Pejuang Hati - Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
Pada saat Anggi Yang tiba, Fenny Liu pingsan.
Setelah berjam-jam lembur, ditambah kemarin menstruasinya baru datang, Fenny Liu menderita sakit perut yang sangat parah, tetapi dia hanya minum segelas air gula merah.
Di pagi hari, dia agak pusing dan tidak bertenaga. Akibatnya, Martin Su datang lagi, ditambah perdebatannya dengan Martin Su, dan dengan serangan yang berasal dari Martin Su dan kepala bagian membuat Fenny Liu sangat tertekan dan pingsan di depan kemudi mobil.
“Fenny, Fenny ” Anggi Yang menemukan mobil Fenny Liu dan memukul jendelanya dengan keras, tetapi Fenny Liu di dalam mobil tetap tidak terbangun.
“Apa yang harus aku lakukan?” Anggi Yang memandangi kabut mulai muncul di jendela mobilnya dan tahu bahwa Fenny Liu telah pingsan untuk beberapa waktu. Pada saat ini, jendela belum terbuka, situasi ini bisa mengancam jiwanya.
Ketika dia mencari sesuatu untuk menghancurkan kaca mobil, Anggi yang melihat seorang lelaki tua ahli kunci di sampingnya.
“Aduh!” Anggi Yang memukul kepalanya dan berlari kearahnya menggunakan sepatu hak tinggi.
Menjelaskan secara langsung, dia mengeluarkan uang pecahan 200 RMB (sekitar 400 ribu rupiah), dan menyodorkannya ke tangan pria tua tersebut, dengan cemas berkata: "Tolong, paman, tolong!"
Karena takut pria tua itu tidak percaya, Anggi Yang juga mengeluarkan foto dirinya dan Fenny Liu di teleponnya, dan menunjuk Fenny Liu yang pingsan di dalam mobil, menjelaskan bahwa ini adalah temannya yang pingsan.
Orang tua itu melihat kondisi Fenny Liu yang cukup berbahaya, dan segera bersiap untuk membuka paksa pintunya.
Setelah beberapa menit berusaha untuk membuka, pintu akhirnya terbuka, Anggi Yang menarik pintu hingga terbuka, dan kemudian hawa panas langsung mengalir keluar dari dalam mobil.
Sekarang musim panas yang sangat panas. Meskipun berada di tempat yang sejuk, ruang di dalam mobil juga tertutup. Dia melihat rambut basah Fenny Liu menempel di pipinya, dan napasnya juga sedikit lambat.
“Fenny Liu!” Anggi Yang menjerit dan mengulurkan tangan untuk mencubit keras tubuh Fenny Liu.
Fenny Liu berteriak kecil sebentar, tetapi tidak bangun, tetapi jika dia merespon cubitannya, itu berarti itu tidak serius. Segera Anggi Yang meletakan tubuh Fenny Liu di samping tempat kemudi dan segera membawanya ke rumah sakit.
Setelah Anggi Yang sibuk sendiri, dan setelah mengantar Fenny Liu ke rumah sakit, dia merasa agak lega.
"Membuat aku capek saja. Apa yang sebenarnya telah terjadi?" Setelah dokter menerima Fenny Liu, Anggi Yang segera menghela napas panjang.
Sekarang dalam waktu singkat Fenny Liu pasti tidak bisa bangun, dan Martin Su sepertinya harus ditahan selama beberapa hari, Anggi yang berpikir dan menelepon Marvin Su.
Namun, agar tidak membuat Marvin Su khawatir, Anggi Yang tidak mengatakan yang sebenarnya, hanya bertanya kepada Marvin Su: "Sudahkah kakakmu menghubungimu baru-baru ini?"
Martin su baru saja meminjam uang dari Marvin Su, setelah itu Anggi Yang sudah menghubunginya. Marvin Su tidak bodoh, dan segera berkata: "Sudah kok, mengapa, dia pergi mencari kakak ipar?"
“Apa yang kamu tahu?” Anggi Yang bertanya.
Marvin Su memikirkannya dan memutuskan untuk tidak menyembunyikannya dari Anggi Yang dulu, lagipula dia menelepon dirinya menanyakan hal ini, pasti ada hubungan erat dengan Fenny Liu.
"Secara detail, aku tidak tahu banyak, tetapi sepupuku tampaknya memiliki kehidupan yang sangat buruk, dia datang ke sini untuk meminjam 2000 RMB, setelah itu kita tidak pernah berhubungan lagi." Marvin Su berkata, sambil bertanya, "Kak Anggi, Apa yang terjadi, apakah telah terjadi sesuatu dengan kakak ipar perempuan aku ? "
"Tidak terjadi apa-apa, kamu bisa pergi ke sekolah dengan tenang," Anggi Yang berkata, akan menutup telepon.
Tidak semudah itu untuk membohongi seorang Marvin Su. Melihat Anggi Yang tidak mengatakan yang sebenarnya, dia berkata: "Kak Anggi, jika kamu tidak memberi tahu aku apa yang telah terjadi, aku akan izin dan pergi untuk menemui kakak iparku.”
“Hei, anak ini?” Anggi Yang sedikit mengernyit, dan berkata, “Apakah kamu tidak mau mematuhi kata-kata kakak lagi?”
