Pejuang Hati - Bab 55 Terjebak
“Kamu..."
Anggi Yang tidak bisa tidak marah. Tiba-tiba, dia menyesal bahwa sekarang seperti terjebak olehnya.
Siapa yang tahu bahwa anak ini sembarangan memukulnya dan dapat menemukan kelemahannya begitu saja?
Anggi Yang tahu bahwa dia memiliki hati yang sedikit masokis yaitu merasa senang jika disakiti. Setiap kali dia bersemangat, dia selalu ingin pria untuk menepuk, mencubit dan memutar pinggul dan paha bagian dalamnya!
Selain dua tempat ini, Anggi Yang lebih tahan di tempat lain. Selain itu, dia suka gaya perempuan yang kuat, jadi ketika dia bersama Marvin Su, dia sering mengambil inisiatif untuk menggodanya.
Tapi hari ini, tiba-tiba, Marvin Su menemukan kelemahannya. Anggi Yang mau tidak mau menjadi lucu dan marah.
Tidak peduli seberapa muda atau setengah baya seorang pria, mereka semua suka menaklukkan wanita. Anggi Yang tahu ini dengan baik. Tidak peduli bagaimana hari ini, bocah nakal pasti akan ‘membuat frustasi’ dirinya di masa depan.
Anggi Yang berpikir dalam hatinya, menggigit bibirnya dengan erat, berusaha untuk tidak terlalu bersemangat.
Tapi dia bisa menahan kesabarannya. Marvin Su juga bisa merasakan perubahan tubuhnya. Setelah beberapa saat penuh kegembiraan, Marvin Su bersiap untuk melakukan penetrasi, tiba-tiba suara air di kamar mandi berhenti.
Begitu suara itu berhenti, Marvin Su dan Anggi Yang menjadi bingung, tetapi mereka tahu bahwa Fenny Liu masih harus menyeka tubuhnya dan berganti pakaian. Mereka harus memiliki sekitar satu menit untuk melakukan penetrasi ini.
Pada saat ini, Anggi Yang juga dalam kondisi tak terkalahkan. Dia tidak sabar dan berkata, "Aduh, cepatlah!"
Marvin Su lebih gugup daripada Anggi Yang. Dia mencoba membuat Fenny Liu menerimanya. Jika Fenny Liu mengetahui bahwa dia dan Anggi Yang seperti ini, melakukan hubungan intim di ruang tamu ketika dia mandi, apa yang akan dia pikirkan?
Berpikir tentang ini, Marvin Su memeluk pinggang ramping Anggi Yang dan bergegas membayangkan penetrasi yang dia inginkan.
"Ah, oh!" Penetrasi pun berhasil dilakukan dan berhasil membuat Anggi Yang menjerit puas.
Dengan kontraksi yang hebat, Marvin Su digerakkan oleh Anggi Yang yang gemetaran, dan tenggorokannya mengeluarkan suara, lalu cairan itu pun menyembur keluar.
"Penjahat kecil, kamu akan membunuhku!" Anggi Yang tidak berdaya memegang meja, merasa bahwa tenaganya sudah terkuras.
Marvin Su menggunakan tenaga untuk mengeluarkannya selama beberapa kali, dan kemudian dengan cepat menarik diri. Setelah menyeka Anggi Yang dengan tisu basah, dia dengan cepat mengangkat celananya lalu dia pergi membuka jendela untuk ventilasi udara.
Anggi Yang mengambil tisu basah untuk menutupi bagian bawah, bersenandung beberapa kali, buru-buru berlari ke kamar mandi yang lain.
Sekitar beberapa menit kemudian, Fenny Liu keluar dengan pakaian bersih dan rambutnya kering. Dia pergi ke ruang tamu, melihat ke kiri dan ke kanan, dan bertanya, "Bagaimana dengan Anggi?"
"Ke kamar mandi." Marvin Su berkata dengan gugup.
Setelah Fenny Liu bertanya, dia tidak memikirkannya lagi. Ketika Anggi Yang berteriak, dia sedang mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut, jadi dia tidak mendengar apa pun.
Ketika Anggi Yang berada di kamar mandi, Fenny Liu memberi sedikit riasan. Dia dari awal sudah cantik, jadi dia tidak perlu berdandan terlalu banyak. Walau hanya riasan tipis tapi bisa menarik hati orang lain.
Ketika Anggi Yang keluar, Fenny Liu sudah selesai. Melihat wajah Anggi Yang tidak benar, dia dengan perhatian dan berkata, "Anggi, apakah kamu baik-baik saja?"
"Tidak apa-apa." Anggi Yang tanpa sadar menyentuh pipinya dan berkata, "Mungkin agak demam."
Kemudian, ketiganya pergi ke restoran. Selama makan, Fenny Liu menatap mereka dengan tatapan berarti, hanya untuk menemukan bahwa Marvin Su dan Anggi Yang tidak melampaui batas.
"Apakah aku terlalu banyak berpikir?"
Fenny Liu berpikir, sebenarnya dia tidak tahu, saat sedang mandi, Marvin Su dan Anggi Yang melakukannya sekali lagi.
