Pejuang Hati - Bab 5 Jalan-Jalan
Di sisi lain, Marvin Su menyadari bahwa Fenny Liu telah mematikan telepon dan menyadari bahwa apa yang dikatakannya terlalu menggoda, jadi dia agak gelisah.
Walaupun ia tidak terlalu mengerti merk pakaian dalam wanita, tetapi bahan dari celana dalam Fenny Liu sangat nyaman, juga sangat seksi, ia ingin menyimpannya.
Menyimpan celana dalam ini, dia tidak takut bahwa Fenny Liu akan datang ke dia untuk mencari masalah. Melalui hal-hal yang ambigu dari tadi malam hingga sekarang, dia mengetahui bahwa Fenny Liu cukup 'pura-pura bodoh' terhadap dirinya.
Tetapi, dia sangat takut jika masalah ini diketahui oleh Martin Su, bagaimanapun juga dia adalah kakak sepupunya!
Setelah bimbang sesaat, Marvin Su akhirnya dengan patuh mencuci celana dalam Fenny Liu di kamar mandi dan menjemurnya di balkon.
Dengan sisa waktu yang ada, digunakan Marvin Su untuk bermain game, dia sekarang sudah kuliah, tidak perlu mengulang pelajaran ataupun menulis PR! Fenny Liu juga keteraluan, masih saja menganggap dia anak kecil!
Dipikir-pikir, hal ini justru membuat Marvin Su kesal hingga cemberut, dia ingin menunjukan kepada Fenny Liu sisi kejantanannya.
"Fenny, kenapa kamu terlihat sangat marah!"
Di saat Fenny sedang sangat marah, sahabatnya, Anggi Yang dengan berlenggak-lenggok datang menghampirinya.
Mereka berdua sudah berjanji bertemu di depan pintu masuk mall, melihat cerahnya muka Anggi Yang, Fenny Liu langsung menyimpan amarahnya, dan berkata; "Tak apa, itu adik sepupunya Martin Su, setiap hari di rumah kerjaannya main hp terus, baru saja aku nasehati agar belajar dengan giat."
"Adik sepupu Martin Su?" Anggi Yang mengkedip-kedipkan matanya sambil mengingat-ingat, dan dengan hebohnya berkata: " Oh, adik ganteng itu, dia tinggal di rumah kamu sekarang?"
"Ya, sedang liburan, Martin Su membiarkan dia tinggal di sini selama dua hari." kata Fenny Liu.
"Setelah Anggi Yang mendengar, sekilas mukanya terlihat tidak biasa, berkata : "Marvin Su sudah bukan anak kecil loh!"
"Iya...... Sudah 19 tahun." ucap Fenny Liu.
" Sudah punya pacar belum?" Tanya Anggi Yang lagi,
Ia merasa nada bicara sahabatnya aneh, akhirnya sadar arah pembicaraan Anggi Yang, ia mengkerutkan dahinya dengan emosi, dan berkata dengan kesal, " Mana aku tahu!"
"Aku kan cuma mengingatkan kamu, mahasiswa sekarang banyak yang nakal" ucap Anggi Yang.
Anggi Yang tahu suami Fenny Liu sangat sibuk bekerja, dan Fenny Liu pernah berkeluh kesah kepadanya masalah aktivitas di ranjang mereka yang tidak harmonis.
Sifatnya berlawanan dengan Fenny Liu, Anggi Yang adalah wanita yang berani, antara sahabat membicarakan hal-hal memalukan seperti itu pun, dia tidak mempermasalahkannya, sambil berkata ia menepuk bokong Fenny Liu dengan keras, dan berkata: "Atau jangan-jangan, kamu suka yang seperti itu ya?"
"Hei!"
Banyak orang yang berlalu-lalang di depan pintu masuk mall, tidak terpikirkan oleh Fenny Liu jika Anggi Yang akan menepuk bokongnya di depan banyak orang, seketika mukanya memerah, dan berbisik: "Mau mati kamu, banyak orang....."
Setelah membuat masalah, Anggi Yang melihat muka Fenny Liu sudah memerah, dan agar menghindari Fenny Liu benaran marah, ia pun tidak berani berbuat masalah lagi.
