kepada Siva Zhao.

Meskipun ini adalah malam hari, namun Siva Zhao tetap merasa takut karena bagaimana pun ini adalah lapangan olahraga. Gerakan jari tangan Marvin membuat sekujur tubuh Siva Zhao menjadi begitu tegang.

Dia menggigit bibirnya dan menahan dirinya untuk tidak bersuara. Namun ia tidak bisa menahan suara “Ah, ah, hm hm” yang ingin keluar dari dalam tenggorokannya. Wajahnya juga terlihat begitu merah seperti darah yang menetes.

Kini Siva Zhao sudah tidak berdaya lagi dan dia menggantungkan dirinya pada tubuh Marvin Su. Beberapa saat kemudian, dia pun tersadar.

“Nakal ya.” Setelah mengatakan kedua kata itu, Siva Zhao pun masuk ke dalam pelukan Marvin Su dengan malu. Dia bahkan tidak berani menatap wajah Marvin.

Melihat kondisi Siva, Marvin Su merasa sangat puas di dalam hatinya. Nafsunya yang besar itu akan membuat dirinya puas dalam beberapa jam ke depan. Dia lalu meraih rambut Siva Zhao yang lembut itu. Setelah tiga hingga lima menit berlalu, Marvin Zhao pun berkata: “Istriku yang baik, sekarang kamu sudah merasa puas, namun adik kecilku telah membengkak hingga begitu besar!”

“Itu adalah deritamu.” Kata Siva Zhao karena ia tahu jelas apa yang akan di perintahkan Marvin Su kepadanya.

“Istriku yang baik.” Marvin Su kembali memeluk Siva Zhao dengan erat dan mulai mencium bibirnya agar ia tergoda.

Tubuh Siva Zhao kembali bergetar dan kini ia merasa panas pada sekujur tubuhnya. Dia sedikit tidak bisa menahan aksi dari Marvin Su. Dia lalu memilih untuk menyerah dan berkata: “Sudahlah, kalau begitu aku yang membantumu saja ya?”

Sambil mengatakan itu, wajahnya terlihat begitu merah dan tangannya yang kecil itu mulai beralih ke bagian selangkangan Marvin Su.

“Pakailah mulutmu.” Kata Marvin Su.

“Ha?” Siva Zhao terbengong dan seketika ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

“Boleh ya........ kamu cukup menciumnya saja.” Kata Marvin Su.

Siva Zhao terlihat tidak berani menyetujui permintaannya, namun dirinya juga tidak begitu ingin menolaknya. Lagipula teman baiknya sendiri juga telah melakukan hubungan intim bersama pacarnya sendiri di hotel. Dan dirinya dengan Marvin Su masih saja tetap bertahan di dalam hubungan percintaan ini.

Siva Zhao tahu jelas kalau Marvin Su tetap menginginkan hal ini, Marvin mungkin saja akan mulai merayu dirinya dan pergi ke hotel bukanlah merupakan hal yang tidak mungkin....

Namun Marvin Su tidak melakukan itu.

Oleh karena itu, setiap teman dekatnya tidak pulang, Siva Zhao juga akan berpikir, apakah Marvin Su juga ingin mengajak dirinya pergi ke hotel? Apakah Marvin Su telah menahan semua ini dengan susah payah....... teman dekatnya berkata kalau di saat seperti ini, pria sangatlah genit.

Setelah memikirkan hal yang kacau ini, terkadang Siva Zhao juga diam-diam masuk ke dalam selimutnya sendiri dan memikirkan Marvin Su sambil meraba dirinya sendiri.

Sekarang, hatinya sedikit lemah ketika menatap Marvin Su yang sedang memohon padanya itu. Bagian terpenting pada tubuhnya sendiri telah di raba oleh Marvin, jika sekarang dia mencium bagian itu, seharusnya tidak begitu keterlaluan bukan?

“Namun..... ini merupakan lapangan olahraga.” kata Siva Zhao dengan sedikit ragu.

Setelah mendengar perkataan Siva Zhao, Marvin Su tahu kalau ini akan berkelanjutan. Namun di lapangan ini, hanya cocok untuk melakukan aksi ciuman dan juga raba meraba. Sulit untuk melakukan aksi yang lebih dalam lagi.

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu