Pejuang Hati - Bab 4 Panggilan Telepon
Saat ini Marvin Su sedang menikmatinya, dia merasa bagian cakaran di lehernya yang dioles oleh jari Fenny Liu terasa dingin dan lembut, apalagi kakak iparnya, tidak tahu kenapa, tiba-tiba merasa malu!
“Kak, Kakak ipar…… Salepnya jatuh.” Marvin Su mengingatkan.
Fenny Liu tersadar, tangan kirinya memencet obat salep, tangan kanannya mengoleskan ke leher Marvin Su, tetapi karena melamun, salep yang ditangan kirinya terpencet keluar dan jatuh ke lantai.
“Waduh.” Fenny Liu segera mengambil tisu dan berjongkok untuk mengelapnya.
Sekali jongkok, terlihat oleh Marvin Su dua lingkaran putih dadanya, mungkin karena di rumah, Fenny Liu tidak memakai bra, tidak heran ketika dia memeluknya di dapur, buah dadanya terasa kenyal.
Sebenarnya, Fenny Liu mengenakan bra setengah cup hari ini, meskipun tidak membungkus semua dadanya, tapi tidak berarti dia tidak mengenakan apa-apa, tetapi Martin Su yang tidak memiliki banyak pengetahuan mengira dia tidak memakai bra.
“Gluk.” Marvin Su sekali lagi menelan ludah, bagian bawahnya terangsang lagi.
Fenny Liu tidak mengetahuinya dadanya kelihatan, dia segera mengelap salep yang jatuh ke lantai, tanpa sadar, bahkan bokongnya pun juga terlihat.
Dia mengenakan rok denim berpinggang rendah pagi ini, dan ketika dia berbalik, pinggang ramping yang putih terbuka, dan bentuk garis badannya makin ke bawah semakin besar, dua pinggulnya yang putih dan montok terlihat oleh Marvin Su.
Pinggulnya yang montok, membuat Marvin Su tidah tahan untuk berdiri dan memperbaiki sudut pandangannya.
Setelah selesai mengelap salep di lantai, Fenny Liu berdiri dan melemparkan tisu di tangannya ke tempat sampah, dan melihat lagi cakaran di leher Marvin Su yang tidak lagi berwarna merah.
“Kamu belajar sendiri di rumah, aku sudah janjian dengan temanku berbelanja, siang nanti kamu pesan makanan saja.” Setelah selesai membereskan, Fenny Liu mengeluarkan 50 RMB (sekitar 100 ribu rupiah) dari kantongnya dan menyerahkannya kepada Marvin Su.
Saat mengetahui kakak iparnya akan keluar, Marvin Su sedikit tidak rela, tapi juga tidak mempunyai alasan apapun, maka dia mengangguk dengan sedih dan menerima uang tersebut.
Setelah Fenny Liu pergi, Marvin Su merasa kesepian untuk sementara waktu, dan bimbang untuk melakukan apa, tiba-tiba dia ingat bahwa pakaian dalam Fenny Liu masih di bawah bantalnya.
Dia bergegas kembali ke kamar tidur, mengeluarkan celana dalam renda merah itu, dan melihatnya lagi, masih tersisa cairan putih diatasnya.
Marvin Su tidak memiliki kebiasaan mengoleksi barang, tetapi yang terjadi akhir-akhir ini benar-benar sulit untuk dikendalikan, dia membayangkan dua lingkaran putih di dada Fenny Liu dan pinggulnya yang montok, dia tidak bisa menahan, tetapi juga tidak bisa melampiaskannya.
“Orang-orang kehilangan kontak di Guangdong karena sering ke rumah bordil, dan kadang-kadang mereka merindukan postur tubuh…..”
Saat sedang gembira, ponsel Marvin Su berdering, nada dering ponsel itu adalah lagu online terbaru, yang menelepon adalah Fenny Liu, dan dia segera menjawabnya.
“Kakak ipar, ada apa ?” Marvin Su bertanya, badannya agak panas, dan tangannya mulai bergerak perlahan.
