Pejuang Hati - Bab 102 Kasus Pembunuhan
“Haha, bagaimanapun harga rumah di kota ini sekitar 600 ribu rmb (1.2 miliar rupiah), dan masih ada mobil dan sebagainya, ya, ini harus didapatkan kembali.” Eriko berkata.
“Besok aku akan menggerakkan suasana hati semua orang dan memaksa Marvin Su untuk bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini, setelah masalah ini selesai, kita berdua… Hahahaha!” Jericho Su berkata, dan mulai memikirkan bagaimana dirinya jika menjadi orang kaya.
Wanita itu mudah digertak, karena Jericho Su bisa mendapatkan hadiah sebesar 100 ribu rmb (200 juta rupiah), dan uang sisanya, dia pikir dia bisa mendapatkannya.
“Kalau begitu semuanya tergantung pada kakak Jericho Su, ke depannya aku akan mengikutimu.” Eriko berkata.
Mendengar ini, Marvin Su sudah tidak tahan lagi, dia langsung mendorong pintu dan masuk ke dalam.
“Mar...” Begitu Marvin Su masuk, Eriko dan Jericho Su segera bangkit dan menatap Marvin Su dengan tatapan waspada.
Marvin Su mendengus dan menoleh, melihat Eriko sedang memgang pisau di tangannya, kemudian dia terkejut dan berkata: “Aku kembali, ingin mengambil kunci, kalian teruskan saja minum kalian.”
Sambil berbicara, Marvin Su berpura-pura, seolah-olah tidak tahu apa-apa, dan dia berjalan ke kursi untuk mengambil kuncinya.
Melihat penampilan Marvin Su, Jericho Su dan Eriko tidak yakin apakah dia mendengar apa yang baru saja mereka katakan atau tidak.
Tapi sekarang bukan saatnya untuk membuat kekacauan, jika sekarang Marvin Su langsung berlari, semua rencana akan hilang, ketika pergi ke Kota Jiangcheng, Jericho Su tidak memiliki hak apa-apa lagi.
“Adik sepupu, mau tidak minum sedikit lagi?” Jericho Su mencoba bertanya, dan bersiap melihat sikap Marvin Su kepadanya.
“Aku tidak bisa minum lagi, aku sedikit pusing.” Nada bicara Marvin Su biasa-biasa saja, seolah-olah sama seperti biasanya.
Dengan ragu-ragu, Marvin Su sudah mengambil kunci dan sudah berjalan sampai pintu, lalu berkata: “Baiklah, aku jalan dulu.”
“Hati-hati di jalan.” Jericho Su berkata.
Selesai berbicara, Marvin Su juga tidak banyak berakting lagi, dia berbalik badan dan langsung meninggalkan rumah Jericho Su.
Begitu Marvin Su keluar dari gerbang, Eriko yang sedang memegang pisau, berjalan menghampiri Jericho Su dan bertanya: “Kak Jericho, bagaimana menurutmu?”
“Jangan pedulikan dia dulu, kurasa dia tidak mendengar apa-apa… Selain itu, bahkan jika dia mendengarnya, apa yang bisa dilakukan olehnya? Sekarang tidak ada mobil untuk pergi ke Kota Jiangcheng, sesuai dengan rencana, besok akan ada pemakaman.” Jericho Su berkata.
“Baiklah.” Eriko berkata.
Setelah minum bir, Jericho Su seketika menjadi tertarik, kemudian dia melihat setengah piring ayam yang tersisa di atas piring dan langsung membawanya ke Rina Chen.
Dan Eriko pergi ke rumah Marvin Su secara diam-diam, untuk mencegah Marvin Su kabur, dia masih pergi untuk berjaga-jaga.
……
Di sisi lain, setelah Marvin Su berjalan perlahan-lahan pulang ke rumah, dia mulai merencanakan bagaimana menghadapi Jericho Su.
Jika Jericho Su benar-benar ingin membangkitkan emosi massa, dia dan orang tuanya akan dihajar oleh penduduk desa, sekarang keluarga Su… Jeremi Su sudah ditikam sampai mati oleh Dokter Hendri Zhang, dan Martin Su sudah mati saat usianya masih muda, Jericho Su selalu dipandang rendah oleh penduduk desa, jika keluarganya dihajar keluarga lagi, maka keluarga Su akan berakhir di desa ini.
“Sebenarnya, ini semua adalah masalah keserakahan.” Marvin Su berbicara dalam hati.
Tetapi caranya…
Masih belum ada!
Apa yang Jericho Su lakukan kepada Rina Chen, sama sekali tidak ada cara untuk menjelaskannya kepada penduduk desa, lagi pula Rina Chen sudah gila, tetapi beberapa hal masih perlu disembunyikan.
Ketika sampai rumah, Marvin Su menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, ketika dia tertidur, hari sudah sekitar jam tiga pagi.
Ketika dia bangun lagi, Marvin Su menyadari bahwa tidak ada seorang pun di dalam rumahnya, dia melihat jam, lalu segera berpakaian dan bersiap pergi ke tempat sembahyang.
Sial, sudah jam sepuluh, menurut kebiasaan pemakaman di desa dilakukan saat siang hari, kemungkinan pembawa peti mati sudah bersiap untuk pergi, Marvin Su sama sekali belum memperbaiki lukanya dan berpikir tentang bagaimana menghadapi Jericho Su.
Orang tuanya sudah pergi, dirinya segera pergi, jika tidak mereka akan menjadi target Jericho Su.
Berlarian sepanjang jalan.
Namun, ketika Marvin Su sampai di tempat sembahyang, tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang salah, karena ada mobil polisi di pintu masuk tempat sembahyang, banyak penduduk desa berkumpul di sini, di pintu masuk tempat sembahyang, mana bisa pemakaman biasa dapat menarik begitu banyak orang?
Sekarang Marvin Su lebih khawatir, dia segera meminta jalan untuk masuk ke dalam tempat sembahyang.
Setelah Marvin Su masuk ke dalam, dia melihat keadaan di dalam, seketika dia terdiam, dia melihat banyak noda darah di dalamnya, Jericho Su sedang berbaring di tanah dengan mata pucat dan sepotong pecahan kaca berada di lehernya.
Dan perut Rina chen juga dipenuhi dengan pecahan kaca yang tajam.
Foto almarhum Martin Su sudah hancur, pecahan kaca pada kedua orang ini persis dari bingkai foto almarhum Martin Su.
“Sebenarnya apa yang sedang terjadi?” Marvin Su memandangi Eriko yang sedang gemetaran dan bertanya.
Kematian Jericho Su dan Rina Chen dilihat oleh penduduk desa yang biasanya menyirami tanah di pagi hari, dan pada saat itu juga, dia memanggil polisi, sementara penduduk desa sedang menunggu polisi datang, Eriko menyelinap keluar dari rumah Marvin Su.
Eriko bukan penduduk asli desa ini, seketika dia ditangkap oleh polisi dan diinterogasi.
Tanpa berdaya, Eriko menceritakan cerita sebenarnya, awalnya kemarin Jericho Su pergi dengan keadaan mabuk dan membawa makanan untuk Rina Chen dan ingin melakukan sesuatu yang kotor.
Dan Eriko pergi untuk mengawasi Marvin Su untuk mencegah Marvin Su berlari.
Setelah mendengar ini, punggung Marvin Su langsung dibasahi oleh keringat dingin, harus tahu, Eriko memgang pisau tadi malam…
Adapun kematian Jericho Su dan Rina Chen, setelah identifikasi di forensik, pada saat Rina Chen sedang makan, celana Rina Chen dilepaskan oleh Jericho Su, dan kemudian menekan tubuhnya di samping peti mati, saat dia bersiap untuk bertindak, foto almarhum Martin Su jatuh dan pecah, dan kemudian Rina Chen menjadi menggila.
Mungkin saat melihat foto almarhum kakaknya, Rina Chen terangsang, dia langsung meraih kaca di tanah dan menikam Jericho Su sampai mati.
Lalu kenapa Rina Chen bunuh diri? Tidak ada yang bisa menjelaskannya. Bagaimanapun, dia sudah gila…
Mungkin pada saat iru Rina Chen sudah tidak gila lagi, dan dia memilih untuk bunuh diri!
……
Marvin Su mendengarkan penjelasan polisi dan seketika tidak tahu harus berkata apa, dia berpikir, mungkin… ini adalah akhir yang terbaik.
Kemudian, apa yang terjadi pada Eriko, Marvin Su tidak tahu…
Tepat setelah kasus pembunuhan ini, Martin Su harus segera dikubur, adapun pemakaman Rina Chen, itu dari pernyataan lisan Eriko, diketahui bahwa Jericho Su telah membawa uangnya sebanyak 100 ribu rmb (sekitar dua ratus juta rupiah), sehingga keluarga Su menggunakan uang itu untuk menguburkan Rina Chen di samping makam Martin Su!
Namun, semua ini dilakukan dengan diam-diam, pemakaman tidak diadakan dan Marvin Su tidak kembali.
Setelah tiba di sekolah, Marvin Su sakit parah, badannya lemah dan dia demam, ketika tubuhnya sudah pulih, dan akhir pekan pun tiba.
Minggu ini, Marvin Su setuju untuk menemani Siva Zhao keluar untuk piknik, meskipun Siva Zhao khawatir dengan kondisi tubuh Marvin Su saat ini, jika tidak pergi, Marvin Su tetap merasa bahwa jika dirinya berbaring di asrama untuk menghabiskan waktunya, itu sama sekali tidak ada gunanya, dan sudah waktunya baginya untuk melakukan kegiatan dan interaksi…
Novel Terkait
Sang Pendosa
DoniVillain's Giving Up
Axe AshciellyUntouchable Love
Devil BuddyLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieHusband Deeply Love
NaomiPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)