Pejuang Hati - Bab 18 Wanita Escort
Marvin Su merasa sedikit ragu dan bertanya, “Kakak ipar, apa yang terjadi?”
“Rekan kerja kakak sepupumu… Dia, waktu itu dia melihat kita bermesraan di koridor,… Tapi dia tidak memberitahukannya, tapi ketika kakak sepupumu melakukan perjalanan bisnis dia mengambil keuntungan, datang… mengancamku.” Fenny Liu berkata.
Ketika Marvin Su mendengarnya, dia tidak tenang, segera berkata, “Kakak ipar, aku sekarang akan pergi.”
“Hati-hati, aku akan menunggumu di rumah.” balas Fenny Liu.
Setelah menutup teleponnya, Marvin Su dengan buru-buru memanggil taksi untuk pergi ke rumah Fenny Liu.
Marvin Su saat ini, meskipun memikirkan Fenny Liu, tapi dia tidak tergebu-gebu. Dia pergi ke sana hanya ingin melindungi Fenny Liu.
Jarak dari sekolah Marvin Su ke rumah Fenny Liu tidaklah jauh. Tidak lama setelah naik taksi, ia pun tiba.
“Tok-tok-tok.” Setelah sampai, Marvin Su mengetuk pintu.
Kemudian, Fenny Liu dengan hati-hati mengintip, dan setelah mengetahui kalau itu Marvin Su dia segera membuka pintu.
“Kakak ipar, kau tidak apa-apa?” melihat Fenny Liu, Marvin Su merasa sedih.
Saat ini, Fenny Liu terlihat kuyu, dikarenakan dia tidak bisa tidur nyenyak semalam. Ada sedikit warna kemerahan di matanya, wajahnya juga tidak terlalu enak dipandang.
“Tidak apa-apa.” Fenny Liu tersenyum singkat, lalu melanjutkan, “Masuk dulu.”
“Oh.” Marvin Su masuk sambil menutup pintu, lalu bertanya, “Kakak ipar, apa dia mendatangimu?”
“Tidak, semalam dia mengirim SMS, dan…. mengirimkan foto kau dan aku, mengancamku… untuk, untuk…” sampai sini, wajah Fenny Liu berubah memerah.
Meskipun Fenny Liu tidak menyelesaikan kalimatnya, tapi jari kaki Marvin Su juga tahu, kalau orang itu ingin tidur bersama Fenny Liu.
“Aku tidak tahu kalau kakak sepupu memiliki kolega seperti itu!” Marvin Su marah-marah, tetapi setelah selesai marah dia sadar kalau kalau dia sendiri tidak berhati-hati, lalu dengan cepat mengubah topik pembicaraan, “Kakak ipar, apa kau tahu keadaan dia sekarang?”
Marvin Su berpikir, kalau orang itu memiliki keluarga, maka masalah ini akan lebih mudah diselesaikan.
Fenny Liu dengan tertekan berkata, “Aku sudah tanya dengan kakak sepupumu, koleganya itu bernama Andi Xiao, dan asalnya bukan dari Kota Jiang.”
“Bukan orang lokal, kalau begitu apa sudah menikah?” Marvin Su kembali bertanya.
“Tidak tahu, aku tidak berani terlalu banyak bertanya, aku takut kakak sepupumu curiga.” jawab Fenny Liu frustasi.
“Ah.” Marvin Su menganggukan kepalanya sambil beripikir, lalu berkata, “Kakak ipar, tolong kau ceritakan lebih spesifik kepadaku…”
“Pada malam sebelumya, kakak sepupumu ditugaskan perusahaan untuk pergi perjalanan bisnis, dan perlu waktu setengah bulan baru bisa pulang. Ketika dia baru pergi, Andi Xiao langsung meneleponku. Dengan nada lebut bertanya padaku,…. Setengah bulan ini mungkinkah aku akan merasa kesepian.” sampai disini, wajah Fenny Liu kembali memerah.
Marvin Su tidak mengatakan apa-apa, hanya memberi isyarat kepada Fenny Liu untuk kembali melanjutkan ceritanya.
“Lalu, aku yang sadar ucapannya itu sangat kasar, aku langsung mematikan telepon, siapa yang tahu kalau dia akan mengirimkan foto…..”
Mengatakan itu, Fenny Liu mengeluarkan ponselnya dan menunjukannya kepada Marvin Su, melihat dirinya dan Fenny Liu yang sedang berpelukan di koridor, satu tangannya di pinggang, dan tangan satunya menggenggam erat tangan Fenny. Ujung hidung mereka bersentuhan, terlihat hangat dan intim!
Meskipun ini foto hasil curi-curi, tapi pikselnya cukup jelas, ditambah lagi dengan pencahayaan yang tepat. Marvin Su merasa bahwa foto ini cukup indah, kalau diberikan satu kesempatan lagi pun, dia masih akan memeluk Fenny Liu.
“Apa yang sedang kau pikirkan, dasar bajingan.” Fenny Liu mendengus.
Marvin Su bergegas mengembalikan semua kesadarannya, lalu berkata, “Tidak, tidak apa-aoa, kakak ipar, lanjutkan ceritamu.”
“Setelah mengirim foto, dia mengancamku. Kalau tidak ingin foto ini sampai ke tangan Martin Su, maka…. malam ini aku harus tidur dengannya.” Fenny Liu tidak berdaya berkata.
“Hanya dengan satu foto ini?” Marvin Su tersenyum menghina, lalu berkata, “Ide yang sangat buruk, berani-beraninya dia!”
“Tapi, aku harus bagaimana? Foto ini tidak boleh terlihat oleh kakak sepupumu!” kata Fenny Liu khawatir.
Marvin Su juga tahu, meskipun foto itu bukan foto yang sangat bagus, tapi karena dua orang itu sangat dekat satu sama lain, siapapun akan merasakan keanehan, belum lagi identitas mereka yang sangat sensitif?
“Apakah dia sudah memesan hotel?” Marvin Su bertanya.
“Seharusnya belum…. semalam dia mengancamku, bilang kalau akan memberikanku satu hari untuk berpikir.” kata Fenny Liu.
Marvin Su ragu-ragu berkata, “Kalau begitu, kita yang akan memesan kamar hotel. Nanti saatnya, aku akan bersembunyi, melihat apa dia bisa ditaklukan atau tidak!”
Sekarang kakak sepupu tidak ada di rumah, seorang wanita seperti Fenny Liu tentu saja bukan lawan Andi Xiao, meskipun hanya beberapa tahun lebih muda, tapi dia memiliki 7 saudara lelaki, sekarang tidak bisa panik!
Hatinya terus berpikir, Marvin Su menggerakan bahunya, lalu otot bisepnya terlihat, sangat gagah.
Melihat pergerakan Marvin Su, Fenny Liu merasa aman. Tetapi di luar rasa aman dari Marvin Su, dia bertanya, “Ini, apa ini akan berhasil?”
“Tidak masalah, anak itu lebih pendek dari pada aku, mungkin tiga sampai lima pukulan saja bisa menumbangkannya!” saat memikirkan ini, Marvin Su tersenyum, “Setelah aku habisi, kita akan mengambil foto, foto dia tanpa sehelai kain, hihihi….”
Memikirkan hal itu, Marvin Su tidak bisa menahan tawanya, dia masih seorang remaja. Cara seperti ini membuatnya merasa keren!
Untuk hal ini, Fenny Liu tidak berani mengatakan apapun, tidak terpikir olehnya cara yang lebih baik, dan hanya bisa setuju kepada ide Marvin Su.
Malam hari tiba, Andi Xiao kembali menelepon, dengan isyarat dari Marvin Su, Fenny Liu menekan tombol speaker.
“Kakak ipar, apa kamu sudah memutuskan, kemarin dia masih memberitahuku, selama dia tidak ada, ia menyuruhku untuk menjagamu.” kata Andi Xiao dengan sedikit mesum.
Mengenai kata-katanya, Marvin Su dan Fenny Liu tidak mempercayainya, tetapi mereka akan menderita karena berusaha meraih tangan orang lain, hanya bisa berkata, “Aku…. Aku akan mengikuti permintaanmu….”
“Benarkah?” nada bicara Andi Xiao naik beberapa desibel, berkata, “Aku akan memesan kamar!”
“Tunggu dulu….” Fenny Liu berkata dengan cemas.
“Ada apa?” Andi Xiao masih mengira kalau Fenny Liu berubah pikiran, lalu bertanya.
“Kamar….. biarkan aku yang memesan kamar hotel.” jawab Fenny Liu.
“Oh, betapa baiknya kakak ipar yang akan membayar, tidak apa-apa, aku yang akan melakukannya!” kata Andi Xiao dengan penuh semangat.
Marvin Su mendengarkan suara arogannya, ingin sekali merampas ponsel itu dan memaki-maki. Kesombongannya itu, sedikit sedikit berkata kakak ipar, ini membuat hati Marvin Su sangat tidak senang!
Marvin Su sudah memberikan Fenny Liu sebuah isyarat, agar dia bertindak sesuai rencana, sehingga bisa menghilangkan keraguan Andi Xiao.
“Aku takut kamu akan curi-curi memasang sesuatu di kamar… Andi Xiao, aku akan membuka kamar, sesudah sekali ini, setelah semuanya selesai kau akan menghapus foto itu.” Fenny berkata berpura-pura tenang.
“Oke, kalau begitu kamu yang pesan.” jawab Andi Xiao setelah ia ragu selama 2 detik.
“Kalau begitu setengah jam lagi aku akan menghubungimu.” setelah selesai, Fenny Liu menutup teleponnya.
Setelah kejadian ini, Fenny Liu mengambil ponselnya dan memesan sebuah kamar via internet, dan supaya bisa menyembunyikan Marvin Su di kamar itu, dia sengaja memesan kamar yang besar.
“Marvin Su… Apa bisa? Aku sangat khawatir!” Fenny Liu berkata dengan cemas.
“Tidak apa-apa, melihat tubuh kecil Andi Xiao itu, tidak akan sulit menekannya, tenang saja.” jawab Marvin Su.
“Kalau tidak aku akan membawakan minuman berakolhol saja, supaya dia mabuk…” tanya Fenny Liu.
Marvin Su tertawa, dan berkata, “Kakak ipar, kekuatan minum alkoholmu itu mana bisa membuat orang lain mabuk, akan sakit hatiku kalau sampai nanti malah kau malah diserangnya!”
“Aku mana mungkin begitu bodoh, aku akan membuatnya minum, tapi aku sendiri tidak akan minum.” keluh Fenny Liu.
Marvin Su berpikir sejenak, lalu setuju, kedua orang itu membeli wine merah, lalu bergegas ke hotel.
Di tengah-tengah, Andi Xiao berkali-kali melakukan panggilan. Dengan paksaan Fenny Liu, mereka bisa sampai di hotel terlebih dahulu, setelah berkeliling, mereka baru membagikan alamat hotel kepada Andi Xiao.
Setelah dua puluh menit, Andi Xiao sampai di hotel, diketuklah pintu kamarnya.
Marvin dengan cepat bersembunyi di bawah ranjang, Fenny Liu merapikan bajunya, mengatur emosinya, lalu dengan senyuman berjalan keluar.
“Kakak ipar!” Andi Xiao langsung memeluknya ketika masuk, lalu menciumnya.
Marvin Su tidak bisa melihat apa yang terjadi, dia hanya bisa mendengarnya, dia mendengar suara Andi Xiao, lalu menebak kalau Fenny Liu sedang dipeluk olehnya.
“Bajingan ini, akan aku habisi kau sebentar lagi!” di bawah ranjang, Marvin Su menggigit bibir sambil mengepalkan tangannya.
“Jangan buru-buru, kita harus mempersiapkannya terlebih dahulu dong?” Fenny Liu sambil berkata mendorong melepaskan Andi Xiao.
Melihat pesona Fenny Liu, Andi Xiao langsung berkata, “Betul, betul. Seorang lelaki tidak boleh terburu-buru, mari kita lakukan dengan perlahan.”
Melihat lawan mainnya itu bekerja sama dengan baik, hati Fenny Liu seperti menghembuskan nafas tenang, lalu dia menutup pintu sambil tersenyum dan berkata, “Bagaimana kalau kita minum anggur merah untuk meningkatkan suasana?”
“Kakak ipar membawa anggur?” tanya Andi Xiao.
Fenny Liu menunjuk botol anggur merah yang ada di meja, dengan suara rendahnya berkata, “Semua sudah aku siapkan, hanya menunggumu saja…”
Mendengar suara centil Fenny Liu, meskipun Marvin Su tahu kalau ini semua hanya akting, tapi dia tidak bisa menahan rasa cemburu kepada lelaki murahan seperti Andi Xiao itu!
Dari sudut pandang Marvin Su, dia hanya bisa melihat Fenny Liu dan Andi Xiao yang sedang berada di sofa, keduanya duduk berhadapan, dan mulai meminum anggur merah.
“Kakak ipar, kau sangat cantik.” kata Andi Xiao.
“Lelaki sepertimu bisa mengeluarkan kata-kata seperti ini kepada wanita….. Fotonya mana?” tanya Fenny Liu.
“Tenang saja, setelah lewat malam ini aku akan menghapusnya.” Andi Xiao mengeluarkan ponselnya lalu mengguncangnya di depan Fenny Liu.
Wajah Fenny Liu berubah, ingin berbicara, tapi kaki Andi Xiao sudah mencapai betis kecilnya, dan tidak berhenti bergerak.
“Andi Xiao… Minumlah sedikit lagi.” kata Fenny Liu yang tidak bisa menolak, dan hanya bisa menawarkan anggur.
“Kamu ingin membuatku mabuk?” kata Andi Xiao menyipitkan matanya sambil memprovokasi.
“Bagaimana mungkin… aku hanya ngin minum anggur untuk menaikan suasana… Kalau tidak, aku tidak bisa melepaskannya.” kata Fenny Liu sibuk menyesap anggur merah.
Melihat ada penolakan dari Fenny Liu, Andi Xiao langsung meminum habis anggur merah di gelas itu, kemudian dengan kakinya membuka rok Fenny Liu, terlihat celana dalam merah brukat, sangat seksi.
“Kalau begitu aku akan menemani kakak ipar minum dua gelas lagi, sebentar lagi aku akan berjuang dengan keras!” kata Andi Xiao sambil tertawa dan menuangkan segelas lagi anggur merah.
Novel Terkait
Menantu Hebat
Alwi GoLove Is A War Zone
Qing QingLove In Sunset
ElinaTakdir Raja Perang
Brama aditioCinta Yang Tak Biasa
WennieCinta Seorang CEO Arogan
MedellineMi Amor
TakashiPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)