“Dengarkan, jangan kamu tidak mendengar perkataan orang lain, setidaknya dengarkan kata-kata kakakmu ini” Marvin Su tahu temperamen Anggi Yang, dan ketika dia mengubah nadanya, dia cepat-cepat tersenyum dan berkata, “Baiklah kak, katakan padaku, apa yang sebernarnya sedang terjadi?”
"Kakakmu sekarang sedang sangat pusing, aku tidak tahu apa-apa. Aku tutup dulu dan aku ceritakan nanti ... Ngomong-ngomong, jangan pergi ke rumah kakak iparmu, dia tidak di rumah." Desak Anggi Yang.
Kelas kuliah sangatlah fleksibel, jika kamu tidak patuh untuk tidak mencari Fenny Liu, itu akan sangat merepotkan.
Marvin Su mendengarkan kata-kata Fenny Liu dan tahu ada sesuatu yang telah terjadi, dia menjadi cemas; "Kak Anggi, tolong beri tahu aku dulu, kalau tidak ... bagaimana bisa aku memiliki mood untuk ke kelas?"
"Aku tidak tahu, kakak iparmu menderita panas dalam, dan ketika dia bangun, aku akan memberitahumu perlahan! Aku tutup telepon ..." Anggi Yang selesai bicara, tidak memberi Marvin Su kesempatan untuk berbicara lagi, langsung menututup telepon.
Marvin Su mengerutkan kening, dia ingin menelepon kembali tapi Anggi Yang pasti akan marah, tetapi dia juga khawatir tentang kondisi Fenny Liu.
Setelah memikirkannya, Marvin Su menelepon Martin Su dengan ponselnya. Lagipula ketika Martin Su dalam kesulitan dia bisa meminjam uang kepadanya, dari ini masih bisa disimpulkan bahwa dia masih melihatnya sebagai adiknya.
Sambil berpikir, Marvin Su segera meneleponnya.
Setelah telepon berdering beberapa kali, suara seorang pria mengangkat teleponnya dan berkata: "Halo, ini dari kantor polisi Kota Jiangcheng, siapa yang kamu cari?"
“Aku ... aku mencari Martin Su, bukankah ini ponselnya?” Marvin Su tertegun sejenak.
Pihak lain menjawab: "Ini adalah telepon gengam Martin Su, tetapi dia diduga sengaja melukai orang. Dia saat ini sedang diinterogasi, nanti agak malam baru telepon saja lagi."
Marvin Su mendengar perkataannya ini, dan kemudian ingat bahwa Anggi Yang mengatakan bahwa Fenny Liu mengalami panas dalam dan menyuruhnya untuk tidak pergi ke rumah Fenny Liu untuk menemuinya. Setelah berbagai macam pikiran terngiang-ngiang di kepalanya, dia berpikir bahwa Martin Su juga telah menusuk Fenny Liu.
Memikirkan hal ini, Marvin Su sangatlah takut hingga kakinya tidak bertenaga, dan dia bertanya dengan suara bergetar: "Siapa yang telah dia tusuk?"
“Kamu siapanya Martin Su?” Pihak lain bertanya alih-alih menjawab pertanyaan Marvin Su.
Marvin Su menelan ludah sembari berkata, "Aku adalah sepupunya ..."
"Oh, dia telah menusuk seorang pria yang bermarga Li. Jika kamu menghendaki, kamu bisa memberi tahu keluarga Martin Su untuk membayar uang deposit untuk penangguhannya, jika tidak dia akan ditahan untuk sementara waktu."
"Uh ..." Marvin Su merasa sangat kesusahan setelah mendengarkan perkataannya.
Setelah menutup telepon, Marvin Su mulai ragu apakah dia harus menelepon Rina Chen untuk menjelaskan masalah ini. Lagi pula, Dokter Hendri Zhang sudah mendekam di penjara dan tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan Fenny Liu sekarang. Jika dia memanggil Rina Chen, apakah dia bisa menerima tekanan seberat ini?
Marvin Su berpikir dalam hati, dia memilih untuk tidak menelepon Rina Chen terlebih dahulu. Karena bisa menebusnya keluar dengan membayar uang deposit, itu berarti orang yang ditikam oleh Martin Su tidak dalam kondisi kritis!
Setelah berpikir sejenak, Marvin Su memutuskan untuk pergi dan menemui Anggi Yang untuk mencari tahu dulu situasinya sekarang, ditambah lagi hari ini sudah hari Jumat, dan akan ada waktu untuk dua hari ke depan.
Setelah membuat rencana, Marvin Su menyusun alasan, mengatakan bahwa ia harus kembali terlebih dahulu dan berusaha membujuk Siva Zhao, dan kemudian meninggalkan sekolah dengan menggunakan taksi.
Di sisi lain, Fenny Liu secara perlahan-lahan terbangun dari pingsannya, dia hanya pingsan karena telalu kelelahan dan tekanan batin yang sangat berat, selain kondisi tubuhnya yang lemah, dan bukan merupakan gejala penyakit berat.
Pada saat ini, Anggi Yang akhirnya bisa bernafas lega dan bertanya, "Fenny, sebenarnya apa yang terjadi hari ini?"
Novel Terkait
Hei Gadis jangan Lari
SandrakoCinta Di Balik Awan
KellyUnplanned Marriage
MargerySiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiHis Soft Side
RiseAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)