Pejuang Hati - Bab 42 Gangguan Psikologi
Marvin Su selalu tertarik dengan hal-hal otomotif. Saat pendidikan SMA-nya belum tamat, dan selagi libur musim panas selama 2 bulan, ia mengambil tes SIM (Surat Izin Mengemudi).
Keluarganya membuka sebuah kios di desa, pada saat menyuplai barang, Marvin Su juga sering menyetir mobil van milik keluarganya sendirian dan pergi bersama ayahnya untuk menyuplai barang.
Karena itu, ia sama sekali tidak asing lagi dengan mobil jip putihnya itu. Begitu menekan pedal gas, mobil itu langsung melaju pesat.
Martin Su melihat semua gerakan-gerakan Marvin Su. Hatinya merasa bahwa dirinya mengabaikan terlalu banyak hal, terlalu banyak......
Ia tidak memperhatikan kerenggangan yang muncul di antara dirinya dan Fenny Liu, ia juga tidak memperhatikan pertumbuhan Marvin Su, atau mungkin saja di antara dirinya dan Fenny Liu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Martin Su. Dirinya benar-benar tidak berguna!
Pada saat menyetir mobil, Marvin Su juga tidak peduli lampu lalu lintas dan batas kecepatan. Selama tidak ada mobil yang ada di jalanan, ia langsung meletakkan kakinya di atas pedal gas dan segera melesat.
Sesampainya di pabrik mebel di Central Selatan, begitu menghentikan mobilnya, Marvin Su pun melihat Fenny Liu yang duduk di atas tanah.
Seluruh badannya kacau tak karuan, pakaiannya terkoyak, rambutnya sangat berantakan, ia seolah terdiam mematung.
“Kakak ipar!”
“Istriku!”
Marvin Su dan Martin Su turun dari mobil bersamaan dan berlari ke arah Fenny Liu, sedangkan Fenny Liu seperti tidak ada reaksi apa-apa. Ia tetap duduk di atas tanah, roknya telah disobek, air mata menggenang di matanya yang indah, membuat orang yang melihatnya menjadi hancur hatinya.
“Kakak ipar……” Marvin Su memanggilnya dengan suara yang sangat khawatir, lalu melepas bajunya dan mengenakannya ke tubuh Fenny Liu.
“Jangan pegang aku! Pergi, pergi!” Tiba-tiba, Fenny Liu seolah mendapat suatu dorongan. Ia mengambil sebuah batu dari atas tanah dan melemparnya ke wajah Marvin Su.
Batu itu terlempar kemari, membuat pasir-pasir beterbangan dan menyelip masuk ke mata.
“Kakak ipar!” Satu tangan Marvin Su menutupi matanya dan di saat yang bersamaan ia berusaha keras untuk membuka matanya, lalu sesuatu berwarna merah muncul di ujung matanya.
Ia merabanya dan baru menyadari bahwa ujung matanya terluka akibat lemparan batu Fenny Liu, sedangkan Fenny Liu seperti orang gila. Tangannya memegang sebuah batu yang sangat besar dan memukul ke arah kepala Marvin Su.
“Istriku, ini aku. Aku dan Marvin Su sudah datang!“ Martin Su segera berlari dan memeluk Fenny Liu.
“Pergi, pergi, pergi kalian semua......“ Fenny Liu melambaikan tangannya yang sedang memegang batu besar dengan sekuat tenaga, lalu tanpa sadar ia menjatuhkannya dan tak sadarkan diri.
Marvin Su yang melihat Fenny Liu seperti itu, hatinya sakit dan perih. Ia merasa sesuatu yang ada di hatinya hancur berkeping-keping.
Martin Su melihat Fenny Liu yang tak sadarkan diri, rok yang dikenakannya itu melorot akibat dirinya yang tadi meronta-ronta. Ia pun bergegas menutupi tubuh Fenny Liu dengan gaunnya.
Hanya saja, tubuh bagian atas yang tertutupi, sedangkan di kaki Fenny Liu yang panjang dan putih itu ada terdapat satu luka memar berwarna biru dan satu lagi berwarna merah, terlihat jelas bahwa luka memar itu disebabkan oleh cubitan tangan seseorang.
Karena Gandi dan Kak Soni memperkosa Fenny Liu di dalam mobil, maka tidak ada jejak atau petunjuk sama sekali di permukaan tanah. Tepat di saat kedua orang itu bersiap mengantar Fenny Liu ke rumah sakit, dua mobil polisi tiba dengan kecepatan tinggi.
Dua mobil polisi itu berhenti di samping kanan dan kiri mobil Martin Su, lalu Anggi Yang, Ketua Wang, dan yang lainnya turun dari mobil.
“Fenny!” Anggi Yang yang melihat rupa Fenny Liu pun seketika berubah raut wajahnya, lalu berkata dengan panik: “Kenapa bisa seperti ini?”
Marvin Su menggelengkan kepala dengan raut wajah masam tanpa mengeluarkan suara. Ia hanya bertanya kepada para polisi itu: “Apakah pelaku bisa ditangkap?“
“Petugas kami telah mengikuti mereka. Kali ini, satpam datang tepat waktu sehingga mereka tidak akan bisa lolos!“ Ketua Wang dan Fenny Liu bisa dibilang adalah teman, melihat kejadian ini menimpa Fenny Liu, Ketua Wang pun menghela napas sambil berkata: “Pergilah ke rumah sakit dulu, aku akan menghubungi kalian setelah pelaku berhasil ditangkap.“
“Terima kasih, terima kasih banyak!“ Martin Su langsung mengucapkan terima kasih, lalu menggendong Fenny Liu dan menaruhnya ke dalam mobil dengan hati-hati.