"Ya sudah, jarang-jarang akhir pekan, ayo kita bersenang-senang", Anggi Yang langsung mengubah topik pembicaraan.
......
Malam pun tiba, Fenny Liu pulang dengan menenteng banyak tas belanjaan dengan berbagai ukuran, dia membeli dua gaun untuk dirinya sendiri, dan membelikan jas kasual untuk Martin Su.
Pastinya ia tidak menganggap Marvin Su sebagai orang luar, jika tidak, ia tidak akan membiarkan Marvin Su datang menginap setiap liburan musim panas, dari dalam tas, ia mengeluarkan sepatu sport, dan berkata: "Marvin Su, sini coba sepatunya."
Saat Marvin Su lihat, ternyata sepatu Nike, ia merasa tidak enak hati: "Kakak ipar, sepatu ini pasti sangat mahal?"
"Tidak mahal, sedang ada promo, diskon 22%." Sambil berucap, Fenny Liu mengeluarkan sepatu dari kotak, lalu melonggarkan tali sepatu dan menyerahkan kepadanya.
"Diskon 22%.... juga merk Nike!" gerutu Marvin Su.
"Sudah, pria dewasa menggerutu terus paling tidak disukai oleh orang-orang, cepat coba." ucap Fenny Liu.
Setelah mendengar, Marvin sudah tidak berani menggerutu yang lain, langsung mencoba sepatu sport tersebut, sangat pas di kaki, alas sangat ringan dan lembut, sangat nyaman saat dipakai untuk berjalan..
"Suka tidak?" tanya Fenny Liu
Marvin Su mengangguk-angguk dan berkata: " Suka."
"Yang penting suka, aku masak dulu, kamu bail-baik nonton TV dulu sana." Kata Fenny Liu dengan puas,
Marvin Su tidak suka mendengar kata "baik-baik", itu membuat dia merasa Fenny Liu menganggap dirinya anak kecil, jadi setelah ia menukar kembali sendal rumah, langsung berlari menuju dapur untuk membantu Fenny Liu.
"Kenapa tidak menonton TV?" tanya Fenny Liu.
Marvin Su menyeringai: "Aku bantu kamu, cuci sayur, potong sayur......"
"Jangan sampai makin bantu makin sibuk ya!" ucap Fenny Liu sambil tertawa.
Setelah mendengar, Marvin Su menggerutu, lalu mengeluarkan 2 buah kentang dari plastik, cuci bersih, kupas kulitnya dan mencoba untuk memotong.
"Sini aku saja, lihat gayamu yang bodoh." Ia lihat irisan kentang Marvin Su yang setebal ibu jari, ia tidak bisa menahan cekikikannya, lalu berdiri di depan Marvin Su dan mengambil pisaunya.
Lagi-lagi tangan mereka bersentuhan, Marvin Su sudah bergelora langsung menggenggam tangan kecil Fenny Liu.
"Kakak ipar." ucap Marvin Su
Fenny Liu tidak menyangka Marvin Su semakin berani, tetapi lawannya adalah seorang remaja yang agresif, sama sekali tidak tahu bagaimana untuk menasehatinya.
Jika mengajari Marvin Su dengan tegas tentang kebenaran, Fenny Liu takut Marvin Su tidak berani datang ke rumah lagi, nanti jika Martin Su bertanya, dia juga susah untuk menjelaskan.
Di saat Fenny Liu tidak berdaya, Marvin Su sudah memeluk dia, ia berkata dengan tergagap: " Kakak.. Kakak ipar...... aku...."
Fenny Liu ditatap oleh mata bergelora Marvin Su, untuk sesaat pikirannya pun kabur, muka nya yang sangat cantik sudah merah bagaikan akan menetaskan darah, degup jantungnya semakin cepat.
Dalam keadaan panik, tiba-tiba terbesit wajah sang suami di dalam pikirannya.
Novel Terkait
Love and Trouble
Mimi XuSomeday Unexpected Love
AlexanderMr Huo’s Sweetpie
EllyaThe Revival of the King
ShintaPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)