Pejuang Hati - Bab 59 Lemah
Awalnya pada saat Fenny Liu dirawat di rumah sakit, rekan kerjanya selain Anggi Yang menjenguknya, dan Kepala Bagian Li adalah salah satu dari orang-orang yang menjenguknya.
Selain itu, kedatangannya itu bukan hanya sekali.
Setelah tersenyum terpaksa, Fenny Liu berkata, “Aku baik-baik saja, hanya karena alasan lain jadi aku tidak akan mengganggu Kepala Bagian Li lagi.”
“Baiklah kalau begitu.” Kepala Bagian Li berkata.
Setelah menutup telepon, Fenny Liu mengendarai mobilnya untuk pergi menjemput Marvin Su. Dan setelah menjemputnya dia berkata, “Bagaimana proses penyembuhannya?”
“Sudah baik, memindahkan kursi ataupun barang lainnya juga sudah tidak sakit lagi.” Marvin Su berkata, sambil menunjukan otot lengan atasnya, dan melanjutkan, “Hanya saja masih belum boleh bermain basket…. Tim-ku akan mencari otang lain untuk menggantikanku.”
“Setiap minggu kamu tidak pernah mengikuti kegiatan, dan sekarang sudah punya pacar. Itu adalah hal wajar kalau kamu dikeluarkan.” Fenny Liu tersenyum sambil menghidupkan mobil dan membawa Marvin Su.
Sesampainya di rumah sakit dan selesai diperiksa, ditemukanlah bahwa lengan Marvin Su sudah kembali hampir sama dengan keadaan normal. Jadi, sudah bisa melepaskan jahitan, lalu membuka resep obat untuk menghilangkan bekas luka.
Saat meninggalkan rumah sakit, Fenny Liu bertanya pada Marvin Su, “Kembali ke sekolah?”
“Tidak usah terburu-buru, aku sudah minta libur sehari!” kata Marvin Su, lalu kembali mengulangi bagian penting, “Kakak ipar, aku belakangan ini sudah menjadi anak baik di sekolah!”
Begitu mendengarnya, Fenny Liu tahu kalau Marvin Su sedang meminta imbalan, tapi karena kondisinya sekarang ini dan segan untuk menolak, setelah bimbang beberapa saat menjawab, “Kalau begitu kapan kamu kembali ke sekolah?”
“Tidak tahu…..” Marvin Su mengerutkan alis dan berkata, “Kakak ipar, mengapa kamu terlihat sangat lemas? Apa kamu ada banyak hal yang harus kamu pikirkan?”
“Alasan pekerjaan.” Fenny Liu meraba wajahnya dan bertanya, “Apa aku terlihat sangat lemas?”
“Sudah menjadi kurus, dan muncul kantung mata.” Marvin Su mengerutkan dahinya, dan melanjutkan “Kakak ipar, bagaimana kalau kamu bersamaku nonton bioskop, lalu pergi berbelanja, dan malam nanti melakukan facial, bersantai untuk satu hari?”
“Aku sudah bersusah payah untuk pekerjaanku yang tertinggal seperti ini, aku tidak boleh bersantai.” Fenny Liu mengingat bahwa dia akan lembur bersama Kepala Bagian Li, dan langsung menolaknya.
Marvin Su masih tidak tahu kalau Fenny Liu selama ini ditahan oleh Kepala Bagian Li dengan alasan kemajuan pekerjaan, dan setiap hari lembur sampai jam sepuluh, dan pada pukul sebelas, ketika dia pulang, Kepala Bagian Li selalu mengajak Fenny Liu untuk makan bersama.
Fenny Liu tidak bisa selalu menolaknya, tapi dia juga tidak ingin berhutang banyak kepada Kepala Bagian Li, sehingga pada akhirnya, dia mengambil inisiatif untuk membayar.
Beberapa hari kemudian, Kepala Bagian Li berpikir bahwa meskipun istilahnya hanya sebuah batu, batu itu harus diasahnya sendiri. Siapa yang tahu ketika Fenny Liu menolaknya, dan saat itu dipikirannya menculah ide yang tidak baik.
Jika sudah benar-benar tidak bisa, maka Fenny Liu akan mabuk, atau tidak perlu sampai mabuk, kalau dia sudah minum alkohol, maka dia bisa menaruh obat untuk Fenny Liu.
Setelah itu kedua orang itu mabuk, dari awal Fenny Liu sudah pernah mengalami pelecehan, dan sekarang atasan kerjanya pada saat lembur mereka mabuk berdua, jadi walaupun melecehkannya, maka Fenny Liu juga tidak akan berani untuk lapor polisi.
Rencana Kepala Bagian Li ini sudah ditanam di hatinya, malam itu dia sudah merencanakan akan menaruh obat untuk Fenny Liu dan kemudian akan keluar dengan alasan mencari tempat untuk minum, siapa yang mengira kalau dia minta cuti.
Setelah persasaan di hatinya meningkat, Kepala Bagian Li tidak sabar untuk menunggu, ketika melihat Fenny Liu meminta izin, secara tiba-tiba dia menemukan kalau mobilnya itu ke rumah sakit.
Ketika Kepala Bagian Li sampai, dan hendak menelepon Fenny liu untuk bertanya keadaannya, dia melihat mobil Fenny Liu keluar dari rumah sakit.
