Pejuang Hati - Bab 15 Aku Suka Kamu
Tekad Marvin Su yang kuat, mana mungkin perasaan Fenny Liu yang sudah terbawa dan mabuk cinta bisa mendorongnya?
Pada akhirnya,Fenny Liu hanya biasa memohon dengan wajah yang memerah: “Marvin Su, hentikan, ini di dalam mobil ... tidak bagus kalau difoto orang lain”
Marvin Su setelah mendengar omongan Fenny Liu tidak lagi sembarangan, sekarang media online sudah sangat berkembang, jika benar difoto seseorang dan menguploadnya ke media online, terus berkata bahwa sepasang kekasih sedang berciuman dengan mesra di dalam bus, maka habis lah.
Meskipun di dalam hati merasa bersalah, tapi Marvin Su masih bisa memanfaatkan kesempatan untuk bertanya: “Kalau begitu beritahu aku sesuatu.”
“Apa itu?” Fenny Liu bertanya dengan penasaran.
Marvin Su menelan ludah dan berkata: “Kakak Ipar, apakah kamu suka dengan aku?”
Begitu kata-kata ini diucapkan, Marvin Su merasa jantungnya "Deg Deg Deg" berdetak begitu cepat, dia merasa tubuhnya mulai panas, dan ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya mulai menyebar di dalam tubuhnya.
Jangan tanya lagi Marvin Liu, muka Fenny Liu memerah setelah mendengar pertanyaan dari Marvin Liu.
“Beritahu kepadaku!” kata Marvin Su, wajahnya sangat dekat dengan Fenny Liu, ujung hidungnya mereka sangat lah dekat, bahkan napas yang dihembuskan serasa saling terjalin.
Fenny Liu melihat Marvin Su bagaimana pun harus menjawab pertanyaannya, dia hanya bisa mengatakan yang sebenarnya: “Su…suka!”
Satu kata itu, membuat Fenny Liu merasa sangat malu, dan bahkan senang dengan perasaan malu …
Hal-hal yang tersembunyi pada dasarnya memang begitu mudah membuat muka orang menjadi merah dan jantung berdetak kencang, juga mudah membuat orang terpesona, terutama orang dewasa yang terbiasa dengan perilaku baik dan taat peraturan, mereka lebih menyukai rangsangan dan rasa malu yang tak perlu diucapkan.
“Kalau begitu kamu lebih suka denganku atau Kakak sepupu ku?” tak puas akan jawaban dari Fenny Liu dia pun lanjut bertanya.
Kali ini, detak jantung Fenny Liu berdetak lebih kencang, dan sepasang mata yang indah seakan ingin meneteskan air mata, dan pipinya sakin malunya seakan meneteskan darah.
“Cepat jawab!” Marvin Su berkata.
“Bagaimana aku bisa menjawabnya!” Fenny Liu berkata dengan suara berbisik, ditanya begitu oleh adik dari suami sendiri, serasa dirinya benar-benar dilucuti.
“Kamu katakan saja sejujurnya” Marvin Su menelan ludah lagi, sambil menahan kegembiraan di hatinya.
Fenny Liu dipaksa sampai tidak tahu harus bagaimana lagi, dia sambil menggertakan giginya , dan mengambil keputusan : “Aku, aku lebih menyukaimu!”
“He…he…he…”Marvin Su baru merasa senang sekarang, “Cup” dia langsung mencium bibir Fenny Liu dengan sekuat tenaga.
Ciuman mereka dari awalnya telah menarik perhatian banyak mata, ditambah “Cup” suara ciuman kali ini tiba tiba membuat lebih banyak orang memperhatikanya. Fenny Liu sangat marah, dengan segera menundukkan kepalanya, dan rambut panjangnya mengantung ke bawah untuk menutupi mukanya yang memerah.
Hati Marvin Su saat ini sangatlah gembira, ingin rasanya berteriak untuk mengekspresikan kebahagiaannya!
Dia merentangkan tangannya di pinggang kecil Fenny Liu, dan kemudian menyandarkan kepalanya Fenny Liu di pundaknya, seperti sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta.
Akhirnya sampai juga di komplek rumah, tapi Fenny Liu mersa sedikit menyesal setelah kembali.
Sepanjang jalan, Marvin Su sangat berani. Jika setelah sampai di rumah masih tidak bisa menjaga tubuhnya sendiri, maka itu sudah termasuk urusan yang lain!
Di pagi hari, ketidakpedulian suaminya membuatnya sangat tidak nyaman. Setelah semua jenis perasaan keluhan meledak, baru kemudian memiliki keintiman dengan Marvin Su.
Tapi situasi kali ini berbeda sekarang. Meskipun dia tidak bisa menahan perasaan kepada Marvin Su, namun saat dilanggat oleh orang asing di bus, selain rasa malu dipikiranku, lebih banyak rasa bersalah aku kepada suami ku sendiri.
“Bahkan jika ingin berhubungan dengan Marvin Su, maka harus bercerai dulu bersama Martin Su, aku tidak boleh menjadi wanita yang tidak tahu mau!” kata Fenny Liu di dalam hati.
“Fenny, kenapa berhenti?” Marvin Su tiba-tiba bertanya.
Sekarang, Marvin Su sudah hampir memiliki Fenny Liu seutuhnya, selama tidak ada orang luar, Marvin Su akan memanggil namanya.
Fenny Liu ingin menolak Marvin Su, tetapi takut dia berbuat macam-macam lagi, jadi dia hanya biasa menghela napas sedikit dan berkata: “Tidak apa-apa, ayo pulang.”
Meskipun dapat dilihat bahwa Fenny Liu ada sedikit kejangalan, tapi Marvin Su tidak berpikir terlalu banyak, mungkin seperti apa yang dia sendiri katakan kepada teman kamarnya, bahwa wanita tidak memiliki keberanian untuk pertama kalinya. Tunggu setelah dia merasakan bahagia, mungkin kedepannya dia akan lebih aktif darinya.
Tiba-tiba di dalam benak Marvin Su, teringat ingatan di mana Fenny Liu menunggangi di atas badan kakak sepupunya, jadi dia pun merasakan tidak puas!
Dia menarik tangan Fenny Liu dan menaiki tangga, setelah itu menyuruh Fenny Liu untuk membuka pintu.
“Tong… tong… tong…”
Fenny Liu baru saja memasukkan kunci ke lubang kunci, dan seorang pria berjas memegang mawar muncul dari tangga.
Lelaki itu terlihat sangat asing, sepertinya bukan penghuni di Gedung ini.
Pria bersetelan jas itu datang menghampiri Fenny Liu dan bertanya: “Maaf, apakah kamu tinggal di kamar 402?”
Fenny Liu mengangguk dan bertanya: "Maaf, Anda ini siapa?"
“Aku rekan kerjanya kak Martin Su. Ini bunga mawar yang dia beli tadi pagi, dia sedang berada di kantor dan ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan, maka dari itu dia mengutus aku memberikan bunga mawar ini untuk kamu. Hehe.. Oh iya Kakak ipar selamat ulang tahun pernikahan.” Pria berjas itu berkata sambil tersenyum.
Empat tahun menikah? Fenny Liu terdiam dan sedikit terkejut, tiba-tiba teringat bahwa hari ini ternyata adalah ulang tahun pernikahannya.
Dikarenakan pelecehan direktur Li kemarin, ditambah Marvin Su yang selalu menunjukkan cintanya, dia sudah tidak bisa mengingat hal seperti ini lagi, tiba-tiba ia baru teringat sekarang, seketika ingin menangis karena terharu.
Marvin Su terkejut dan cepat-cepat melepaskan tangan Fenny Liu, dia baru sadar kalau pria berjas itu adalah rekan kerja kakak sepupunya.
Pria bersetelan itu melihat Ekspresi Marvin Su yang panik, dia tanpa sadar bertanya: “Anda ini siapa?”
“Dia adalah adik nya Martin, Namanya Marvin Su.” Fenny Liu langsung menjelaskannya.
“Oh… pantas saja mukanya mirip dengan kak Martin Su, Hehe… He…!” pria berjas itu bersenyum, kelihatannya orangnya suka ngobrol.
“Ayo masuk untuk minum teh.” Fenny Liu membuka pintu dan mengundangnya masuk.
“Tidak usah, aku sudah mau kembali ke kantor untuk membantu Kak Martin Su, kamu tidak tahu, rancangan program dari tim kami dicuri oleh pesaing. Saat ini adalah waktu-waktu untuk sibuk… Sudah dulu yah, Kak ipar, aku pergi dulu.” Pria bersetelan jas itu mengucapkan salam kepada Fenny Liu.
Setelah mendengar kondisinya, Fenny Liu berhenti menundang dia untuk masuk, dan dengan suara yang pelan berkata: “Kamu hati-hati di jalan, kalau sudah ketemu dengan Martin Su, tolong ingatkan kepadanya agar jangan sampai terlalu lelah!”
“Siap, Kakak ipar.” Kata pria berjas itu sambil tersenyum, kemudian melangkah di tangga dan turun ke bawah.
Melihat bunga mawar yang ada di tangannya, Fenny Liu di dalam hatinya merasa bersalah. Semenit yang lalu dia masih berpelukan mesra bersama Marvin Su, dan hari ini hampir diserang oleh dua pria ...
“Kakak ipar?” Marvin mengerutkan kening dan dengan lembut menepuk lengan Fenny Liu.
Fenny Liu terdiam.
Marvin Su mulai sedikit panik, berkata: “Sebenarnya pria tadi dari awal sudah sampai.”
“Apa?” Fenny Liu terkejut.
Marvin Su berkata: “Kakak Ipar, ketika aku memeluk kamu di lantai bawah tadi, pria itu sudah berada di dalam komplek, karena tangannya membawa bunga mawar tadi, aku hanya melihatnya sebentar saja.
Seketika, Fenny Liu merasa seluruh badannya kedinginan, dia dengan gemetaran bertanya: “Artinya, hal yang kita lakukan… dia sudah melihatnya?”
“Bagaimana ini…” Fenny Liu berkata dengan kebingungan.
Marvin Su menelan ludah dan dengan tidak berdaya berkata: “Sekarang hanya bisa dijalani saja!”
Karena pada saat ini, mereka berdua saling terdiam.
Fenny Liu yang sudah tenang, hanya merasa di bawahnya sangat tidak nyaman, karena digoda terus menerus oleh Marvin Su sama pria asing tadi, serasa ada sesuatu yang memadat di celana dalamnya, agak sedikit mengeras membuatnya merasa tidak nyaman.
Melihat Marvin Su lagi, sepertinya untuk sementara waktu ini dia tidak akan berbuat aneh-aneh, jadi aku bangkit dan berkata: “Aku pergi mandi dulu.”
“Ahhh…?” mata Marvin Su langsung kembali segar, dia mengira Fenny Liu sedang mengisyaratkan sesuatu padanya.
“Pffftt!” Fenny Liu memandang Marvin Su, tidak bisa menahan senyumnya dan berkata: “Laki-laki memang tidak ada yang benar. Pada saat ini pikirnya masih saja kotor… aku hanya pergi mandi, jangan sembarangan berpikir!”
Untung saja Fenny mengatakan "Jangan sembarangan”, kalau tidak, Marvin Su akan berpikir yang aneh-aneh!
“Uhh Uhh.” Marvin Su mengangguk-anggukan kepalanya, dan tidak lagi berpikir terlalu banyak.
Fenny Liu menghela napas lega, setelah mengambil pakaian baru, dia langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi.
Marvin Su sedang duduk di sofa, mendengarkan suara "Csss Csss" suara air di kamar mandi, dan jantungnya berdetak sangat kencang.
Meskipun hari ini Kakak sepupu sudah sedikit mengetahui rahasia kami, akan tetapi pada saat ini tidak lagi bisa menahan godaan…
Sekitar setengah jam kemudian, Fenny Liu keluar dari kamar mandi, tetapi dia sudah mengganti pakaian yang bersih dan juga sudah mengeringkan rambutnya. Melihat Marvin Su berjalan mendekatinya, Fenny Liu dengan segera berkata: “Berhenti, kalau kamu masih berani macam-macam lagi, aku akan benar-benar marah!”
“……” Marvin Su tertegun, Fenny Liu yang sekarang tampaknya menjadi kuat lagi.
Sebenarnya dia masih tidak memahaminya, begitulah sifat wujud manusia. Jika dia tak tahu malu, dan Fenny Liu sangat sulit untuk menahannya! Sebaliknya, jika Fenny Liu mengeluarkan ekspresi marahnya, maka Marvin Su juga akan takut.
Ketika sedang mandi tadi, Fenny Liu tidak berhenti berpikir apa yang ia lakukan beberapa hari ini.
Pada akhirnya, dia memutuskan untuk tidak tenggelam lebih jauh lagi. Perasaan yang tidak wajar ini seharusnya dimusnahkan ketikan masih berada dalam buaian!
“Kakak ipar” panggil Marvin Su.
Fenny Liu melihat Marvin Su dan akhirnya tidak tahan untuk mengatakan: “Marvin Su, Kakak ipar ingin memberitahu suara hatiku, apakah kamu mau mendengarkannya?”
“Iya.” Marvin Su menjawab dengan serius sambil menganggukan kepalanya.
“Dalam dua tahun ini, pernikahaanku dengan kakak sepupumu agak sedikit kaku … Fenny Liu sambil menghela napas dan berkata: “Bagaimanapun juga kami adalah suami istri, dan kamu adalah adik sepupunya. Pernahkah kamu berpikir, kalau misalnya kita berdua benar-benar ada hubungan, ke depannya kamu harus bagaimana menghadapi kakak sepupumu?
Marvin Su membuka mulutnya dan tidak berkata apa-apa, dia benar-benar tidak banyak berpikir.
Hanya mendengarkan Fenny Liu melanjutkan pembicaraanya: “Kamu sedang di masa-masanya anak muda, kakak ipar bisa mengerti kecerobohanmu. Tetapi kembali lagi, aku harus memberikan pengarahan yang benar kepada kamu.
“Tapi…” Marvin Su dengan ekspresi yang ingin berkata tapi tidak bisa berkata apa-apa.
Marvin Su masih ingin membantah, kemudian Fenny Liu berkata: “ Tidak ada tapi-tapian, untuk beberapa hari ini kamu tidak usah datang lagi.”
“Boom!” Marvin Su merasakan jantungnya yang sedang gemetar, dan di dalam kepalanyia serasa kosong tidak ada apa-apa.
“Kakak ipar, kamu, kamu sedang mengusir aku?” Marvin Su berkata dengan suara yang kedengarannya sedikit gemetar.
“Aku, aku hanya berharap kamu bisa tenangkan diri kamu untuk beberapa waktu ini… tunggu masalah ini sudah lewat, aku, aku baru meminta Kakak sepupumu untuk menjemput kamu.” Fenny Liu juga merasa sedikit gelisah, dia juga tidak berani menatap matanya Marvin Su.
Setelah mendengarnya, Marvin Su seketika berdiri dan berjalan menuju arah Fenny Liu…
Novel Terkait
Mr Huo’s Sweetpie
EllyaCintaku Pada Presdir
NingsiBaby, You are so cute
Callie WangTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelMarriage Journey
Hyon SongPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)