Pejuang Hati - Bab 50 Janji
Seusai mendengar perkataan ini, mulut Marvin Su terbuka lebar dan bertanya: "Kakak sepupuku sudah tahu?"
"Iya." Jawab Fenny Liu pelan.
"Dia, dia baik-baik saja 'kan ..." Marvin Su bertanya lagi.
"Aku tidak tahu, setelah mengantarmu ke rumah sakit, ia langsung pergi, ponselnya juga nonaktif." Kata Fenny Liu.
Mendengar ini, Marvin Su dalam hati cukup khawatir pada Martin Su, namun ia juga tidak berdaya, beberapa waktu kemudian, rasa ingin buang air kecil menyerangnya lagi, akhirnya ia menatapi Fenny Liu dengan wajah yang ingin dikasihani.
Fenny Liu tentu tahu apa maksud Marvin Su, yang membuat wajahnya merah padam lagi, dan lalu ia pergi mengangkat selimutnya.
Benar saja, adik kecil Marvin Su sudah kembali ke bentuk semula, karena pengalaman sebelumnya, Fenny Liu langsung menutupi kerah bajunya dengan tangannya, kemudian ia perlahan memegang adik kecil Marvin Su dan mengarahkannya ke tempat buang air kecil.
"Fiuhhh." Marvin Su menghela napas panjang, akhirnya ia merasa lega juga.
Hanya saja ia sudah menahan pipis cukup lama, Marvin Su buang air kecilnya banyak sekali, suara pipisnya sangat deras, Fenny Liu yang mendengarnya dibuat jadi resah dan gelisah.
Marvin Su juga merasakan perasaan yang aneh, karena tangan kecil Fenny Liu begitu lembut, meskipun ia sudah menutupi kerah bajunya rapat-rapat, namun aroma tubuhnya justru tercium oleh Marvin Su.
Aroma yang lembut, wangi sekali, ini adalah aroma khusus Fenny Liu.
Selang beberapa saat kemudian, akhirnya Marvin Su selesai juga buang air kecilnya, dan diikuti tetes air pipis terakhir, adik kecil Marvin Su berdiri lagi.
"Hehehe." Sebelum Fenny Liu menyalahkannya, Marvin Su sudah menyeringai polos duluan, yang berarti ini bukan salahnya.
Fenny Liu meliriknya dengan jengkel, kemudian ia mengangkat tempat buang air kecil itu ke kamar mandi, setelah mencucinya dan keluar, pada saat ini suasana canggung baru agak teredamkan.
“Kak ipar, apa rencanamu ke depannya?" Marvin Su bertanya.
"Aku belum memikirkannya." Fenny Liu menghela napas dan berkata: "Aku berencana untuk pergi menenangkan perasaanku dulu."
"Oh." Mendengar hal ini, Marvin Su cukup kecewa, kalau Fenny Liu pergi, maka ia tidak akan bertemu dengannya dalam jangka waktu yang lama.
Langit perlahan-lahan semakin terang, sekarang sudah sekitar jam enam pagi dan Siva Zhao datang kemari.
Kedatangan Siva Zhao cukup membuat Marvin Su kaget, melihat wajah gadis kecil ini yang penuh kekhawatiran, Marvin Su akhirnya bertanya: "Kamu kenapa?"
"Aku ..." Siva Zhao tersipu malu melirik ke arah Fenny Liu, dan barulah perlahan menjelaskan: "Aku meneleponmu kemarin, lalu ... masalahmu, semua orang di sekolah membicarakannya di mana-mana."
Mendengar hal ini, Marvin Su sekejap mengernyitkan keningnya.
"Tapi mereka juga tidak bilang apa-apa sih, hanya sekedar membicarakannya saja." Kata Siva Zhao.
"Sudahlah, terserah mereka mau bicara apa ..." Marvin Su menghela napas, lalu bertanya: "Kenapa kamu ke sini, tidak kelas?"
"Aku 'kan mengkhawatirkan kamu!" Kata Siva Zhao dengan cemberut.
"Dia dari kemarin sudah ke rumah sakit, dan terus menunggumu bangun, lalu akhirnya Anggi Yang mengantarnya pulang ke sekolah." Fenny Liu menjelaskan sembari menghampiri Siva Zhao dan menepuk-nepuk bahunya: "Dia itu ya, tidak sadar kalau dia sangat beruntung."
Fenny Liu jelas-jelas membantu Siva Zhao bicara, namun matanya justru samar-samar menatap ke arah Marvin Su.
Marvin Su tahu kalau sebenarnya tatapan Fenny Liu cukup dipenuhi rasa cemburu, jadi ia juga tidak berani menjawab lagi.
Setelah mengetahui Fenny Liu adalah kakak ipar Marvin Su, pada saat Fenny Liu memujinya, wajah Siva Zhao memancarkan rasa penuh kesenangan.
Seusai menemani Marvin Su sampai siang hari dan membelikan mereka makan siang, Siva Zhao baru pergi dan pulang ke sekolah, sesaat kamar pasien hanya tersisa Marvin Su dan Fenny Liu.
"Pacar kecilmu lumayan loh." Kata Fenny Liu mendadak, setelah Siva Zhao pergi.
Marvin Su tidak tahu harus bagaimana menjawabnya, setelah terdiam beberapa saat, ia baru berkata: "Kakak ipar, sebenarnya aku juga tidak begitu menyukainya."
"Mau jadi anak nakal?" Kata Fenny Liu jengkel sembari mengerutkan keningnya.
"Orang yang aku suka itu ... aduh!" Marvin Su tiba-tiba mengernyitkan keningnya dan lalu menggenggam bahunya.
Fenny Liu kira Marvin Su mengenai lukanya, ia buru-buru pergi melihatnya, alhasil seketika pinggangnya yang kecil didekap Marvin Su, setelah itu bibirnya terasa basah.
Marvin Su memeluk Fenny Liu dan mulutnya langsung menggigit bibirnya, sembari menciumnya dengan penuh rasa sayang, sembari mendekapnya erat dalam pelukan dan berbisik: "Kakak ipar, apa kamu tidak ngerti perasaanku?"
"Marvin, jangan aneh-aneh ya." Fenny Liu perlahan mencoba melepaskan diri sesaat, namun dekapan Marvin Su sangat erat.
Ia juga tidak berani mendorongnya terlalu kuat, karena sebelah bahu Marvin Su masih terluka, luka sedalam itu tidak akan sembuh dalam sehari, jadinya ia hanya bisa berkata perlahan: "Kamu lepaskan dulu, aku dengarkan kamu."
"Tidak mau." Marvin Su lanjut menggigitnya dengan lembut, mencium bibir Fenny Liu sembari memeluknya dan berkata: "Kamu sudah bercerai dengan kakak sepupuku, sekarang semuanya sudah bisa kita mulai dari awal lagi."
Fenny Liu tentu saja mengerti apa maksud kata "mulai dari awal" yang keluar dari mulut Marvin Su, dan itu membuat jantungnya berdetak lebih kencang lagi.
"Fenny, aku tahu, kamu punya perasaan terhadapku." Tiba-tiba, nyali Marvin Su jadi besar sekali.
Akhir-akhir ini, masalah di antaranya dan Fenny Liu sangat berbelit-belit, dari awal semenjak kejadian Dokter Zhang di desa, Marvin Su sudah menetapkan hatinya untuk melindungi Fenny Liu seumur hidup.
Setelah itu, Fenny Liu disakiti oleh orang-orang jahat di sekitarnya, pada saat itu ia sangat menyesal, bahkan di depan Martin Su, Marvin Su menunjukkan kepeduliannya secara terang-terangan.
Masalah berangsur parah, sampai saat ini, Marvin Su sungguh tidak ingin kehilangan Fenny Liu lagi, siapa tahu nantinya saat Fenny Liu pergi menenangkan perasaannya akan kembali atau tidak ke kota ini lagi, akan menghubunginya atau tidak lagi!
Dalam hatinya ia berpikir, Marvin Su sangat takut Fenny Liu akan menghilang dari hidupnya, ketika Siva Zhao pergi, ia menjadi berani mengungkapkan perasaannya.
"Aku, memang punya perasaan padamu, tapi ... tetap saja tidak bisa." Kata Fenny Liu.
"Kenapa?" Marvin Su mengernyitkan keningnya.
"Marvin, kamu sekarang masih kecil, banyak hal yang kamu lakukan hanya karena gairah sesaat atau terasa baru." Fenny Liu menatapinya dan dengan lembut berkata: "Kalau aku menyerahkan diriku padamu, mungkin satu atau dua tahun kita akan sangat bahagia ... tapi setelah kamu lulus? Apa kamu bisa menggandengku pulang ke desa dan memberi tahu orang tuamu tentang hubungan kita?"
Marvin Su mengangguk dan menjawab: "Bisa!"
Marvin Su berkata dengan sangat tegas, perasaan seperti itu seolah-olah demi Fenny Liu, ia bisa melakukan hal apapun.
"Marvin ..." Fenny Liu juga jadi ragu, ia tidak tahu harus bagaimana untuk membujuk Marvin Su.
Tentu saja, kalau ada seorang pria berani berjanji untuk melindungi diri sendiri, kenapa sendirinya harus repot memikirkan hal tentang bersama selama-lamanya, setidaknya untuk saat ini, Marvin Su sepenuh hati menyukainya, mencintainya!
Sebagai orang yang sudah berpengalaman, Fenny Liu tahu jelas bahwa hal seperti janji tidak akan bertahan lama, namun ketika Marvin Su mengatakannya, justru membuatnya ingin memilikinya untuk selamanya.
Novel Terkait
Half a Heart
Romansa UniverseBretta’s Diary
DaniellePejuang Hati
Marry SuAwesome Husband
EdisonUnlimited Love
Ester GohLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)