Pejuang Hati - Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu

Marvin Su yang sekarang, memiliki teknik ciuman yang lebih baik daripada sebelumya. Dia menggigit lembut bibir Siva Zhao, berawal dengan beberapa kecupan lembut, kemudian berlanjut panjang.

Siva Zhao dibuat kebingungan dengan ciuman penuh emosi dari Marvin Su, merasakan lidah Marvin Su yang masuk, dia merespon dengan canggung.

Lidah Marvin Su mengeliligi mulut Ziva Zhao dengan lembut, lalu ritmenya berubah, dengan lembut di hisapnya lidah mungil Ziva Zhao ke dalam mulutnya, lalu mulai mencicipinya.

Bibirnya bersentuhan, tangan Marvin Su mulai meraba pakaian yang dikenakan oleh Siva Zhao.

“Tidak, Mavin Su….” Siva Zhao tersentak.

Melihatnya sedikit menolak, Marvin Su akhirnya berhenti, tapi tangannya masih menempel pada perut Siva Zhao, mulutnya tetap menyerang.

Merasakan Marvin Su yang berapi-api, Siva Zhao merasa bahwa dia berada dalam genggaman Marvin Su. Wajah kecilnya panas, bahkan tubuhnya ikut memanas.

Marvin Su yang merasakan perubahan pada Siva Zhao, setelah menunggu Siva Zhao terbawa suasana, lalu tangannya mulai bergerak lagi.

“Uh.” Siva Zhao kembali berjuang menolak.

Tapi Marvin Su tidak memberikan kesempatan, dihisapnya lidah Siva Zhao itu, tangannya sudah berada di bagian dada Siva Zhao, meskipun terasa ketat, tapi terus bergerak.

Siva Zhao yang tidak pernah dipancing bagaimana mungkin bisa melawannya, wajahnya memerah, dan air matanya mengalir.

Siva Zhao merasa seperti berada di kapal yang dibajak!

Dulu tidak pernah melihat wanita manapun berciuman dengan Marvin Su sebelumnya, tetapi bagaimana mungkin sekarang malah terasa sangat handal?

Hati Siva Zhao tidak berhenti bertanya, tapi tubuhnya yang sudah dirangsang tidak dapat bertanya, jari-jari Marvin Su bagaikan sihir, di dadanya menari, membuat sekujur tubuhnya gemetar.

Perasaan yang sangat geli, seolah-olah ada arus listrik mengaliri sekujur tubuhnya.

Marvin Su tidak melihat perlawanan dari Siva Zhao lagi, tapi wajahnya merah seperti di tetesi oleh darah, alisnya mengerut, seperti mencoba sekuat tenaga untuk menolak.

Sehingga Marvin Su menghentikan rencananya, hanya saja tangannya tetap melakukan aktivitasnya, dan mulutnya berubah semakin lembut.

Setelah kurang lebih setengah jam, Marvin membuka mulutnya.

Siva Zhao hampir kehabisan napasnya karena dicium, setelah dilepaskan, dia langsung mengambil napas, matanya ada rasa bersalah, “Sungguh… Tidak terpikirkan olehku kalau kamu… kamu, sangatlah brengsek!”

“Ini brengsek?” kata Marvin Su sambil tertawa.

Siva Zhao mendengus pelan dan mengabaikannya, tapi hatinya sebenarnya merasakan perasaan yang indah.

Melihat ekspresi Siva Zhao, Marvin Su akhirnya paham, sekarang Siva Zhao sudah menerima ciuman dan belaiannya, dan selanjutnya kalaupun dia merasa malu, tidak akan begitu menolak.

“Sepertinya apa yang diajarkan oleh Olga cukup berguna untukku, wanita, terlalu mudah untuk ditaklukkan!”

Marvin Su sedang berpikir, apa yang akan ada di akhir film, dia tidak memperhatikannya, hanya ingin mempermainkan Siva Zhao saja, tapi juga tidak berhenti merasa kalau wanita ini semakin dipandang semakin cantik, bagaimana mungkin dia tidak merasakannya sebelumnya?

Filmnya sudah selesai, dan sudah subuh, pintu sekolah sudah terkunci.

“Siva, bagaimana kalau kita mencari tempat di luar untuk tidur?” Marvin Su mencoba bertanya.

Untuk mencegah Siva Zhao berpikir kalau dirinya sorang bajingan, dia tidak mengatakan ‘motel’, ‘hotel’, ‘memesan kamar’ kata-kata sensitif seperti ini, dia hanya mengatakan tempat untuk tidur saja.

“Ah?” Siva Zhao mengerutkan keningnya, setelah labil beberapa saat, berkata, “Masih lebih baik kalau kita kembali ke sekolah, kalau memang tidak bisa pun lebih baik kita merepotkan om satpam.”

