Pejuang Hati - Bab 22 Rina Chen
Mendengar suara suara Marvin Su, raut wajah cantik Siva Zhao langsung memerah.
“Aku tindak ingin berbicara dengan kamu lagi, dasar nakal”. Siva Zhao mengendus dan menutup teleponnya.
Berjalan keluar ke balkon, Marvin Su menatap Fenny Liu sepanjang waktu, sambil menyentuh hidungnya, berkata: “Kakak ipar, aku sudah harus kembali ke sekolah”.
Fenny Liu merasa kecewa, dan berkata: “Biar kakak ipar mengantar kamu ya”.
Mereka berdua turun ke lantai dasar, kemudian merasa enggan untuk mengucapkan selamat tinggal, walaupun dalam hati Marvin Su sebenarnya ada perasaan sedikit tidak rela, dia pun tidak melakukan hal yang berlebihan.
Marvin Su berkata: “Kakak ipar, aku pergi ya, jika Andy Xiao masih mencari kamu, sesegera mungkin kabari aku”.
Fenny Liu menggelengkan kepalanya, dan berkata: “Kamu hati-hati di jalan”.
“Aku tahu itu”. Marvin Su dengan gembiranya, berbalik badan dan pergi.
Ketika dia berjalan sampai pintu keluar, tiba-tiba Marvin Su menyadari Rina Chen, sambil tersenyum, dan berkata: “Hai bibi, kamu sudah datang!”.
“Marvin Su?”, di saat Rina Chen menyadari keberadaan Marvin Su, langsung bertanya: "Mengapa kamu ada di sini?”.
Marvin Su menjawab: “Oh! Kakak sepupuku sedang keluar kota, menyuruh aku untuk menemani kakak ipar, selama dua hari ini, padahal aku masih tidak ingin kembali ke sekolah.
Rina Chen adalah ibu dari Martin Su, ibu mertua dari Fenny Liu, tahun ini sudah berusia 53 tahun, orangnya berkulit putih bersih dan berbadan bongsor, dengan bokong yang seksi dan bergoyang-goyang saat berjalan, siapapun akan tertarik dengannya.
“Kakak Sepupu sedang keluar kota?", Rina Chen menaikkan alisnya, dan menatapnya beberapa kali, bertanya: “Marvin Su, aku bertanya kepadamu…… obat yang diam-diam aku kirimkan kepada kamu, apakah kakak ipar meminumnya?”.
Setiap bulannya Rina Chen menyuruh seseorang untuk mengirimkan obatnya, dan Marvin Su mengetahui itu.
Martin Su tidak dapat melakukan hal tersebut, dikarenakan masalah pekerjaannya yang membuatnya tidak dapat pergi ke rumah sakit, dan tidak ingin membiarkan Rina Chen dan orang lain mengetahui masalah ini, sebagai ibu Martin Su, dia selalu tidak ada kesempatan untuk menggendong cucunya sendiri, dan tentunya dia tidak akan menyalahkan anaknya atas kesalahannya, dan mendesak Fenny Liu untuk mencoba suatu hal yang aneh-aneh.
Karena ini, Fenny Liu dan Martin Su bertengkar beberapa kali……
“Ada, obat untuk kakak ipar hari ini aku yang masakkan, mencium bau obatnya yang sangat pahit, kakak ipar menutup hidungnya dan meminumnya!”, Marvin Su mengatakannya dengan serius.
Dia tahu dengan jelas, di saat awal Rina Chen mengirimkan obatnya, Fenny Liu masih memiliki harapan untuk beberapa waktu, setelah tidak menghasilkan apapun, di saat Rina Chen mengirimkan obatnya, Fenny liu diam-diam membuang obatnya.
“Meminum semua oabtnya?”, Rina Chen merasa curiga dan melihat ke arah Marvin Su, dan menjawabnya: “Aku telah menyodorkan obat kepadanya, dia meminumnya dan tetap tidak ada hasilnya…… apakah mungkin perutnya bermasalah?”.
Setelah mendengarkan ucapan Rina Chen yang membicarakan Fenny Liu, saat itu juga Marvin Su merasa tidak nyaman, setelah bersenandung di dalam hati, dan berkata: “Bibi, kuberitahu kamu satu hal…… saya mendengarnya secara tidak langsung bulan lalu!”.
