Pejuang Hati - Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
Setelah perdebatan dengan pikiran dan nafsunya sendiri, Fenny pada akhirnya mengeluarkan kata itu.
"Mau!"
"Mau apa?" Marvin dengan jahat tertawa, tapi tetap tidak berikan yang Fenny mau.
Fenny sudah terpaksa, wajahnya merah sampai seperti akan berdarah, kedua bibir dia terpisah sedikit, dengan malunya menyelesaikan kalimat itu.
"Aku mau ditimpa kamu, dan melakukannya sampai puas... Mar,Marvin, berikan kebahagiaanku!"
Dia sama sekali tidak tahu bagaimana dirinya mengatakan itu, seluruh badannya panas, malu sampai semua pori-pori dia terbuka!
Dalam hati Marvin merasa sangat senang, kebahagiaan dia tidak kalah dengan Fenny, ini adalah kebahagiaan milik pria, pemenang!
Mendengar itu, jari Marvin bergerak semakin cepat.
"Hm, hm...Ah!" Akhirnya setelah memalukan diri dan dirangsang oleh Marvin, Fenny menggigit bibirnya dan mengeluarkan suara.
Sekalinya suaranya keluar, dia langsung menutup mulutnya, walaupun sudah seperti itu, dia masih merasa dirinya teriak dengan keras.
Akhirnya terlampiaskan, walaupun dalam proses itu bagian lain Marvin tidak masuk ke tubuh Fenny, tapi malu itu, malah lebih nyaman.
Fenny berbaring di kasur dengan nafas yang tidak teratur, dia merasa badannya basah, ada keringat, dan juga ada cairan yang keluar karena Marvin.
"Fenny." Marvin menimpa Fenny, merasakan badan dia yang hangat dan wangi, lalu mencium dahinya, hidung, mulut, dan wajah.
Ciuman hangat seperti ini, membuat Fenny merasa seperti jatuh cinta lagi.
Setelah beberapa lama, dia pun jadi ada tenaga, lalu menyalahkan Marvin: "Dasar kamu jahat, kalau lain kali seperti ini, bagaimanapun aku tidak mau tidur bersama kamu."
"Jangan begitu." Marvin terus pegang tangan Fenny, berkata: "Fenny, kamu sudah senang.. tapi aku malah masih tidak nyaman!"
Mendengar Marvin berkata seperti itu, Fenny baru sadar kalau tangannya daritadi masih memegang bagian itu Marvin, terutama di saat terbawa suasana, dia juga menggerakkan tangannya, dan.. di saat dia gemetaran, sepertinya menekan dengan keras.
Pikir sampai sini, wajah Fenny memerah lagi, dia berkata: "Apakah tadi aku membuatmu kesakitan?"
"Tidak, aku kan sangat kuat!" Marvin dengan nada jahat berkata.
Lalu Fenny pun dengan wajah yang merah, membantu Marvin.
Tadi, Marvin pun sudah terangsang, jadinya bagian itu pun menjadi sensitif, ditambah terus di pegang Fenny, dari awal sudah tidak tahan.
Jadi, kali ini di saat Fenny membantu dia, Marvin hanya merasa rambut Fenny yang basah, terkena dada dia, sangat geli.
Dia pun memegang buah dadanya Fenny, sambil hidungnya diletakkan di bagian leher Fenny, mencium wangi tubuhnya, merasakan kelembutan tubuhnya.
Terus.
Menerus.
Marvin pun mulai merasakan sesuatu, dia dengan pelan berkata: "Fenny!"
Setelah mengatakan itu, dia pun menggigit leher Fenny, terus mencium dan menghisap, kedua tangannya juga sudah bergerak ke arah lain.
Dengan cepat...
Kedua kaki Marvin mengencang, dan peluru-peluru itu keluar dari dalam tubuhnya.
Satu kali, dua kali, tiga kali, dan terus menerus, sampai semuanya terkena ke paha Fenny yang putih.
Sesuatu yang panas terkena pahanya, Fenny pun hanya merasa malu, setelah beberapa lama, baru merasakan mulut Marvin pindah dari lehernya.
"Huft!" Marvin menghela nafas, dan berkata: "Sungguh puas."
"Dasar jahat, mengenakan itu ke paha orang, bagaimana.." Fenny pura-pura marah berkata.
"Itu mana ada apa-apanya, kamu mengenakannya ke seluruh tanganku, tadi!" Marvin dengan nada jahat berkata, lalu meletakkan tangan ke depan hidungnya untuk dicium.
Walaupun ruangan itu gelap, tapi bukannya tidak bisa melihat tangannya, melihat Marvin masih berani mencium, Fenny juga dengan malu, mengambil sedikit dari pahanya, berkata: "Ini kamu cium!"
"Fenny, jangan sembarangan, aku menyerah!" Marvin melihat Fenny mengambil milik dia sendiri dan mendekatkan ke hidungnya, takut kalau tanpa sengaja masuk ke dalam mulutnya, jadi dia menyerah.
Fenny juga tidak bermaksud untuk menyuruh dia menciumnya, hanya iseng saja, sekarang melihat Marvin sudah tidak berani mengisengi dirinya, dia pun mengambil beberapa tissue dan mengelap yang ada di paha dia.
Tapi, badannya juga sangat berkeringat. ditambah reaksi bagian bawah, walaupun sudah dilap dengan tissue, juga masih sangat tidak nyaman.
Tapi suaminya dan mertua hanya ada di 2 kamar tidur sebelahnya, kalau sekarang dia pergi mandi, berarti dia sendiri mengakui ada yang terjadi antara dia dan Marvin?
"Ini semua salah kamu!" Fenny berpikir sampai sini, dia pun memukul dada Marvin, dengan manja.
"Mengapa salah aku?" Tiba-tiba dipukul, Marvin pun kaget.
"Semua salah kamu, sekarang tubuhku sangat lengket, terutama di bagian sana... dan juga tidak bisa mandi, bagaimana!" Fenny berkata.
Marvin tidak terpikir masalah ini, kalau pria setelah melampiaskan tidak usah membersihkan, tapi berbeda dengan wanita, sepertinya kalau tidak mandi sangat tidak nyaman?
"Kalau tidak, kamu ke kamar mandi, dan sekalian mencuci bagian bawah?" kata Marvin.
"Tapi dalam waktu singkat tidak bisa ada air panas, tidak mungkin aku cuci dengan air dingin kan?" Fenny dengan tidak senang berkata.
Mendengar itu, Marvin tiba-tiba tidak tahu harus bagaimana, tapi juga tidak bisa biarkan Fenny tidur dengan begitu tidak nyaman, jadi dia berkata: "Apakah ada gelas?"
"Untuk apa?" tanya Fenny.
Marvin berkata: "Aku pergi ambil air, lalu kamu ambil kain basahkan untuk lap bagian bawah, lalu untuk badan setelah keringat kering harusnya tidak apa-apa."
"Baiklah kalau begitu." Fenny juga tidak terpikirkan cara lain, lebih baik begitu saja.
Selanjutnya, Marvin keluar ambil segelas air, saat itu Martin dan Rina di 2 kamar tidur lain, harusnya belum tidur.
Dalam hati Rina, Marvin masih bisa mengerti, dia ingin cepat ada cucu. Tapi kalau Martin, Marvin tidak mengerti, kalau kejadian ini terjadi padanya, misalkan ingin anak, juga tidak mungkin biarkan istri sendiri tidur dengan orang lain!
Jangan-jangan, ini adalah pernikahan tanpa cinta?
Dalam hati Marvin merasa aneh, dan membawa segelas air hangat ke kamar.
Kembali ke kamar, dan letakkan air, Marvin ingin lanjut mencium Fenny, tapi, Fenny malah menolak: "Kalau kamu begitu terus, malam ini tidak bisa tidur, menurut ya.. jangan nakal."
"Kalau begitu apakah masih boleh peluk sambil tidur?" Marvin bertanya.
Melihat Marvin yang tidak pasrah, Fenny hanya bisa bilang: "Asalkan kamu menurut."
"Iya." Mendengar itu, Marvin baru diam.
Sekitar beberapa menit, temperatur air pun sudah lumayan, Fenny duduk di kasur, menurunkan sedikit celana dalam, lalu ambil handuk, basahkan dengan air, dan mengelap.
Agar tidak membasahkan selimut, dia pergi buka gorden.
Kamar Fenny kebetulan mengarah ke dalam komplek, dan juga lantai 3, di bawah sinar bulan, dan juga lampu jalan, sekejap membuat kamarnya jadi terang.
"Tidak boleh lihat." Fenny berkata.
"Iya,iya, aku tidak lihat." kata Marvin, tapi dia masih teus melihatnya.
Tadi di saat Fenny ganti baju, Marvin masih bisa tidak melihatnya, karena saat itu mereka masih menolak untuk diatur dengan Rina, tapi setelah kejadian tadi, sekarang Marvin tidak peduli begitu banyak, dia hanya merasa Fenny berada di samping jendela, sangat menggoda.
Terutama saat Fenny sedang membersihkan, kaki yang panjang sedikit terbuka, tangannya mengangkat daster, tangan yang membasahkan kain, pelan-pelan mengelap, gambaran itu, sungguh membuat Marvin merasakan sesuatu.
Terutama di saat Fenny mengangkat dasternya, dari sudut pandang Marvin, kebetulan bisa melihat pinggulnya, yang begitu menggoda, buat Marvin ingin sekali memeluk dan belakang, dan masukkan.
Dan juga, dia bisa melihat bagian paling menggoda Fenny, karena sinar yang tidak begitu terang, ditambah Fenny terus membersihkannya, jadi hanya bisa melihat orang, dan garis bentuknya, serta rambut.
Marvin merasa mulutnya sangat kering, dan dia pun menelan ludahnya.
"Ha?" Fenny mendengar suara itu pun menengok, melihat Marvin yang terus melihatnya.
Sekejap, Fenny pun jadi cemas, pertama kali dia ganti baju, terus memperhatikan Marvin, dan saat itu dia nurut menghadap ke tembok, tidak mengintip.
Kali ini, Fenny hanya fokus membersihkan, tidak banyak berpikir, siapa yang tahu kalau dari awal dia diperhatikan.
"Kamu mau mati ya." Wajah Fenny langsung menjadi merah karena malu.
Dia hampir saja menumpahkan air, sedangkan Marvin merasa tidak nyaman, terus memperhatikan Fenny, dan napasnya menjadi panas...
Novel Terkait
Siswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiHusband Deeply Love
NaomiWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiSang Pendosa
DoniStep by Step
LeksPejuang Hati
Marry SuPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)