Pejuang Hati - Bab 48 Situasi Krisis
"Apa?", Anggi Yang terkejut, juga tidak sempat bertanya siapa yang hendak melukai Marvin Su, segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Marvin Su.
Sayangnya ponselnya selalu berbunyi "tut tut tut", tidak ada yang menjawab.
Di sisi lain, ponsel Marvin Su terus bergetar di sakunya. Dia juga tidak tahu siapa yang meneleponnya, juga tidak sempat untuk memikirkannya lagi.
Pada saat Marvin Su sedang berputus asa, ada dua orang pria yang mengenakan seragam keamanan berlari dari arah samping. Tangan mereka sedang memegang tongkat keamanan karet, berlari sambil berteriak: "Hei, letakkan senjata anda!"
Salah satu lengan baju Marvin Su saat itu telah bernodakan darah. Ketika melihat ada orang yang datang untuk menyelamatkan dirinya, dia tanpa berpikir panjang memutuskan untuk berlari mundur ke arah belakang.
Bagaimanapun, dokter Hendri Zhang bukan anak muda lagi, setelah seharian berkeliaran, ditambah lagi harus menghindari pelacakan polisi, meskipun serangan tadi tidak seberapa, tapi dia juga sudah kelelahan dan terengah-engah.
"Jangan, jangan lari!”, dokter Hendri Zhang dengan wajah marah, memegang pisau tajam dan mengejarnya.
Melihat situasi ini, kedua penjaga keamanan juga bergegas datang menghampiri. Lagi pula, sekolah Marvin Su adalah universitas utama di kota ini. Penjaga keamanan yang ada di departemen keamanan tidak seperti sekolah lain, hanya mengandalkan beberapa orang tua yang bermalas-malasan bekerja.
Sebagian dari mereka adalah pensiunan tentara, bahkan jika orang biasa, mereka harus memiliki tubuh tegap dan tenaga yang kuat, dan juga setelah mulai bekerja akan diberi pelatihan.
Melihat Marvin Su telah menghindar dari bahaya, kedua penjaga keamanan itu memegang tongkat karet berjaga di sisi kiri dan kanan dokter Hendri Zhang untuk mencegatnya.
"Polisi akan segera datang. Jika kamu cepat meletakkan senjata , mungkin saja kamu tidak perlu dipenjara, harap kamu tidak bertindak gegabah lagi!", kata penjaga keamanan yang sudah berumur tua.
Mereka tidak tahu bahwa sudah ada nyawa seseorang yang melayang akibat perbuatan dokter Hendri Zhang, ditambah lagi dia melarikan diri dari penjara, dan sekarang yang tersisa hanyalah masa depannya yang telah hancur.
"Kalian minggir, aku tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah”, dokter Hendri Zhang mengambil kesempatan untuk menarik napas, menggerakkan sepasang tangannya tanpa henti untuk memulihkan kekuatannya.
Marvin Su bersembunyi di belakang dua penjaga keamanan itu dan begitu melihat bola mata dokter Hendri Zhang yang bergerak, segera menyadari bahwa ia tidak akan membiarkannya pergi, jadi dia diam-diam meraih ponsel yang ada di dalam sakunya, menggenggam erat ponselnya.
Sekarang tidak ada senjata apapun di tubuhnya, hanya bisa mengandalkan ponsel melempar ke arahnya untuk bertahan sebentar.
"Sss!”, Marvin Su memikirkan kembali hal ini dalam hati, dan luka di lengan kirinya mulai terasa sakit lagi.
Sayatan pisau ini sama sekali tidak dangkal. Setelah Marvin Su menghela beberapa napas, dengan menggunakan cahaya yang ada diam-diam melihat orang yang meneleponnya, Anggi Yang yang ternyata meneleponnya.
Dia tidak tahu ada keperluan apa Anggi Yang mencarinya, tetapi saat ini situasinya sangat krisis, dia tanpa berpikir panjang menutup teleponnya, dan dokter Hendri Zhang dengan diam-diam menarik napas dalam-dalam, dan bersiap untuk menyerang lagi.
"Aku hanya berurusan dengan anak ini, dan kalian berdua hanya pekerja di sekolah. Gaji 1000-an RMB (kira-kira 2 juta rupiah) sebulan, apakah pantas jika sampai harus kehilangan nyawa ?", seru dokter Hendri Zhang.
Dia tahu bahwa dirinya bukan lawan dari dua penjaga keamanan ini, dan ditambah lagi sekarang sudah ada dua tiga mahasiswa yang datang mengerumuni, dalam hati dokter Hendri Zhang sudah jelas bahwa sekarang ada orang yang pasti telah memanggil polisi, dan dia sudah tidak punya banyak waktu lagi.
Merencanakan strategi!
Dokter Hendri Zhang mengayunkan pisau tajam yang ada di tangannya, memandangi dua penjaga keamanan itu, pandangan matanya menjadi semakin liar.
Melihat kondisi ini, kedua penjaga keamanan tahu bahwa dokter Hendri Zhang mulai muncul niat untuk membunuh, tetapi masih saling memandang, tidak berencana untuk membiarkannya.
"Sial, bunuh!", dokter Hendri Zhang tiba-tiba berteriak meraung, kemudian tubuhnya bergegas menyerang ke arah Marvin Su.
Kedua penjaga keamanan itu tahu bahwa jika mereka tetap mencoba untuk menghalangi, mereka pasti akan terluka oleh pisau tajam itu, tetapi keduanya tadi telah sempat datang menghampiri, sudah pasti bukanlah orang yang berjiwa penakut.
Hanya melihat keduanya melangkah mundur untuk menghindari pisau dokter Hendri Zhang, dan dokter Hendri Zhang mengira mereka takut, di matanya terlihat sedikit merendahkan mereka.
"Orang, pada akhirnya juga memikirkan diri sendiri, nyawa sendiri adalah yang paling penting!”, dokter Hendri Zhang bergumam pelan dan mengarahkan sasaran pisau ke perut Marvin Su lagi.
Marvin Su terkejut sampai berteriak keras. Saat itu, dia tidak tahu asal tenaganya dari mana, mengambil ponselnya dan menggenggam dengan tinggi, kemudian melemparkannya dengan keras ke arah kepala dokter Hendri Zhang.
Dan pada saat bersamaan, kedua penjaga keamanan setelah menghindari serangan pisau dari dokter Hendri Zhang juga tidak melarikan diri, melainkan setelah pisau dokter Hendri Zhang menyerang, keduanya juga berteriak dan bersama-sama menahan kedua lengan dokter Hendri Zhang.
"Bukkk!"
Ponsel menghantam tepat di kepala dokter Hendri Zhang, dan layarnya pecah.
Dengan kekuatan fisik Marvin Su yang kuat, tenaganya tak perlu dikatakan lagi, ditambah lagi ini adalah kekuatan di bawah kondisi yang krisis, benar-benar tersasar tepat dan memecahkan kepala dokter Hendri Zhang.
Darah terus mengalir bercucuran, hingga turun ke mata dokter Hendri Zhang, setelah kedua penjaga keamanan mengambil kesempatan untuk menangkap dokter Hendri Zhang, mereka dengan cepat mengambil pisau tajam yang ada di tangannya.
“Ah !!!”, dokter Hendri Zhang berteriak dan melawan.
Tapi itu sudah tidak berguna lagi.
Marvin Su menahan rasa sakitnya. Ketika dia melihat bahwa dokter Hendri Zhang tidak bisa lagi membahayakan dirinya, dia berjongkok dan berkata dengan tulus: "Dokter Hendri Zhang, aku dari awal tidak pernah berpikir untuk mengambil uangmu. Semuanya adalah siasat dari Jeremi Su...... Anda seharusnya tahu sifatnya yang serakah dan tak pernah puas itu. "
Dokter Hendri Zhang menganga, seperti sedang mempertimbangkan kata-kata Marvin Su.