“Baiklah.” Marvin Su tidak memaksa, bagaimanapun kedua orang itu baru mulai menjalin hubungan. Dengan kepribadian Siva Zhao, terlihat jelas kalau mereka tidak mungkin bisa tidur bersama.

Mereka memesan taksi kembali ke sekolah, Marvin Su memanjat pagar, lalu dengan tangannya berusaha untuk membuka jendela pos satpam.

Setelah kurang lebih lima sampai enam menit, satpam itu keluar, dan dia melihat Marvin Su dan Siva Zhao, lalu mendengus, “Anak muda zaman sekarang, sudah jam berapa ini, masih saja merepotkanku.”

“Kalau tidak merepotkanmu bagaimana lagi, kami harus tidur dimana?” Marvin Su menjawab.

Satpam tua itu dengan tidak segan, berkata, “Tidur saja di motel tengah malam, lihat kau orangnya besar begitu, kenapa sangat pelit untuk memesankan wanita itu sebuah kamar, setelah bermain, malah kembali dan mengganggu tidurku……”

Marvin Su, “…..”

Bahkan lelaki tua itu bisa tau sampai motel malam, tapi itu sangat tidak baik.

Ketika ini wajah Siva Zhao berubah memerah tidak berani mendongakkan kepalanya, sampai ketika satpam tua itu membukakan pintu, lalu ia mengikuti Marvin Su berjalan masuk ke dalam sekolah.

Marvin Su tidak masalah, karena itu adalah universitas, bukan SMP atas SMA, kalaupun pergi ke motel seperti itu sekalipun kenapa? Hal seperti ini tidak seharusnya diurus oleh sekolah, setelah mendengus, dia kembali meraih tangan mungil Siva Zhao.

Setelah mengantar Siva Zhao sampai ke bawah gedung asrama wanita, Marvin Su baru kembali.

Baru sampai di kamar tidur, teman sekamarnya sedang berbaring di kasur dengan ponsel mereka, dengan sekilas menyapanya.

Aktivitas Marvin Su sudah selesai, setelah mendengus sebentar, dia langsung mandi dan tidur.

Keesokan harinya, dia kembali ke kelas, dan ternyata Siva Zhao membelikannya sarapan.

Lelaki itu ada kebiasaan malas bangun, biasa datang agak terlambat, dan tidak memperdulikan sarapan. Sampai saat istirahat, dia baru ke kantin untuk membeli roti dan mie.

Melihat susu kedelai dan kue telur di lacinya, hati Marvin Su terasa hangat, “Istriku, kau sangat baik.”

“Sangat cinta, ah, Marvin Su, kapan kau akan memberiku permen pernikahan?” ketika ini teman baik Siva Zhao, Wenny Li datang bertanya.

Wajah Siva Zhao memerah dan berkata,“Siapa bilang kau boleh asal bicara.”

Setelah semuanya yang terjadi semalam, hari ini dia dipanggil istri oleh Marvin Su, ditambah lagi dengan pernyataan dari sahabatnya, membuat Siva merasa malu.

“Asal bicara bagaimana, kau itu istriku!” kata Marvin Su tersenyum, lalu mebalikan kepala kepada Wenny Li, “Permen pernikahan sangat jadul, lain hari aku akan mentraktirmu.”

“Baiklah, ini kau yang bilang….” ketika Wenny Li mendengar undangan dari Marvin Su, dia sangat girang.

Ketika orang itu sedang bicara, lalu guru pun masuk, dan sahabat Siva Zhao yang melihatnya kembali ke tempat duduknya.

Siva Zhao dengan perlahan berkata, “Kau tidak perlu memikirkan Wenny, dia suka bercanda.”

“Tidak apa-apa, hanya mentraktir sahabatmu makan saja tidak masalah, kalau tidak dia akan mentertawaimu kalau suamimu ini pelit, hihihi.” jawab Marvin Su dengan suara rendahnya.

Wajah cantik Siva Zhao kembali memerah, menjulurkan tangannya ke paha Marvin Su lalu mencubitnya sambil berkata, “Jangan bicara omong kosong…”

“Kalau begitu apa kau suka atau tidak aku panggil istri?” Marvin Su tetap menggodanya.

Siva Zhao tidak bicara, dan langsung mendengarkan pelajaran.

Marvin Su berbaring di meja, dan makan sarapan yang dibawakan oleh Siva Zhao.

Dan bebrapa hari selanjutnya, Marvin Su terus mengikuti Siva Zhao, setelah pulang kelas, mereka pergi ke lapangan basket bersama atau ke perpustakaan, samapi malam tiba mereka berdua terus bermesraan.

Karena ketika di bioskop, Siva Zhao sudah pernah dijamah oleh Marvin Su, maka untuk selanjutnya ketika Siva Zhao dijamah oleh Marvin Su dia tidak akan menentangnya lagi.

