Pejuang Hati - Bab 37 Posisi?
Segera, bus datang, Fenny Liu dan Marvin Su naik bus satu demi satu, dan kemudian Martin Su pulang ke desa sendirian.
Di jalan, Marvin Su memandang Fenny Liu yang bermata merah dan berkata dengan sedih, "Kakak ipar, tidak apa-apa. Setelah kembali ke kota, tidak ada yang bisa menyakitimu lagi."
Fenny Liu mendengarkan Marvin Su dan menunjukkan pandangan melankolis ke luar jendela, lalu mendesah sedikit dan berkata: "Aku sudah memikirkannya."
“Sudah memikirkannya?” Marvin Su bertanya.
Fenny Liu menoleh dan menatap mata Marvin Su, berkata satu per satu: "Aku sudah memutuskan untuk menceraikan kakak sepupumu!"
Setelah mendengar ini, Marvin Su mengerutkan kening, dan tidak mengatakan apa-apa lagi!
Karena Martin Su bukan anak kandung dari paman keduanya, dan oleh itu, dia tidak memiliki hubungan darah dengan Marvin Su. Bahkan jika saudara-saudara masih memiliki hubungan keluarga, tetapi lihatlah sepupu yang tidak berguna ini, Marvin Su tidak ingin Fenny Liu mengikutinya seumur hidup.
Dia adalah orang yang mengikuti kebenaran, sekalipun itu keluarganya juga pasti ditentangnya kalau mereka berbuat kesaahan, Marvin Su bukan orang yang sembarangan.
"Lalu ..." Marvin Su sedikit ragu-ragu dan berkata, "Kalau begitu apakah kamu masih mengakui aku sebagai adikmu?"
"Masih." Fenny Liu dengan lembut meraih tangan besar Marvin Su dan berkata dengan lembut, "Tanpa kamu, aku tidak tahu berapa kali akan terkena masalah. Marvin Su ... Bahkan jika kakak ipar dengan kakak sepupumu dan bibi keduamu ituputus hubungan, aku akan tetap ingat bahwa kamu adalah adik lelaki terbaikku. "
Kata-kata ini membuat Marvin Su merasa sangat nyaman dan hangat. Dia memegang tangan kecil Fenny Liu dengan erat dan dengan tegas berkata, "Aku juga."
Adapun tentang identitas sebenarnya dari Martin Su, Marvin Su tidak memberi tahu Fenny Liu, tetapi hanya mengatakan kepadanya untuk berhati-hati dengan Rina Chen, dan Marvin Su tidak berbicara terlalu banyak tentang perceraian. Lagi pula, Fenny Liu sudah membuat keputusan. Dia juga tidak ada pendapat tentang pernikahan orang lain, cocok atau tidak, hanya Fenny Liu dan Martin Su yang tahu sendiri.
Mobil itu berjalan sepanjang jalan dan sedikit goyang, setelah sampai jalan tol, Fenny Liu tertidur di bahu Marvin Su. Dia benar-benar lelah, Setelah seharian melewati hal sulit, dia kelelahan!
Marvin Su tidak mengantuk, tetapi hanya merasa bahwa Fenny Liu bersandar di pundaknya, dia dapat merasakan aroma wangi di pundaknya, dan membuat hatinya tergelitik.
Terutama ketika aromanya melonjak ke hidung Marvin Su, dia mengendusnya dengan ringan, ia dapat merasakan bahwa itu sangat manis dan harum. Suasana seperti ini yang memikat hati pria, tidak dimiliki oleh wanita lain.
Menahan hatinya yang berdenyut, Marvin Su sedikit meredahkan pikirannya.
Cuaca saat ini tidak panas, tetapi pakaian Fenny Liu hari ini sangatlah simpel, mengenakan rok bordir berwarna terang, bajunya yang berbentuk v itu menampakkan lehernya yang putih, pastinya masih tertutup, tetapi tulang selangka yang menawan, Sebuah liontin halus di tulang selangka, kalau digabungkan menjadi satu, sangatlah cantik, dan membuat orang terpesona.
Saat ia berpikir secara sembarangan, Fenny Liu memimpikan "Marvin Su", dan kemudian mencondongkan tubuh lebih dekat ke Marvin Su, dan kemudian memeluk lengan Marvin Su tanpa sadar dengan kedua tangannya, dan nampak sedikit kebahagiaan di wajahnya.
Marvin Su menatap wajah Fenny Liu pada saat ini, sedikit tergila-gila dan berkata dengan lembut, "Aku di sini."
Tetapi Fenny Liu tidak membalas Marvin Su, dia terus tertidur.
Untuk waktu yang lama, mobil akhirnya tiba di stasiun bus di daerah perkotaan. Marvin Su membangunkan Fenny Liu sebelumnya, dan kemudian mereka berdua turun.
"Kakak ipar, hari sudah gelap. Ayo cari tempat makan dulu, lalu pulang. Tidak ada banyak barang bawaan!" Kata Marvin Su, dan perutnya yang lapar menjerit.
Setelah seharian bergolak, Fenny Liu juga sedikit lapar, jadi dia bertanya, "Apa yang ingin kamu makan, kakak iparmu akan membawamu."
“Bebas, yang penting ditemani oleh kakak ipar, semua yang aku makan itu akan enak,” Marvin Su tersenyum membawa sedikit nakal dan menjawab.
"Dasar bocah ..." Fenny Liu mengetuk kepala Marvin Su dan berpura-pura marah, dan kemudian mengedipkan mata besar yang basah dan berkata, "Beberapa hari ini, hati kakak ipar itu sedang bersedih, jangan bercanda sembarangan. "
"Oh," Marvin Su hanya bisa mengangguk kepala setelah mendengarkan itu.
Namun, Marvin Su tidak berkecil hati, karena ia tahu apa yang terjadi pada Fenny Liu selama ini, dan jika sekarang ia nakal, malah akan mengurangi statusnya di hati Fenny Liu.
Setelah tersenyum lagi, Marvin Su berkata: "Ayo makan masakan ala Hong Kong di pasar malam. Aku sudah lama tidak ke sana. Aku sedikit merindukannya, hehe!"
“Baik!” Kata Fenny Liu.
Segera, keduanya kembali ke suasana ceria yang normal, setelah makan malam, Marvin Su menemani Fenny Liu pulang.
Fenny Liu tidak bermaksud membiarkan Marvin Su tidur dengannya, dia mengambil selimut yang sering dipakai oleh Marvin Su di kamar lain dan mandi air panas sesudahnya, lalu dia kembali ke kamar tidur.
Pada saat ini, Marvin Su tidak tahu bagaimana membujuk Fenny Liu. Kesedihan sebenarnya seperti lubang lumpur yang hanya bisa menampung satu orang. Yang lain tidak bisa masuk untuk menemaninya, mereka juga tidak bisa menariknya keluar.
Kata "perasaan empati" itu ternyata hanyalah sebuah omong kosong, kalau tidak bagaimana mungkin ada kalimat lain, jarum tidak menempel pada diri sendiri, tidak tahu sakitnya seperti apa?
Berbaring dengan perasaan tertekan di tempat tidur, Marvin Su selalu merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu, tetapi merasa bahwa dia tidak bisa melakukan apa-apa. Pada akhirnya, dia hanya menghela nafas, "Tampaknya semakin tua aku tumbuh, semakin banyak masalah yang aku miliki!"
...
Ketika Marvin Su bangun keesokan harinya, Fenny Liu sudah menyiapkan sarapan.
“Kakak ipar, Pagi!” Marvin Su berteriak sambil tersenyum, berharap senyumnya dapat menular kepada Fenny Liu.
“Kemarilah untuk makan.” Fenny Liu tersenyum ringan.
Di meja makan, Fenny Liu memandang Marvin Su selama beberapa detik dan bertanya, "Marvin Su, apa yang terjadi di desa, dapatkah kamu memberi tahu aku dari awal hingga akhir?"
"Itu ..." Marvin Su baru saja mengambil sumpit dan mendengarkan pertanyaan Fenny Liu, tangannya membeku.
"Aku memikirkannya tadi malam. Setelah kakak sepupumu pulang, kita akan pergi ke Biro Urusan Sipil untuk mendapatkan mengurus perceraian ... Sebelum itu, aku ingin semua penjelasannya, aku tidak ingin bingung terus!" Kata Fenny Liu.
Mendengar bahwa Fenny Liu ingin menceraikan sepupunya, Marvin Su bahkan tidak tahu harus berkata apa.
“Apa kamu tidak mau memberitahuku?” Kata Fenny Liu.
Marvin Su mengerutkan kening dan berkata, "Bukannya aku tidak ingin memberitahumu ... tapi, kamu harus berpikir baik-baik, apakah kamu benar-benar ingin bercerai?"
“Ya.” Fenny Liu mengangguk dan berkata, “Aku tidak ingin mengadopsi anak, aku juga tidak ingin punya bayi dengan lelaki selain suami aku. Tentu saja, perceraian itu bukan karena anak itu, tetapi karena apa yang dilakukan oleh kakak sepupumu, sangat menyakitkan hatiku. "
"Kakak sepupu, dia juga dipaksa oleh bibi kedua!" Kata Marvin Su.
Setelah mendengarkannya, Fenny Liu mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Meskipun ada alasan untuk bibi keduamu, tetapi posisi kakak sepupu kamu ... dia tidak mendukung aku, dan kamu tahu? Aku seorang wanita, bukan objek. , Bukan alat! "
Setelah mengatakan itu, emosi Fenny Liu sedikit semangat. Tampaknya dia banyak berpikir semalam, karena akumulasi penindasan jangka panjang, dia ingin keluarkan semuanya sekaligus dan merasa lega!
Novel Terkait
Hanya Kamu Hidupku
RenataMy Charming Wife
Diana AndrikaThe Sixth Sense
AlexanderMy Cold Wedding
MevitaIstri Yang Sombong
JessicaCantik Terlihat Jelek
SherinPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)