"Dan juga, aku tidak akan sembarangan bicara mengenai masalah kakak sepupu, tidak peduli apakah dia anakmu atau bukan, dia tetap adalah kakak sepupuku", setelah Marvin Su selesai bicara, baru berdiri perlahan, lalu menutupi lengannya dengan satu tangan, mulai khawatir memikirkan bagaimana cara pergi ke rumah sakit.
Kedua penjaga keamanan melihat lengan kiri Marvin Su masih berdarah, kemudian mengeluarkan ponsel sibuk menelepon rekan mereka, meminta mereka untuk mengantarkan Marvin Su ke rumah sakit.
Dan di sisi lain, polisi juga telah bergegas menghampiri tempat kejadian. Setelah memborgol tangan dokter Hendri Zhang dengan borgol, kemudian melirik ke arah Marvin Su.
"Kamu?", seru ketua Wang.
Marvin Su saat ini juga mengenali ketua Wang, jadi dia tersenyum pahit: "Ketua Wang."
"Orang ini ada hubungan apa denganmu?”, tanya ketua Wang penasaran, ditambah lagi dengan kasus Fenny Liu, ada kasus kekerasan seksual dan kasus pembunuhan yang muncul bersamaan hanya dalam beberapa hari yang singkat ini. Dan kedua kasus ini, terlihat ada Marvin Su di tempat.
"Ini ...... tidak jelas jika hanya dijelaskan dalam beberapa kata." Marvin Su melirik dokter Hendri Zhang dengan sangat kesakitan dan berkata: "Kamu tanyakan saja padanya."
Ketua Wang mengerutkan kening, terdengar suara gumam "aduh". Ketika hendak membuka mulut untuk berbicara, Anggi Yang dan Martin Su tiba, dan Fenny Liu juga ada di sana. Dia khawatir kepada Marvin Su, jadi dia dengan terpaksa ikut.
"Ketua Wang", Anggi Yang bergegas datang menghampiri dan setelah melirik ke arah Marvin Su, kemudian berkata: "Untung kamu datangnya tepat waktu!"
"Saya tidak berani mengakui ini adalah berkat saya”, ketua Wang tersenyum dan berkata:“Sebelum saya datang, tuan Hendri Zhang ini sudah ditahan oleh penjaga keamanan sekolah. Oke, kamu membawanya ke rumah sakit saja dulu, setelah selesai aku akan melakukan catatan rekaman kejadian dua orang secara bersamaan."
Satu orang lagi, sudah pasti adalah Fenny Liu.
Selesai bicara, ketua Wang memerintahkan orang untuk membawa pergi dokter Hendri Zhang, dan saat dokter Hendri Zhang meninggalkan tempat, matanya terus memandang Martin Su selama puluhan detik.
Martin Su bertahan untuk tidak melihat dokter Hendri Zhang, dia berkali-kali berkata dalam hati, bahwa orang ini bukan ayahnya, orang ini bukan ayahnya, akhirnya, ketika dokter Hendri Zhang hendak keluar dari gerbang pintu sekolah, melihat ke belakang sebentar.
Dengan dua mata yang saling berhadapan, dokter Hendri Zhang tidak dapat menahan air mata.
Marvin Su, Anggi Yang dan Fenny Liu yang melihat ini juga tidak dapat menahan perasaan sedih. Ketika hendak mencari cara untuk menghibur diri, Marvin Su tiba-tiba pusing, seluruh badannya jatuh menekan ke arah Fenny Liu.
Novel Terkait
Someday Unexpected Love
AlexanderYou're My Savior
Shella NaviThe Winner Of Your Heart
ShintaMenunggumu Kembali
NovanPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)