Fenny Liu tidak mendengar keanehan Marvin Su di telepon, dan langsung berkata: "Aku lupa meninggalkan kunci untukmu, kamu belajar di rumah dengan baik, jangan sembarangan keluar……”
“Ah, iya aku tahu.” Marvin Su mendengar suara Fenny Liu, membayangkan sosoknya, dan nafasnya mulai terburu-buru.
“Iya, kamu memang penurut, aku tutup dulu ya.” Fenny Liu berkata.
“Jangan tutup……” Marvin Su yang sedang membayangkan dengan seru, mendengar Fenny Liu akan mematikan telepon, dengan cemas berkata.
“Kenapa ?” Fenny Liu bertanya.
“Aku…… Ah, aku, penku rusak, kalau tidak bisa keluar, apa di rumah ada ? Marvin Su buru-buru membuat alasan.
Fenny Liu tidak tahu Marvin Su berbohong, dan berkata: “Ada tempat pen di rak di ruang tamu, kamu cari saja.”
Marvin Su mendengar suara Fenny Liu, gerakan tangannya makin cepat, dan dengan ringan dia berkata: “Di mana? Aku tidak ketemu……”
“Ada tempat pena di tingkat kedua di rak di ruang tamu, ada beberapa pena karbon di dalamnya, kamu cari dengan teliti, pasti gampang menemukannya.” Fenny Liu berkata dengan sabar.
Marvin Su tidak peduli, mendengarkan suara Fenny Liu, beberapa detik kemudian, akhirnya meledak keluar !
“Oh !” Marvin Su terengah-engah.
Di sisi lain, Fenny Liu terkejut, sebagai seorang istri, bagaimana dia tidak tahu dalam keadaan seperti apa seorang lelaki bisa membuat napas yang begitu buru-buru? Dia mengerutkan keningnya dan marah: “Kamu……dasar bocah nakal, percaya atau tidak, kulaporkan ke kakakmu!”
Setelah lega, otak Marvin Su kosong selama beberapa detik, dan setelah perasaan nyaman berangsur-angsur berkurang, ia berpura-pura tidak bersalah dan berkata: “Kakak ipar, saya sudah menemukan pena karbon……”
“Kamu !”
Fenny Liu sangat marah, dalam situasi seperti ini dia tidak ada di tempat, dan tidak bisa memarahinya secara langsung, apakah benar harus lapor ke Martin Su?
Dengan wajah merah, Fenny Liu teringat pakaian dalam yang “hilang” tadi malam, dan mendengus: “Cuci barang yang kamu curi tadi malam dan letakan di balkon! Dan……aku akan memaafkanmu kali ini, lain kali jangan sembarangan membuat kekacauan, dengar tidak ?”
Saat Marvin Su mendengar, dia melihat benda basah di tangannya dan bertanya pada Fenny Liu: “Setelah dicuci, apakah kamu masih memakainya?"
“ Bocah sial !” Fenny Liu menutup telepon dengan marah.
Tentu saja dia tahu apa yang dilakukan Marvin Su dengan celana dalamnya, dan yang menyebalkan adalah setelah bocah itu memakainya, dia bertanya pada dirinya apakah akan memakainya atau tidak?
Celana dalam itu adalah barang bermerek yang dia beli dari toko asli, yang harganya lebih dari 600 RMB (sekitar 1,2 juta rupiah) satunya, hanya dikenakan dua kali dan “dicuri” oleh bocah kecil itu, rasanya sangat disayangkan.
Jika Marvin Su tidak bertanya, Fenny Liu mungkin tidak berpikir terlalu banyak, setelah dicuci akan terus dia pakai, tapi setelah ditanya dan Fenny Liu bilang masih dipakai, bukankah……
Novel Terkait
My Charming Lady Boss
AndikaPergilah Suamiku
DanisDewa Perang Greget
Budi MaLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyAkibat Pernikahan Dini
CintiaPernikahan Kontrak
JennyWaiting For Love
SnowPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)