Melihat kejadian ini, Kepala Bagian Li memanggilnya, tapi saat itu dia melihat seorang lelaki di mobil itu.
“Sialan, bagaimanapun aku berkata dia tidak pernah menerimaku, ternyata dia sudah punya lelaki, pantas saja dia bisa bercerai dengan suaminya, dasar wanita murahan.” kata Kepala Bagian Li dengan kesal.
Di sisi lain, Fenny Liu yang sedang membicarakan nonton bioskop dan lainnya, tidak menyadari adanya mobil Kepala Bagian Li.
Sebenarnya dia tidak bisa mengelak dari Marvin Su, setelah beberapa saat, dia terpaksa mengendarai mobilnya menuju pusat perbelanjaan, lalu bersiap untuk bersantai sesuai dengan perkataan Marvin Su.
Sejujurnya, dia sendiri sudah bekerja dengan keras, dan juga sudah menolak konspirasi Kepala Bagian Li, dan semua ini sudah membuatnya sangat lelah.
Setelah keluar dari rumah sakit, Fenny Liu membawa Marvin Su ke arah pusat perbelanjaan, dan Kepala Bagian Li yang bersembunyi menunggu mobil Fenny Liu melewatinya, lalu dapat terlihat dengan jelas melihat kalau lelaki itu adalah Marvin Su.
Sebelumnya ketika membawa Fenny Liu minum sampai mabuk di hotel, Marvin Su inilah yang mendobrak masuk, maka Kepala Bagian Li tidak bisa menyentuh Fenny Liu.
Dan sekarang melihat Marvin Su lagi, hati Kepala Bagian Li terbakar amarah. Ketika melihat mobil itu melaju, tidak tahu otaknya disambar petir, dia langsung menginjak pedal gas, lalu mengikuti mereka.
Akhirnya Fenny Liu dan Marvin Su yang hanya menikmati kehangatan berama, tidak menyadari kalau Kepala Bagian Li mengikuti mereka dari belakang.
“Kakak ipar, hutang ciuman yang waktu itu, kapan akan kamu bayar?” Marvin Su yang duduk di sebelahnya bertanya dengan manis sambil menatap Fenny Liu.
Fenny Liu mengerutkan dahinya, dan berkata “Apa menurutmu kakak ipar akan percaya? Setiap kali, awalnya kamu selalu bilang cium, tapi akhirnya kamu selalu…. kamu selalu…”
Mengatakannya saja membuat Fenny Liu merasa malu.
Marvin Su sengaja bertanya, “Kakak ipar, aku kenapa?”
“Dasar bajingan, aku tidak akan dibodohi olehmu.” Fenny Liu mendengus, dan wajahnya berubah menjadi kemerahan.
Dulu, setiap kali Marvin Su menciumnya, saat Fenny Liu sedang dimabuk karena ciuman itu, tangannya selalu masuk ke dalam baju Fenny Liu, bagaikan orang yang bangga sedang berada di puncak es, ataupun masuk dari dalam rok dengan lembut dan hangat. Sudah sering dia dibuatnya mabuk kepayang, sampai sepasang kakinyapun menjadi lemas.
Sehingga, ketika mengungkit masalah seperti ini, wajah Fenny Liu langsung berubah merah.
Marvin Su dengan polosnya berkata, “Kakak ipar, aku ini akan kamu permalukan sampai mati….. Setiap kali aku memberikanmu ciuman dengan serius, kamu selalu menolaknya, sudah sering kamu merasa nyaman, tapi aku malah merasa kurang nyaman!”
“Kamu sendiri yang memintanya, kalau kamu tidak mempermainkanku, kalau kamu benar-benar melakukan dengan serius bagaimana bisa tidak nyaman!” kata Fenny Liu, dan tiba-tiba dia teringat sesuatu dan melanjutkan, “Ketika nonton film nanti, kamu jangan sembarangan mencuri kesempatan.”
“Apa aku orang yang seperti itu?” Marvin Su mendengus balik bertanya.
Fenny Liu menjawab, “Iya.”
Sangat cepat, kedua orang itu sampai di pusat perbelanjaan, setelah memarkir mobil, begitu turun Marvin Su langsung merangkul lengan Fenny Liu, dan kedua orang itu langsung masuk sambil tertawa dan mengobrol, dan Marvin Su mengambil kesempatan ketika Fenny Liu sedang lengah, dan dengan cepat diciumnya.
Tapi kali ini tidak mengagetkan Fenny Liu, malah Kepala Bagian Li yang berada di belakanglah yang kaget.
“Dua orang ini, benar-benar sedang berselingkuh…..” Kepala Bagian Li dari belakang mengikutinya, lalu sambil sibuk mengeluarkan ponselnya berkata pada dirinya, “Untungnya hari ini aku datang, kamu tertangkap sedang bersama adik iparmu, haha, Fenny Liu, aku akan menggunakan ini untuk mengancammu, kamu akan melayaniku seumur hidupmu!”
Sambil berkata, Kepala Bagian Li membuka kamera, lalu meningkatkan kecepatan berjalan mengikuti mereka.
Novel Terkait
Cinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeI'm Rich Man
HartantoCinta Dan Rahasia
JesslynThe Great Guy
Vivi HuangIstri Pengkhianat
SubardiPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)