Dan juga, saat Fenny Liu membantu Marvin Su dengan tangan kecil untuk membuatnya mencapai penetrasi tadi, Marvin Su agak sedikit melemah, dan saat Marvin Su dan Anggi Yang melakukan hubungan intim itu, mereka berdua sama-sama kelelahan sehingga tidak bisa melakukan apapun dan hanya diam di depan Fenny Liu.
Setelah makan, tidak terasa sudah larut malam. Setelah Anggi Yang mengirim mereka pulang, Fenny Liu melihat waktu sudah sangat malam, jadi dia menyuruh Anggi Yang untuk bermalam di tempatnya.
Anggi Yang juga tidak menolak, bagaimanapun dia agak sedikit mabuk, dan rumahnya tidak dekat dengan Fenny Liu.
……
Keesokan harinya, Anggi Yang pergi bekerja lebih awal. Fenny Liu mengantar Marvin Su kembali ke sekolah.
Sebelum turun dari mobil, Marvin Su ingin mengucapkan sampai jumpa kepada Fenny Liu. Akibatnya, dia menepuk kepalanya dan berkata, "Mau mati ya. Kita berada di gerbang sekolahmu. Pergi belajarlah dengan setulus hati."
"Huh." Marvin Su mengerutkan kening, seperti tidak setuju.
Fenny Liu tidak ingin banyak bicara omong kosong dengannya, tetapi memberitahu kepadanya, "Tebuslah pelajaran beberapa hari ini, dan tunggu aku menjemputmu di akhir pekan nanti."
"Oh." Marvin Su masih berusaha mencium sambil mengucapkan selamat tinggal.
Melihat situasi ini, Fenny Liu harus mengancamnya: "Kalau tidak, aku mungkin akan pergi bepergian dan bersantai!"
Marvin Su tahu kalau sejak awal Fenny Liu ingin pergi jalan0jalan. Dia ragu-ragu selama beberapa detik dan kemudian berkata, "Kakak ipar, pergilah dengan santai. Ketika kamu kembali nanti, aku akan mencarimu."
"Hm?" Fenny Liu tidak tahu bagaimana Marvin Su berubah pikiran.
“Lebih baik pergi berjalan-jalan, membuang jauh-jauh semua hal-hal yang tidak bahagia akhir-akhir ini, dan setelah kita kembali, kita akan dengan senang mencium satu sama lain." Kata Marvin Su, dengan senyum buruk.
"Cepat pergi ke kelas." Setelah Fenny Liu berbicara tiga kata dan setelah itu dia tidak berbicara lagi, dia membiarkannya kembali ke sekolah.
Setelah Marvin Su pergi, Fenny ragu-ragu sejenak saat duduk di dalam mobil, dan memutuskan untuk kembali bekerja lebih awal.
Kalau berpergian sendiri, sangatlah tidak menarik dan tidak ada artinya, dan juga Martin Su masih hilang. Dia selalu merasa bahwa kalau dia pergi pada saat ini, itu sangat buruk.
Dia membuat keputusan di hatinya. Fenny Liu pulang ke rumah untuk merapikan barang-barangnya dan bersiap kembali bekerja.
Sejujurnya, setelah mengalami ini, ia selalu merasa aneh ketika ia kembali ke tempat kerjanya. Dia ragu-ragu di depan pintu kantor untuk sementara waktu, dan akhirnya memberanikan diri untuk masuk.
"Kakak Fenny, kamu datang juga." Segera setelah dia memasuki tempat kerjanya, dia bertemu rekannya Andrea.
"Iya." Fenny Liu berusaha tetap terlihat tenang.
Kemudian, Fenny Liu diam-diam melihat Andrea dan menemukan bahwa dia tidak terlihat berubah, yang membuatnya lega.
Lanjut memasuki ruang kerja, semua orang melihat Fenny Liu kembali bekerja, terlihat ekspresi yang sedikit terkejut di wajah mereka, satu per satu mulai menyapa.
"Fenny, datang untuk bekerja ya."
"Beberapa hari tidak bertemu, aku sangat merindukanmu."
Melihat bahwa semua orang sangat antusias, rasa takut Fenny Liu secara bertahap menghilang.
Setelah kembali ke tempat duduknya, Fenny Liu merasa lebih tenang. Selama waktu istirahatnya yang singkat, dia selalu berpikir yang aneh-aneh. Sekarang dia berharap bisa membuat dirinya terfokus dalam pekerjaannya saja.
Kursi Anggi Yang kosong. Tidak tahu apakah dia belum datang ke kantor atau sedang sibuk. Fenny Liu duduk di kursinya dan mengirimkan pesan kepada Anggi Yang: "Anggi, aku sudah sampai di kantor."
Setelah selesai mengirimkan pesan itu, Fenny Liu merapikan mejanya. Saat dia bersiap untuk bekerja, direktur Li tiba-tiba muncul.
Novel Terkait
My Beautiful Teacher
Haikal ChandraInnocent Kid
FellaI'm Rich Man
HartantoAdore You
ElinaThe Winner Of Your Heart
ShintaAwesome Guy
RobinLove And War
JaneUangku Ya Milikku
Raditya DikaPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)