“Mendengarkan apa?”, Rina Chen adalah wanita tukang gosip, setelah mendengar perkataan Marvin Su, ia langsung merasa tertarik.
Marvin Su berpura-pura berekspresi misterius dan berkata: “Mungkin kualitas kakak sepupuku harusnya…… sepertinya tidak akan berhasil”.
Setelah selesai berbicara, dia sambil menunggu ekspresi marah Rina Chen, dan malah berbicara: "Kamu tidak tahu seberapa buruknya pekerjaan kakak sepupu, dia kerja lembur malam sampai pagi baru kembali pulang, di hari ke dua setelah sarapan dia pergi bekerja lagi…… meskipun sudah mendapatkan hasil uang, tetapi tubuhnya tidak mendukung, bukankah begitu, bibi?”.
Setelah Rina Chen mendengar Marvin Su membahas anaknya yang tampaknya tidak berhasil, awalnya dia ingin memarahi Marvin Su, akan tetapi setelah mendengar kata-kata akhir dari Marvin Su, dia menyadari sebenarnya tidak seburuk apa yang ia bayangkan, dan ia pun mulai merasa tenang.
Rina Chen memukul pantat panci itu dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi: “Marvin Su, ucapan ini kamu dengar dari siapa?”.
“Kakak sepupu sendiri yang bicara seperti itu, apakah kamu tidak tahu, dia belum berusia 30 tahun, dan kepalanya sudah mulai botak……”.
Sambil berbicara, dan melihat pandangan Rina Chen ada yang tidak beres, Marvin Su buru-buru menutup mulutnya, kemudian tertawa dan berkata: “Baiklah bibi, aku pulang ke sekolah dulu ya.”.
“Ya……” Rina Chen dengan sangat tidak nyaman melihat Marvin Su, setelah menunggu beberapa langkah, dari arah belakang Marvin Su dan memarahinya: “Anak nakal, dasar tidak bisa berbicara!”.
Awalnya suasana hati Rina Chen memang sudah tidak nyaman, setelah bertemu dengan Marvin Su, raut wajahnya berubah menjadi lebih menyeramkan.
“Teng! Teng! Teng!”
Setelah Fenny Liu mengantar Marvin Su, ia langsung beres-beres pulang ke rumah, saat merapikan bantal sofa, mendengar ada seseorang mengetok pintu, dan berkata: “Aku sudah datang!”.
Dia berpikir dalam hatI, mungkin saja barang Marvin Su ada yang tertinggal……
Ketika dia berjalan ke pintu, tanpa sadar dia melirik matanya layaknya mata kucing, kemudian alisnya bergerak-gerak, bahkan lingkar payudaranya membesar.
Menyesuaikan napasnya, Fenny Liu membuka pintu, dan bekata: “Ibu, mengapa kamu di sini?”.
“Aku akan tinggal bersamamu selama beberapa hari ini”. Setelah Rina Chen memasuki ruangan, dia pertama-tama menatap Fenny Liu, dan kemudian bertanya: “Martin Su di mana?”.
Fenny Liu berkata: “Martin Su keluar kota, beberapa hari lagi baru dia kembali”.
Sambal berbicara, Fenny Liu dengan cepat mengulurkan tangannya untuk mengambil barang bawaan Rina Chen, dan menyadari bahwa tidak ramuan obat di dalamnya, dan merasa lega.
Ini adalah obat yang beracun, setiap kali Rina Chen mengirim sesuatu yang mengerikan, dia sangat menolaknya, tetapi demi keharmonisan keluarga, dia tidak mengatakan apa-apa!
Rina Chen berkata: “Fenny, ketika aku datang ke sini, aku bertemu dengan adik sepupu suamimu, Marvin Su”.
Fenny Liu mendengarnya menyebut nama Marvin Su, dalam hati merasa gugup, dan masih terlihat seperti biasa: “Oh, di saat liburan, dia sesekali kembali ke rumah untuk bermain”.
Rina Chen menggelengkan kepala dan berucap: “Oh”. Tetapi matanya tetap memandangi Fenny Liu sambil mengelilingi dirinya, seperti tatapan yang ingin menangkap mangsanya.
Fenny Liu berkata: “Bu, apakah kamu sudah makan saat datang kesini? Aku akan memasakan sesuatu untuk kamu makan!”.
Rina Chen menjawab: “Sudah makan”.