Tapi yang membuat Marvin Su merasa tidak tenang adalah, ketika dia ingin memasuki tahap selanjutnya, Siva Zhao berubah menjadi sangat menentang.

Hingga saat ini, selain berciuman, Siva Zhao hanya memperbolehkan Marvin Su bermain sampai dadanya saja, untuk lebih dari itu tidak diizinkannya.

Awalnya, Marvin Su bisa menerimanya, tapi sudah dua tiga hari selanjutnya, dia tidak sadar kembali merasa rindu dengan Fenny Liu.

Tapi memikirkannya, suasana hati Marvin Su berubah drastis, kembali memikirkan kejadian yang terjadi di halte bus bersama Anggi Yang.

“Tidak tahu kapan lagi aku bisa bertemu dengan Kak Anggi, keberaniannya lebih besar dibandingkan dengan kakak ipar, uangnya juga berlimpah…. kalau saat itu bukan di halte bus, pasti dia dan aku sudah akan melakukan hubungan yang lebih intim lagi.”

Marvin Su memikirkannya, tidak sadar ada rasa penantian, kalau menjalin hubungan dengan Anggi Yang, tentu saja akan menjadi hal yang sangat indah.

Sejak Anggi Yang memainkan tangannya dengan terampil itu, keterampilannya memang luar biasa sekali, apalagi kalau urusan di atas ranjang, bisa memainkan berbagai jenis gaya!

“Tapi, memikirkan hal ini juga tidak akan mebuahkan hasil apapun, kakak ipar saja tidak memberiku izin untuk ke rumahnya, sampai tahun monyet bulan kuda baru bisa bertemu dengan Kak Anggi?”

Marvin Su mengeluh, tak terasa akhir pekan ini sudah berlalu…….

Tidak seperti biasanya, pekan ini kakak sepupunya tidak meneleponnya, dan mengundangnya datang ke rumahnya untuk menemani Fenny Liu.

Ini membuat Marvin Su merasa sedih, dia mulai bertanya-tanya apakah kolega kakak sepupunya sudah mengadu, mengatakan tentang pelukannya dengan Fenny Liu?

Ketika cemas, tiba-tiba ponsel Marvin Su berdering, sekujur tubuhnya tersentak, melihat ponselnya, dan ternyata itu panggilan masuk bukan dari kakak sepupunya, melainkan dari Siva Zhao.

“Istriku, apa kau merindukanku?” ketika mengangkat telepon, Marvin mengangkat dengan antusias.

“Marvin Su, ahkir pekan ini aku harus pulang ke rumahku, ibuku sakit, tidak ada yang merawat adikku.” kata Siva Zhao dengan bersalah, “Jadi, akhir pekan ini aku tidak bisa menemanimu….”

“Apa kau masih di asrama? Aku akan menemuimu sekarang, dan mengantarmu.” kata Marvin Su.

“Tidak perlu, aku tidak membawa koper, bisa langsung memesan taksi, kamu baik-baik saja di sekolah, jangan menggoda wanita lain.” balas Siva Zhao.

“Apa aku orang yang seperti itu?” Marvin Su kembali bertanya.

Siva Zhao merasa ragu beberapa saat, lalu berkata, “Iya!”

Awalnya, Siva Zhao merasa bahwa Marvin Su adalah orang yang sangat dingin, meskipun tinggi dan tampan, tapi dia tidak berjalan dengan wanita lain, apalagi ketika akhir pekan tiba dia hanya pulang dan diam di rumah saja!

Setelah keduanya menjalin hubungan, Siva Zhao merasakan bahwa tebakannya salah, Marvin Su merupakan boneka beruang Teddy versi manusia, saat mereka pergi ke lapangan untuk berjalan setiap malam, dia selalu memojokkan dirinya ke tembok dan melakukan ciuman secara paksa.

Kalau dia tidak bersikeras, dia pasti sudah ditipu dan dibawa ke hotel untuk...…..

Setelah menutup teleponnya, Marvin Su menghela napas, saat memikirkan apa yang akan dilakukannya selama dua hari ini, ponselnya kembali berdering, dan telepon dari Fenny Liu masuk.

“Kakak ipar?” kata Marvin Su saat melihat layar ponselnya, dan hatinya mulai dag-dig-dug.

Sambil menelan ludah, Marvin Su mengangkat teleponnya, bertanya, “Kakak ipar, ada apa?”

“Begini… Marvin Su, kakakmu, kakakmu….” Fenny Liu berkata dengan cemas, lalu menarik napas dalam, dan melanjutkan, “Kakakmu pergi untuk perjalanan bisnis, kamu…. apa kamu bisa menemaniku beberapa hari ini?”

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu