Pejuang Hati - Bab 82 Penembakan
Jika ini semua hanya demi tubuh ini, tentu saja Fenny Liu akan menolaknya.
Dia sudah melewati masa-masa terindahnya, sedangkan Marvin Su pun baru saja kuliah tahun pertama, mereka berbeda lima tahun umurnya, dibilang panjang juga tidak panjang, dibilang pendek juga tidak terlalu pendek.
Dua tahun lagi mungkin Marvin Su masih tergoda olehnya, tetapi empat tahun kemudian, enam tahun kemudian bagaimana, apakah Marvin Su akan lelah melihat dia, dan pada saat dia sudah seperti itu, lalu dia melihat wanita muda yang lain, apakah dia juga akan seperti ini yang bersikeras mengejar mereka tanpa mempedulikan dirinya sendiri?
“Aku menyukai kamu, hanya menyukai kamu seorang, Fenny, jika kamu tidak mau berhubungan badan denganku…… juga tidak apa-apa, lagi pula aku bukanlah orang yang tidak bisa mengendalikan nafsuku, hehehe, beri aku kecupan juga sudah boleh.” Marvin Su terdiam sejenak dan dia menekukkan kepalanya sambil tersenyum.
Sambungnya: “Aku menyukai perasaan yang timbul saat aku bersamamu walaupun tidak melakukan apapun, hanya dengan mencium bau tubuhmu, aku sudah merasa ini adalah dunia terindah bagiku.”
“Atau, aku juga boleh tidak menyentuhmu, hanya dengan duduk di sofa denganmu…… kamu menonton televisi, dan aku juga menonton televisi, itu semua sudah bisa membuat jantung ini berdetak cepat.”
“Fenny…… aku ingin menciummu, aku ingin memelukmu, itu semua bukan karena keinginan dari tubuh ini, melainkan itu semua karena aku menyukaimu, makanya aku bisa buta akan cintamu, ingin menciummu dan ingin menyentuhmu……”
“Mungkin aku tidak pandai menjelaskannya, tetapi jika kamu bersedia, apapun yang kamu katakan aku akan dengarkan, dan aku akan menjadi anjing kecilmu.”
Mendengar kata-kata Marvin Su, Fenny Li pun merasa terharu sekali, dan ketika dia berpikir apa itu sebutan “Anjing kecil” seketika dia melihat mata Marvin Su yang melirik ke arah dapur.
Fenny Liu tahu bahwa Anggi Yang sudah selesai membereskan semuanya, dengan segera dia pun mengambil tisu dan mengusap air mata terharunya itu.
Marvin Su terdiam sejenak, dia tidak lagi menunggu jawaban dari Fenny Liu, hatinya pun terasa sedikit sedih, tetapi melihat sikap Fenny Liu yang terharu itu, dia merasa bahwa dirinya masih mempunyai kesempatan.
“Sedang mengobrol apa, kenapa begitu aku datang kalian malah terdiam?” tangan Anggi Yang membawa sebuah piring yang berisikan potongan buah mangga yang baru saja dia potong dan berkata: “Sini makan mangganya.”
“Iya.” Marvin Su tersenyum dan segera mengambil sebuah potongan mangga, setelah ragu sejenak akhirnya potongan mangga itu dia berikan duluan kepada Anggi Yang dan berkata: “Kak Anggi pasti sangat lelah setelah mencuci, kamu makan dulu aja.”
“Baik sekali.” Anggi Yang tertawa dengan ringan dan tangannya menerima mangga itu.
Marvin Su mengambil satu potong lagi dan kemudian memberikannya kepada Fenny Liu, lalu berkata: “Kakak ipar.”
Fenny Liu tidak menyalahkan Marvin Su tidak memberikan kepadanya dulu, dia tahu bahwa Marvin Su sengaja mengalihkan pembicaraan agar Anggi berhenti bertanya, Fenny Liu pun menerima mangga itu dan memakannya.
Sedangkan Marvin Su dia masih ragu-ragu terhadap sikap Fenny Liu, sampai-sampai dia tidak ada selera makan.
……
Ketiga orang itu berselonjor di atas sofa sambil menonton televisi, kemudian ponsel Marvin Su pun berbunyi, dan ternyata Siva Zhao yang meneleponnya.
Saat itu Marvin Su tidak berperasaan apapun, begitu mendengar Siva Zhao bertanya kepadanya kenapa dia masih belum pulang ke sekolah, Marvin Su pun berbohong dengan berkata: “Kakak ipar aku terluka di sini, dan kebetulan sekolah juga tidak memintaku untuk pulang, jadi aku menjaganya sebentar.”
“Jadi kamu kapan akan pulang?” Siva Zhao pun bertanya dengan cemas: “Aku melihat wajah Olga Wang terluka, kamu tidak apa-apakan?”
“Tidak apa-apa.” Marvin Su pun membalasnya dengan singkat, setelah itu dia mendengar suara tangisan kecil dari Siva Zhao, dan dia pun tersadarkan bahwa nada berbicaranya sedikit datar, lalu dia pun dengan segera bangkit dan menuju teras, lalu menutup pintu kaca itu dan dengan sabar menghiburnya.
Setelah Marvin Su meninggalkan meraka, Anggi Yang yang melihat bayangan kepergiannya pun berkata: “Kharisma anak ini tidaklah kecil, lihat saja sampai membutakan anak perempuan orang.”
Setelah berkata seperti itu, Anggi pun melihat ke arah Fenny Liu dan menunggu jawabannya.
Fenny Liu juga tidak tahu mengapa, hanya saja dia merasa bahwa di dalam kata-kata Anggi masih terdapat maksud lain, dia sepertinya bukan berkata bahwa Siva Zhao dibutakan oleh Marvin Su, melainkan dia berkata pada dirinya sendiri……
Saat dalam hatinya berpikir seperti itu, wajah Fenny Liu pun kembali memerah, tetapi dia dengan pura-pura kuat berkata: “Namanya juga anak-anak pacaran, tentu saja satu hari tidak bertemu bagaikan tiga musim semi.”
“Lalu kalau kamu satu hari tidak bertemu aku, bagaikan berapa musim semi?” tiba-tiba Anggi Yang berpindah ke sebelah Fenny Liu, memeluknya dan bertanya.
“Jangan bermain lagi.” Fenny Liu pun dibuat tertawa oleh Anggi Yang.
“Aku tidak main-main, orang lagi serius bertanya juga.” Satu tangan Anggi lalu memeluk Fenny Liu dan melihat wajah yang cantik itu.
Fenny Liu berkata: “Satu hari tidak ketemu kamu bagaikan…… hmn, hmn…… berapa lama ya? Tiga tahun!”
“Wah, dasar kamu penipu.” Setelah Anggi Yang mendengarnya, dia pun mendaratkan sebuah kecupan di pipi Fenny Liu dan berkata: “Aku gigit kamu.”
“Sudah, sudah, aku takut kamu, sudah? Fenny Liu memohon ampun.
……
Setelah Marvin Su keluar dari teras, Fenny Liu dan Anggi Yang pun sudah kembali beristirahat ke dalam kamar, karena dulunya Anggi Yang ingin tinggal mandiri, jadi rumah itu terdapat dua kamar dan dua ruang tamu, tetapi karena kedatangan Marvin Su, kali ini kamar itu dia tempati, sedangkan Fenny Liu dan Anggi Yang tidur bersama di kamar utama.
“Ingin sekali tidur bersama mereka.” Marvin Su pun bergumam ringan, dan dengan tubuh yang kelelahan dia pun tertidur lelap.
Dia sudah dua hari satu malam tidak nyaman di dalam kantor polisi, dan tubuhnya pun sudah terasa lelah sekali, ditambah lagi saat mandi tadi dia masturbasi sekali dengan memakai pakaian dalam yang dia sendiri tidak tahu siapa pemiliknya, Anggi Yang atau Fenny Liu, jadi semua itu membuatnya sangat kelelahan.
Kalau bukan karena ada dua wanita cantik saat ini, Marvin Su pun akan segera masuk ke kamar dan bisa tidur seharian.
……
Sewaktu Marvin Su terbangun, waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, Anggi Yang pun sudah membersihkan barang-barangnya dan pergi ke perusahaan.
Fenny Liu yang sudah melihat Marvin Su bangun, dia pun dengan segera memasakkan mie dengan telur mata sapi, dan sewaktu makan, Marvin Su pun menatap Fenny Liu dan bertanya: “Kakak ipar, masalah yang semalam sudah dipikirkan bagaimana?”
“Belum dipikirkan……” kata Fenny Liu.
“Aku tidak percaya.” Marvin Su menyeruput mienya kemudian melihat Fenny Liu dan berkata: “Kamu saat itu terlihat jelas sedang memikirkan…… atau jangan-jangan, kakak ipar, kamu sudah bersiap-siap untuk kabur dan menolak aku?”
“…… tidak, semalam aku mengobrol banyak dengan Anggi Yang, jadi tidak terpikirkan.” Kata Fenny liu dengan nada datar.
“Dan sekarang sudah ada waktu kan, kamu jawablah aku sekali, diam sebentar juga boleh…… jika kamu tidak bilang ‘Baik’ aku lain kali tidak akan lagi bertanya untuk yang kedua kalinya.” Kata Marvin Su dengan meletakkan sumpit dari tangannya, sambungnya: “Kakak ipar, walaupun aku sangat menyukaimu, tetapi aku juga tidak ingin selalu menganggu kehidupanmu, saat ini tidak ada orang lain, yang ada hanyalah kita berdua, dan aku hanya ingin mendengar jawabanmu.”
Mendengar Marvin Su yang berkata seperti itu, Fenny Liu pun menaikkan alis matanya.
Marvin Su sedang memaksanya untuk membuat pilihan.
Sebenarnya di dalam hatinya sangat jelas, jika Marvin Su tidak berkata seperti itu, maka Fenny Liu akan menganggap pertanyaan itu seolah tidak ada, dan sekarang dia melihat Marvin Su sedang menatapnya dalam-dalam, tentu saja Fenny Liu tidak berani untuk ragu-ragu lagi.
“Aku…… aku bersedia.” Wajah Fenny Liu memerah dan berbicara dengan suara kecil bagaikan suara nyamuk.
“Benarkah!” setelah mendengar itu Marvin Su pun melompat-lompat bahagia, sumpit yang tadinya dia letakkan pun berterbangan.
“Kakak ipar…… tidak, Fenny, lain kali aku tidak akan memanggilmu kakak ipar lagi.” Marvin Su dengan senang langsung memeluk Fenny Liu, lalu dengan mulut besar mencium mulut Fenny Liu yang kecil.
Berkali-kali dia kecup sampai berbunyi “Muacchhh, muacchhh, muaccchhh!” hati kecil Fenny Liu juga ikut melompat kesenangan, itu bukan karena malu, tetapi sama dengan Marvin Su, sama-sama bahagia.
Novel Terkait
Predestined
CarlyMy Secret Love
Fang FangAwesome Guy
RobinI'm Rich Man
HartantoIstri Yang Sombong
JessicaThis Isn't Love
YuyuPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)