Usai berbicara, Rina Chen mengabaikan Fenny Liu dan mengeluarkan ponselnya menghubungi nomor telepon Martin Su.
Setelah telepon di terima, Martin Su berkata: “Ibu?”.
Rina Chen mendengar suara anaknya, raut wajahnya mulai tersenyum, dengan sangat cepat raut wajahnya kembali lagi, dan berkata: “Martin, sejak kapan kamu keluar kota?”.
Martin Su dengan binggungnya menjawab: “Sudah dua hari yang lalu……ada apa, ibu?”.
Rina Chen melirik Fenny Liu , tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Fenny Liu tahu tempramennya Rina Chen, sangatlah galak, jadi ia langsung kembali ke kamar tidurnya.
Melihat Fenny Liu pergi, Rina Chen pergi ke balkon, dan menutup pintu, baru mulai berbicara: “Dasar anak ini, ibu membesarkan kamu dan menginginkan kamu cepat-cepat memiliki anak, kenapa kamu malah bekerja lembur dan keluar kota…… dan malah membiarkan menantu perempuan kamu sendirian di rumah?”.
“Ibu, aku sudah melakukan yang terbaik…… aku tidak akan membicarakannya dulu, aku sebentar lagi ada rapat!”. Martin Su mendengar perkataan ibunya, dan tiba-tiba sakit kepala, tidak melanjutkannya dan menutup teleponnya.
Tetapi Rina Chen tidak semudah itu untuk dihindari, dia melihat ponselnya, dan mengatakan: “Beraninya kamu menutup teleponku, anak tidak berguna!”.
Mendengarkan nada perlawanan dari Martin Su, ia langsung memikirkan apa yang dikatakan oleh Marvin Su di pintu gerbang tadi, Rina Chen tidak bias menahan perasaan kesalnya sementara waktu, apakah mungkin aku tidak bisa mengandalkan anak aku sendiri?
Saat kembali ke ruang tamu, Rina Chen memanggil Fenny Liu.
Fenny Liu binggung dan menjawab: “Ada apa, ibu ?”.
Rina Chen pun tidak berkata apapun, dia memandang menantunya dengan wajah yang cemberut, dia merasa kedua pipinya memerah, alisnya tebal, bagian yang seharusnya besar, cukup besar, bagian yang seharusnya kecil, cukup kecil, tertutama bagian bokong, sungguh menantu perempuan yang sangat bagus, seharusnya melahirkan tidak menjadi masalah.
Fenny Liu merasa malu karena ditatap oleh Reni Chen, berkata: “Ibu…… sebenarnya apa yang terjadi?”.
Ketika dia mendengar bahwa Rina Chen bertemu dengan Marvin Su di lantai dasar, dalam hatinya merasa khawatir apakah Marvin Su tidak sengaja telah membicarakan sesuatu, kemudian dia ditatap lagi oleh Rina Chen, dalam hati merasa tidak enak.
Rina Chen berkata: “Bicara jujur dengan ibu, Martin di bagian apa…… yang menurutmu tidak baik?”.
Fenny Liu tidak menyangka dia akan bertanya hal yang seperti ini, “Haaah?”, wajahnya memerah bahkan lebih buruk.
Reni Chen mengulang perkataannya kembali: “Aku bertanya kepadamu, kamu bicara jujur saja”.
Fenny Liu tidak tahu bagaimana Rina Chen mengetahui ini semua, tetapi sejauh ini, lebih baik mengatakan yang sebenarnya: “Martin…… dia di bagian ini ada sedikit…… tapi, aku sudah membelikannya obat”.
Mendengar anaknya sendiri tidak dapat melakukannya, Rina Chen seketika merasa bersedih, dan masih bertanya: “Apakah hasilnya efektif?”.
Fenny Liu menggelengkan kepalanya, dan tidak berbicara.
……
Di sisi lain, setelah Marvin Su kembali ke sekolah, langsung pergi mencari Siva Zhao
Keduanya dalam keadaan cinta yang penuh gairah, dapat di katakan bahwa hari ini tidak seperti yang biasanya, setelah melihat Siva Zhao, Marvin Su belum kesana, Siva Zhao malah sudah berada dalam pelukannya.
“Hei, mengapa brutal sekali”. Marvin merasakan kelembutan Siva Zhao, dan mengulurkan tangannya untuk menampar bokong kecilnya.