Pada saat ini, Anggi Yang juga ikut berbicara: “Ketua Wang, masalah penangkapan pelaku ini kami serahkan kepada anda. Aku akan menemani mereka pergi ke rumah sakit untuk menjaga Fenny Liu.“
“Baiklah, aku juga akan mengutus 2 orang untuk menemani kalian, jaga-jaga saja.“ Kata Ketua Wang.
Setelah itu, masih Marvin Su yang mengemudi, Martin Su duduk di tempat duduk sebelah pengemudi, sedangkan Anggi Yang duduk di belakang sambil memeluk Fenny Liu. Tangannya memegang satu kotak tisu basah dan menyeka secara perlahan tanah liat yang menempel di tubuh Fenny Liu.
Ketika sampai pada lehernya, Anggi Yang mengerutkan alisnya. Ia mencium bau pesing.
Ia tentu saja tahu apa itu, lalu ia membuka perlahan gaun yang menutupi tubuh Fenny Liu dan melihat sekilas ke bawah. Ia menemukan ada bekas luka di dada Fenny Liu. Meski sudah diperkosa, tetapi masih meninggalkan bekas.
Hatinya pun sedikit bergetar, tangan Anggi Yang yang bergetar dimasukkan ke antara kedua kaki Fenny Liu. Barang yang ada di situ tidak mudah kering......
Dengan cepat, jemari Anggi Yang menyentuh sesuatu yang lembut dan masih sangat lembab. Ketika ia menarik kembali jarinya, benda yang ada di jarinya itu belum berubah menjadi warna transparan.
“Bajingan!“ Anggi Yang merutuk dalam hati. Semua gerakannya dilakukan secara perlahan karena memikirkan perasaan Marvin Su dan Martin Su.
Ia pun mengambil lagi selembar tisu basah yang bersih, lalu mengelap bersih cairan-cairan yang ada di tubuh bagian bawah Fenny Liu. Ia pun menyimpan tisu itu sebagai barang bukti karena pada akhirnya kedua pelaku kejahatan tersebut pasti akan tertangkap.
Karena tempat duduk yang menutupi pandangan, Marvin Su dan Martin Su tidak dapat melihat apa yang dilakukan Anggi Yang, hanya saja Martin Su beberapa kali menoleh untuk melihat kondisi Fenny Liu. Wajahnya terlihat sangat cemas.
Mobil melaju pesat dan tiba di rumah sakit dalam waktu yang singkat.
Karena ada polisi yang menemani, ditambah dengan unit yang didaftarkan Martin Su adalah unit penanganan darurat, maka itu sesampainya di rumah sakit, Fenny Liu langsung dibawa ke UGD.
Pada saat itu, Martin Su segera pergi membayar semua biayanya dan meninggalkan Anggi Yang beserta Marvin Su yang menunggu di depan ruang UGD.
Sekitar 12 menit kemudian, telepon genggam Anggi Yang berbunyi. Hasil informasi yang ia dapatkan adalah kedua pelaku sudah ditangkap, setelah Fenny Liu sadar barulah ia boleh ke sana untuk memastikan pelaku tersebut.
“Ketua Wang, apakah mereka sudah mengaku?“ Tanya Anggi Yang dengan suara pelan.
“Mereka tidak begitu koperatif, tetapi dari mobil mereka kami sudah mengumpulkan beberapa barang bukti. Selain itu, masih ada 2 polisi yang sudah pergi ke pabrik mebel itu untuk melihat-lihat apakah ada hasil pencarian lainnya......Yang jelas, mereka tidak akan bisa lolos.“ Kata Ketua Wang.
Setelah mendengar hal itu, Anggi Yang pun menarik napas dalam-dalam, lalu berkata: “Ketua Wang, aku juga mempunyai barang bukti, yaitu ada cairan dari dalam tubuh Fenny......Cairan itu adalah......sperma laki-laki.“
Di saat Anggi Yang sedang berbicara, pintu ruang UGD pun terbuka. Seorang dokter berkaca mata keluar dan berkata: “Kondisi pasien sudah stabil, ia hanya mengalami syok. Tubuhnya tidak ada masalah, tetapi mengenai psikologinya apakah bisa terganggu atau tidak......harus mengandalkan kerja sama dari kalian pihak keluarga.“
“Baguslah kalau tidak ada apa-apa, baguslah.“ Martin Su bergumam dan tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih: “Terima kasih banyak, maaf merepotkan anda!“
“Semua ini memang sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kami......“ Dokter pun mengerutkan alisnya, lalu berkata: “Akan tetapi, tubuh bagian bawah pasien ada sedikit bekas sobekan, sepertinya hal itu dilakukan oleh lebih dari satu orang dan dilakukan empat kali atau lebih. Yang pasti, kondisinya mungkin tidak begitu menggembirakan.“
Novel Terkait
Bretta’s Diary
DanielleMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiPenyucian Pernikahan
Glen ValoraNikah Tanpa Cinta
Laura WangUntouchable Love
Devil BuddyEternal Love
Regina WangIstri kontrakku
RasudinCinta Yang Berpaling
NajokurataPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)