Pejuang Hati - Bab 25 Lubang yang Dalam

Setelah melihat tatapan Fenny, Marvin sangat terpaksa tersenyum: "Terlalu kecil..."

Wajah Fenny pun menjadi merah, tidak sempat menyadari apa yang dimaksud Marvin terlalu kecil, Jelas-jelas yang menggumpal itu sangat besar kan? Pikiran ini langsung dibuang jauh, dengan cepat dia baru sadar, oh, bajunya terlalu kecil.

"Kalau tidak, kamu tidur pakai celana dalam saja, lagipula juga tidak di satu selimut." Fenny berkata, raut wajahnya terlihat semakin malu, suaranya semakin kecil.

"Baik." Marvin jawab, dengan cepat melepaskan baju tidur yang ketat itu, lalu dengan cepat masuk ke dalam selimut.

Fenny melihat ke arah lain untuk menghindari, setelah mendengar Marvin sudah masuk ke dalam selimut, baru matikan lampu dan dia sendiri juga.

"Kakak ipar..." Martin tiba-tiba berteriak.

"Kenapa?" Fenny bertanya.

Marvin setelah berpikir pun berkata dengan suara pelan: "Menurut kamu, apakah kakak sepupu menguping di depan pintu?"

"Biarkan saja, dia yang pilih!" Menyebut Martin, Fenny pun kesal.

Mendengar seperti itu, Marvin juga sebaiknya tidak pikirkan hal itu lagi, hanya saja di ruangan yang gelap ini, dimana-mana tercium bau Fenny, ini membuat hati Marvin gelisah.

Tidak hanya terjadi kepada Marvin, Fenny pun begitu.

"Kakak ipar, besok bagaimana?" Marvin pun mencari topik.

"Tidak peduli besok, sudah kubilang hari ini biarkan kamu peluk saat tidur, sini." Fenny pun menggeser tubuhnya ke arah Marvin.

Marvin masih mengira Fenny sudah lupa dengan itu, di saat mendengar dia katakan itu, langsung dengan cepat mendekaktkan tubuhnya ke Fenny, dan memeluknya.

Yang kurang hanyalah karena ada selimut yang menghalang rasa nyata itu.

"Kakak ipar?" Marvin pun panggil lagi.

Fenny menengok, dan berkata ke Marvin: "Kalau ada yang mau dikatakan ya katakan saja, mengapa gugup begitu?"

"Apakah kamu masih mencintai kakak sepupu?" tanya Marvin.

"...." Fenny sedikit ragu, lalu dengan pelan menghela nafas dan berkata: "Cinta aku dan kakakmu, mungkin sudah hilang, atau juga mungkin tidak pernah ada."

"Sama sekali tidak pernah?" Marvin bertanya.

"Iya...Saat aku menikah dengannya , kamu juga tahu kondisi itu..." Fenny dengan sedikit sedih berkata.

"Kalau begitu apakah kamu rela bersama dengan kakak sepupu aku?" Marvin tanya lagi.

"Tidak ada rela atau tidak, kalian anak kecil selalu merasa harus bersama dengan cinta, sebenarnya seiring bertambahnya umur, pikiran seperti itu akan semakin berkurang, aku dan kakak kamu tidak memiliki cinta yang begitu kuat, tapi ada hubungan kekeluargaan." Fenny menjelaskan.

Mendengar Fenny berkata seperti itu, dia tiba-tiba sangat iri kepada kakak sepupunya, bisa menikah dengan wanita sebaik ini.

"Bicara denganmu begitu banyak juga kamu tidak mengerti, sudahlah.. tidur saja." Fenny melihat Marvin tidak bicara, dia pun tersenyum dan menutup mata saat berada di pelukan Marvin.

"Kakak ipar, aku tidak bisa tidur." Marvin mencium wangi badan Fenny, hatinya pun menjadi kacau.

Merasakan napas Marvin yang panas itu, tidak perlu pikir juga sudah tahu apa yang terjadi.

"Pikir sembarangan lagi?" Fenny tanya.