Lembut dan kenyal, tangannya terasa sangat enak……
Siva Zhao merasa tersipu malu, dan melihat sekitarnya, dan menyadari tidak ada orang di sekitarnya, barulah, berkata: “Dasar menyebalkan, begitu bertemu denganku kamu langsung memukul bokongku”.
“Siapa yang telah memberiku kode”. Marvin Su memandangi telapak tangannya, tertawa jahat dan berkata: “Akan tetapi semakin di pukul akan semakin baik, dan akan semakin menyukainya.
Sambil mengatakan itu, Marvin Su berniat untuk memukul kedua kalinya.
“Matilah sudah”. Wajah cantik Siva Zhao memerah, Marvin Su cepat-cepat melarikan diri dari cakarannya.
Keduanya bermain-main, dengan cepat Siva Zhao di tangkap oleh Marvin Su, dan pergi ke dinding tembok untuk mencium, dan disentuhnya.
Di sisi lain, di waktu Martin Su keluar kota beberapa hari itu, Rina Chen tiada hentinya meneleponnya, sungguh tidak mudah untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan langsung membeli tiket pesawat untuk pulang.
Baru saja tiba di rumah sudah tidak ada waktu untuk beristirahat, Rina Chen membawa pasangan suami istri itu pergi ke rumah sakit, di bawah paksaannya yang kuat, ia menyuruh mereka berdua melakukan pemeriksaan.
Setelah hasilnya keluar, tidak ada sedikitpun masalah pada Fenny Liu, tetapi tingkat kelangsungan hidup sperma Martin Su sangatlah rendah, dan hampir tidak ada cara untuk memiliki anak.
Ditambah tekanan pekerjaan Martin Su, sering begadang, dan tidak ada melakukan perawatan tepat waktu, anggap saja jika dia mulai mengubah gaya hidupnya sekarang, sudah tidak ada kesempatan lagi……
Melihat hasil tes dari keduanya, Rina Chen hampir saja pingsan, menangis dan berkata: “Sungguh berdosa, bagaimana aku bisa membalas semua kebaikan suamiku yang sudah meninggal…… di masa yang akan datang, di saat aku meninggal nanti, kalau keluarga Su bertanya akan keturunannya, bagaimana aku dapat menjawabnya…… aku, bagaimana aku bisa hidup.
Fenny Liu sudah lama mengenal Rina Chen, tetapi tidak menyangka akan membuat keributan di rumah sakit, dia dengan keras mendorong Martin Su, berkata: “Cepat bawa dia pulang”.
Wajah Martin Su memerah, dan dengan cepat mengangkat Rina Chen, dan akhirnya pulang bersama-sama.
Dalam beberapa hari ke depan, keluarga Fenny Liu hidup dengan tekanan…… Fenny Liu merasa lebih baik, tetapi alasan Martin Su baru saja kembali, karena perusahaannya memberikan dia 3 hari libur.
Tiga hari ini, Martin mendengarkan Rina Chen menangis sepanjang waktu, hampir saja membuatnya kecewa dan kesal!.
Tidak terasa, ini sudah jumat malam, Martin Su tiba-tiba teringat bahwa dia sudah lama tidak bertemu dengan Marvin Su, dan bertanya kepada Fenny Liu: “Apakah akhir pekan ini perlu menjemput Marvin Su datang kemari?”.
Fenny Liu melirik Rina Chen, dan berkata: “Jangan dulu……”.
Beberapa saat ini Rina Chen terus menangis, menyuruh Marvin Su datang kemari untuk melihatnya, masih saja tidak tahu malu, meskipun mereka semua menganggap Marvin Su sebagai adik, tapi masalah di keluarga ini tidak boleh sembarangan untuk diberitahu ke orang lain, hal semacam ini lebih baik dijadikan rahasia sendiri saja.
Siapa yang tahu, setelah Rina Chen mendengar nama Marvin Su, posisi badannya pelan-pelan menghadapnya, berkata: “Suruh Marvin Su datang kemari, kalau kamu tidak bisa, suruh dia saja yang membuat anak dengan Fenny Liu……”.
Novel Terkait
Cinta Seorang CEO Arogan
MedellineHis Second Chance
Derick HoGue Jadi Kaya
Faya SaitamaLove at First Sight
Laura VanessaBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)