Di kegelapan, Fenny lebih berani, ditambah hal ini juga karena dipaksa Martin dan Rina, jadi dia tidak begitu grogi seperti biasanya.

Marvin dengan pelan mengangguk dan berkata: "Iya.. sudah beberapa kali, tidak bisa dilampiaskan!"

Fenny berpikir, benar-benar! Dia dan Marvin sudah kasmaran beberapa kali, selalu tanggung, ada beberapa kali setelah Marvin pergi, dia merasa ada yang kosong.

"Bagaimana kalau biar kakak ipar bantu kamu sekali?" kata Fenny.

Marvin yang mendengar itu pun, wajahnya langsung panas, dia bertanya: "Bagaimana bantu, kakak ipar?"

Fenny tidak jawab, malah pelan-pelan angkat selimut, dan tangannya ke antara kedua kaki Marvin.

Marvin hanya pakai celana dalam, dan juga sudah lama dia tahan, tangan Fenny pun masuk dengan mudah, pelan-pelan memegang, dan detak jantungnya juga menjadi cepat.

"Kakak ipar." Merasakan kelembutan Fenny, napas Marvin pun jadi tidak teratur.

"Jangan keluarkan suara.." Fenny juga sangat panik, untung saja sekarang lampunya dimatikan, jadi dia tidak terlalu malu.

Dengar begitu, Marvin langsung tutup mulutnya, tapi saat itu Fenny masih berada di pelukan dia, Marvin pun mencium dia tanpa ragu.

Berada di sebuah kasur dengan pemuda yang sehat bugar, mana mungkin Fenny tidak merasakan apa-apa? Dia sudah didiamkan Martin begitu lama, sekarang seperti kayu kering, sangat mudah dinyalakan...

Tapi hal seperti ini bukan karena Fenny wanita tidak benar, yang mudah selingkuh, tapi reaksi tubuhnya. Dalam jangka lama tidak pernah seperti itu, kalau disentuh pria, bagaimanapun dia taat, tubuh dia juga sangat sensitif. Lagipula, hati dia juga lebih sensitif daripada gadis yang belum berpengalaman.

Jadi, setelah dicium Marvin, dia pun terbawa suasana.

Pikiran dia tiba-tiba sangat kacau, dipeluk Marvin, dia merasa ada perasaan buruk, dia merasa Martin sedang mengintip.

Tapi tidak tahu kenapa, semakin dia ada perasaan itu, reaksi tubuhnya semakin kuat.

Dicium Marvin, Fenny pun bisa dengan jelas merasakan panasnya dia, perasaan itu terasa langsung di hatinya.

"Tidak peduli, lagipula sudah memutuskan untuk bantu dia sekali." Fenny pun pikirannya semakin kacau, sama sekali tidak ingin mendorong Marvin, dan tangannya pun menjadi lebih cepat.

"Hm~" Marvin bersuara sedikit, buka mulut dan tarik nafas.

Fenny langsung mencari kesempatan dan bilang: "Kamu berbaring aja.. Kalau tidak agak susah."

Setelah mendengar itu, Marvin langsung berbaring, kemudian merasakan bagian tubuhnya itu lebih nyaman, tapi sayangnya dia tidak bisa terus memeluk dan menciumnya.

Tapi, Fenny gerakannya sedikit asing, tidak senyaman yang dilakukan Anggi saat di bus.

Tapi setelah dipikir-pikir, bagian Martin Su yang itu tidak berfungsi, tentu tidak butuh Fenny untuk membantunya, sedangkan sifat Anggi yang begitu terbuka dan seksi, tentu sudah mencoba banyak hal.

Setelah beberapa lama, Marvin gelisah lagi.

Kemampuan Fenny Liu tidak begitu mahir, dan juga tidak bisa mencium dan memeluknya, dia pun tidak merasa senyaman tadi.

"Kakak ipar, aku tetap ingin peluk dan cium kamu." Marvin berkata.

Pikiran Fenny kacau karena dicium olehnya, walaupun di dalam kegelapan, tapi Fenny sedang memegang bagian vitalnya Marvin Su, seluruh badan dia terasa lemas, dari awal sudah ingin sekali ada yang memeluknya.

Dengan wajah memerah, Fenny dengan pelan berkata: "Baiklah."

Mendengar itu, Marvin langsung menimpa dia, kemudian memeluk badannya yang kecil itu, dan menciumnya.

"Marvin.." Fenny pun panik, mengira kalau dia mau lakukan lebih.

"Kakak ipar, aku tidak akan aneh-aneh, hanya saja sangat tidak nyaman, ingin seperti ini." Marvin berkata.

Fenny ragu sebentar, lalu pun setuju.

Selanjutnya, Marvin dengan senang mencium Fenny, dia menggigitnya juga, tidak lama kemudian, tangannya pun mulai meraba ke tempat lain, yaitu dua buah dada Fenny Liu.

Dia pun memegangnya, sangatlah empuk dan besar, lalu diremasnya.

"Hm.., Marvin.. jangan, jangan seperti itu.... kan sudah dibilang hanya mencium." Fenny pun susah mengendalikan diri."

Saat itu, dia sudah sedikit tidak tahan, kalau begitu terus, tidak bisa dijamin tidak akan terjadi apa-apa.

Walaupun Martin dan Rina ingin dirinya lakukan dengan Marvin, tapi jelas-jelas dia sudah menunjukkan tidak mau, dan hari ini juga hanya melakukan "Yachuang (tidur bersama)" untuk meningkatkan hubungan...

Kalau tidak tahan dan terjadi apa-apa, besok bagaimana dia bisa menghadapi suami dan mertuanya?

Fenny semakin pikir semakin kacau, di tenggorokannya seperti ada yang tersumbat, jelas-jelas dia pikir mau menghentikan Marvin, tapi tidak bisa dia katakan.

"Mar..Marvin. Tidak boleh." Beberapa kata itu seperti menguras semua tenaga Fenny.

Marvin merasakan dia sedang menahan dan malu, hormon dia pun semakin kuat, dia pun dengan berani langsung mengangkat daster Fenny, dan tangannya masuk.

"Ah!" Fenny teriak, badannya bergetar sedikit.

Marvin dengan kesempatan itu, menekan bagian paling sensitif Fenny, dengan kemampuan pria, mulai memancing Fenny.

Tiba-tiba, dia merasa aliran listrik dari jari Marvin, dan ke otaknya, dia pun sudah tidak terkendali, hasratnya begitu lama akhirnya datang, bagaimana bisa terkendali.

"TIdak..Tidak, tidak boleh, Mar.." Dia sudah kesulitan untuk mengatakan itu, kedua lengannya pun tanpa sadar melingkar di leher Marvin, dan menciumnya.

Kedua kaki dia juga menjepit dengan erat, kebetulan menjepit tangan Marvin.

"Fenny, apakah kamu ingin aku timpa, dan melakukannya sampai puas?" Marvin meniup angin panas di samping telinga Fenny, dan bertanya.

Sejak dekat dengan Siva Zhao, Marvin sudah sering tunjukkan sisi jahat dia ini, sekarang dia sudah mendominasi, tidak peduli kalau Fenny lebih tua darinya, langsung menunjukkan sisi pria yang posesif.

"Tidak, tidak mau!" Fenny menggigit dan berkata.

"Apakah iya?" Nada bicara Marvin pun semakin pelan, jarinya pun ikut jadi pelan.

Tiba-tiba, dia terasa hampa. tadinya Fenny sudah mau mencapai puncak, tapi karena Marvin memelankan, dia seperti jatuh dari tempat tinggi.

"Jangan, jangan berhenti." Dahinya sudah mulai berkeringat, suhu tubuh pun naik.

Dengan ini, Marvin jadi bisa lebih mencium bau tubuhnya.

"Jangan berhenti?" Marvin berkata di samping telinganya: "Kalau begitu kamu beri tahu aku, mau tidak ditimpa, sampai puas?"

"Aku..."

Wajah Fenny pun jadi panas karena omongan Marvin, tapi kalau tidak bilang "ingin", kenyamanan itu akan hilang lagi, dan dia akan jatuh ke lubang yang dalam lagi...

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu