Pejuang Hati - Bab 20 Rangsangan yang Berbeda

Mereka saling bertatapan tanpa membuka suara. Tak berapa lama, kedua orang itu pun kembali ke kamar untuk tidur.

Hari kedua, di saat Marvin Su sedang bimbang untuk kembali ke sekolah atau tidak, terdengar suara ketukan pintu.

“Duk, duk, duk!”

Terdengar suara ketukan pintu sebanyak tiga kali. Marvin Su yang awalnya masih takut kalau Andy Xiao datang membawa teman untuk membalas perbuatannya, akhirnya mengintip lebih dulu dari lubang pintu. Setelah menyadari bahwa orang yang mengetuk pintu adalah Anggi Yang, ia pun segera membuka pintu.

“Wah, adik ganteng juga di sini, benar-benar beruntung hari ini!“ Kata Anggi Yang dengan riang sambil memeluk kotak gabus besar yang ada di tangannya.

Melihat rupa Anggi Yang, sepertinya kotak gabus itu cukup berat. Marvin Su pun segera mengulurkan tangan dan mengambil kotak tersebut, lalu berkata: “Kak Anggi, biar aku saja!”

“Iya.” Anggi Yang mengedipkan mata genitnya kepada Marvin Su, lalu menyerahkan barang tersebut.

Begitu barang tersebut sampai pada tangannya, Marvin Su mendengar suara gesekan-gesekan kecil. Ia pun bertanya: “Benda hidup?“

“Beberapa kepiting dan udang. Kemarin aku pergi menangkapnya di waduk dan ini ada beberapa yang kuberikan untuk Fenny......“ Setelah berkata demikian, Anggi Yang menyentuh dagu Marvin Su dengan tangannya sambil tertawa: “Bukannya kamu suka makan daging? Nanti makan yang banyak.“

Wajah Marvin Su memerah. Ia pun bergegas meletakkan barang itu di dapur.

Kemudian, Fenny Liu datang. Setelah berterima kasih kepada Anggi Yang, dua perempuan tersebut kembali mulai mengobrol mengenai topik antar sesama perempuan.

Melihat dua perempuan cantik yang sedang mengobrol dan tertawa ini benar-benar merupakan satu hal yang membahagiakan. Marvin Su mendengarkan di sebelah, sebentar menatap Fenny Liu, sebentar menatap Anggi Yang. Ia sebal karena usianya lebih muda beberapa tahun, kalau tidak ia akan memilih satu di antara keduanya untuk menjalin hubungan, pasti akan sangat menyenangkan!

Jika dibandingkan dengan Siva Zhao yang polos, Marvin Su lebih suka Fenny Liu dan Anggi Yang yang dewasa.

Setelah berbincang-bincang dengan Anggi Yang, Fenny Liu berkata: “Marvin Su, kamu temani Kak Anggi dulu. Aku akan pergi memasak makan siang.“

“Oh.” Jawab Marvin Su, lalu bergeser ke samping Anggi Yang.

Setelah itu, Fenny Liu pergi ke dapur. Setelah memastikan Fenny Liu pergi, Anggi Yang segera menolehkan kepala ke arah Marvin Su dan bertanya: “Adik ganteng, apakah kamu merindukanku?“

Melihat rupa Anggi Yang yang tersenyum genit itu, Marvin Su kembali teringat peristiwa di dalam bus di mana Anggi Yang memainkan alat vitalnya dengan tangannya. Matanya mencuri-curi pandang ke arah dapur. Melihat Fenny Liu yang mulai sibuk, barulah ia berani menjawab: “Rindu, aku setiap hari merindukanmu.“

Mendengar hal itu, Anggi Yang tertawa genit, lalu memegang benda di antara dua kaki Marvin Su itu dengan tangannya.

Marvin Su hari ini mengenakan celana olahraga berwarna gelap. Kainnya sangat longgar. Begitu Anggi Yang memegang langsung mengenai ‘adik‘ Marvin Su......

“Setiap kali selalu kamu yang memegangku. Ini tidak adil!“ Marvin Su sudah terbiasa dengan keberanian Anggi Yang. Melihatnya yang kembali mulai nakal, ia juga mulai menyerang balik.

Ia menelan ludah, lalu memasukkan tangannya ke dada Anggi Yang melalui kerah baju......

Pakaian yang dikenakan Anggi Yang hari ini adalah sweater dengan kerah berbentuk ‘V‘ dan transparan, bahkan kulit lengan dan perutnya yang putih dan lembut pun bisa terlihat dari lubang sweater yang longgar itu, hanya saja bagian dadanya tertutupi oleh singlet sehingga tidak kelihatan.

Ditambah dengan rok denim membuat Anggi Yang terlihat sangat modis, apalagi dipadukan dengan rambut modisnya yang berwarna kecoklatan, benar-benar membuat ia terlihat seperti perempuan metropolitan yang sangat seksi.

“Aduh, dasar kamu bajingan kecil.“ Puting Anggi Yang yang bulat dipegang oleh Marvin Su. Hatinya pun penasaran, lalu berkata: “Jujur pada kakak, apakah kamu pernah melakukan hal seperti ini dengan Fenny Liu?”

“Kenapa kamu penasaran akan hal ini?” Tanya Marvin Su tak mengerti.

“Karena kakak merasa ini merangsang……Jujur saja, apa kamu pernah berbuat begini dengan Fenny Liu?“ Kata Anggi Yang, lalu menggeser badannya agar lebih dekat dengan Marvin Su.

Aroma tubuh Anggi Yang memikat hati tak henti-hentinya terpancar, lalu masuk ke dalam hidung Marvin Su, ditambah dengan tangan Anggi Yang yang tidak berhenti bergerak, membuat Marvin Su benar-benar merasa enak!

“Kalau kamu tidak bicara, aku tidak akan membiarkanmu memainkannya!“ Dengan tangannya, Anggi Yang menahan punggung tangan Marvin Su supaya ia berhenti menggosok-gosok putingnya. Tangannya pun berhenti melayani adik kecil Marvin Su.

Bagaimana Marvin Su bisa berhenti dari kondisinya yang sedang enak-enaknya itu. Ia pun berkata: “Pernah......Tetapi, sejak kejadian di bus itu, ia tidak mengijinkanku memegangnya lagi!“

“Kenapa? Dia tahu kalau kita berdua melakukan sesuatu?“ Tanya Anggi Yang.

Marvin Su menggelengkan kepala, lalu berkata: “Tidak......Hanya saja saat kami pulang, kami bertemu dengan kakak sepupuku dan ketahuan!“

“Menegangkan sekali. Lalu, apa kata kakak sepupumu?“ Perempuan seperti Anggi Yang ini tidak pernah terlalu serius dalam menyikapi satu masalah. Sambil mendengarkan Marvin Su, tangannya membuka resleting celananya, lalu dimasukkan ke dalam secara perlahan.

Seluruh badan Marvin Su bergetar sejenak, lalu menjerit ‘Uh!‘.

“Kakak sepupuku masih belum mengetahuinya......“ Marvin Su sudah dibuat sangat enak oleh Anggi Yang. Ia pun melirik sebentar dan setelah melihat Fenny Liu tidak melihat ke arahnya, ia pun menempelkan bibirnya di bibir merah Anggi Yang.

Pada saat itu, Fenny Liu menggerutu sambil melihat sekumpulan kepiting dan udang. Sambil mencuci lumpur yang melekat di badan kepiting dan udang dengan air keran, ia mencari cara memasak lewat ponselnya. Mana mungkin ada waktu untuk melihat kondisi di ruang tamu?

Sambil mencium Anggi Yang, Marvin Su dengan satu tangan lainnya mulai meraba ke bawah rok Anggi Yang.

“Bajingan kecil, kamu suka aku atau kakak iparmu?” Anggi Yang yang sudah terlena akan ciuman Marvin Su itu sudah penasaran dari awal.

“Tentu saja kamu……” Marvin Su menghembuskan napas berat. Ia ingin sekali ‘menghabisi’ Anggi Yang dengan ganas.

Mendengar ucapan Marvin Su, tak peduli apakah jawabannya benar atau tidak, Anggi Yang pun merasa lebih terangsang. Ia memiliki sifat yang berani dan terbuka, paling suka mendengar ucapan yang menggoda hatinya. Di saat ini, di balik pengetahuan sahabatnya itu ia menggoda adik iparnya dan menanyakan pertanyaan yang ambigu. Ia benar-benar merasa itu semua sangat menyenangkan.

Di bawah kondisi yang mendebarkan ini, Marvin Su bisa merasakan bahwa Anggi Yang juga mulai bereaksi.

Ia merasa putingnya mulai tegang. Ia mencubit pelan, ternyata malah semakin lunak.

Sedangkan satu tangan yang lain menekan bagian bawah Anggi Yang. Marvin Su merasakan jemarinya yang semakin panas, dan seiring dengan gesekan-gesekan yang ia berikan, semakin lama semakin basah.

“Bajingan kecil, kakak akan lemas dibuatmu.” Rangsangan dari hati dan kelaminnya itu membuat Anggi Yang langsung merasakan rasa keenakan seperti ini.

Rasa enak Marvin Su belum datang. Ia mengenakan celana, duduk bersebelahan dengan Anggi Yang di atas sofa. Sebenarnya ini karena masalah posisi yang kurang pas sehingga Anggi Yang tidak dapat dengan nyaman membuatnya enak bagaimanapun caranya.

Di sisi lain, melihat rupa Anggi Yang yang mempesona itu, Marvin Su semakin panas.

“Seberapa lemas?” Tangan Marvin Su terus menggesek di bagian bawah Anggi Yang dan sekarang ia menambah kecepatan.

Tak tahan, Anggi Yang pun menjerit ‘aduh’, lalu ia segera menggigit bibirnya. Alis hitamnya mengerut, lalu badannya mulai bergetar hebat.

“Ah! Uh……”

Anggi Yang merapatkan kedua kakinya. Ia menghela napas panjang, lalu dengan mata indahnya ia menatap Marvin Su sambil berkata manja: “Bajingan kecil!”

Meskipun Marvin Su tidak merasakan kenikmatan hingga airnya menyembur, tetapi melihat Anggi Yang yang cantik menjadi lemas karena dimainkan olehnya, hatinya pun dipenuhi rasa kebanggaan yang amat sangat.

Ini adalah sebuah kehebatan ‘permainan tangan’. Dalam ilmu psikologi, perasaan puas ini sama dengan jika diri sendiri terpuaskan.

Setelah itu, Marvin Su melihat ke arah dapur karena suara ‘aduh’ yang dikeluarkan Anggi Yang memang sedikit keras. Ia takut hal ini didengar oleh Fenny Liu.

Akhirnya, saat itu juga Fenny Liu pun menoleh dan melihat Marvin Su, lalu berkata: “Marvin Su, belilah sebotol saos hoisin dan 2 bawang bombai di supermarket depan perumahan. Nanti semuanya akan dipakai……”

“Oh, baiklah.” Jawab Marvin Su. Ia bergegas menaikkan ‘adik’ kecilnya. Dengan begitu, ‘adiknya‘ tidak akan terlihat begitu menonjol saat ia berdiri!

Melihat gerakan Marvin Su, Anggi Yang lagi-lagi tertawa manja. Payudaranya yang bulat bergetar tak menentu, membuat Marvin Su marah: “Masih bisa tertawa, aku sudah membuatmu kenyang......“

“Melihat dirimu yang bersedih hati ini......Tunggu ada kesempatan, aku akan melayanimu dengan baik, bagaimana?“ Anggi Yang melempar pandangan genit kepada Marvin Su.

Kedua orang itu berbicara dengan suara yang sangat pelan, apalagi jarak antara dapur dan ruang tamu cukup jauh sehingga mereka tidak khawatir percakapan mereka akan terdengar oleh Fenny Liu.

“Baik, sampai pada saatnya kamu jangan ingkar janji!” Hati Marvin Su pun gembira, lalu bergegas pergi.

Setelah Marvin Su pergi, Anggi Yang memasukkan tangannya ke dalam rok untuk merapikan celana dalamnya. Bajunya sudah lengket-lengket akibat reaksinya sendiri, sungguh tidak nyaman.

Ia melihat sekilas Fenny Liu yang masih sibuk, lalu pergi ke toilet untuk mengambil tisu dan menyekanya. Setelah itu, barulah ia keluar untuk membantu Fenny Liu.

“Untuk apa kamu kemari?” Tanya Fenny Liu melihat Anggi Yang datang. Lalu, ia berkata: “Bahan makanan ini tidak sulit untuk dimasak. Aku sendirian saja bisa, kamu menonton televisi saja.”

“Kamu masih menganggapku orang lain?” Anggi Yang tertawa. Ia memegang wajah Fenny Liu dan menciumnya, lalu berkata: “Aku tidak semalas itu. Mari kita buat sama-sama......“

Bicara tentang Marvin Su, baru saja ia membeli bumbu-bumbu, ia melihat sepasang kekasih yang sedang bercumbu di depan rumah.

“Ah, aku juga tidak tahu kapan aku bisa punya kesempatan untuk Anggi Yang melayaniku sampai puas......“ Terpikir akan hal ini, Marvin Su pun gundah.

Di hari-hari biasa, dirinya harus sekolah, Anggi Yang juga harus berangkat kerja, ditambah dengan hubungannya yang baru saja terjalin dengan Siva Zhao. Pastinya Hari Senin sampai Rabu tidak mungkin ada waktu lagi.

Untuk Hari Sabtu dan Minggu, ia harus pergi ke rumah kakak sepupunya. Kalaupun Anggi Yang datang, tetap saja tidak akan leluasa.

Begitu lamanya tersiksa karena kondisi hubungan tanpa status ini membuat Marvin Su benar-benar ingin melakukan hubungan seksual itu satu kali. Kalau tidak, ia khawatir setiap kali Anggi Yang membuatnya sangat cemas dan gelisah ini akan berpengaruh pada kesehatan psikologinya.

Ia menenteng saus hoisin dan bawang bombai yang sudah dibeli. Sesampainya di rumah, Fenny Liu dan Anggi Yang sudah selesai merebus kepiting dan udang.

Kepiting dan udangnya direbus tanpa bumbu apapun. Setelah selesai, barulah menyiapkan bumbu tambahan yang akan digunakan pada saat makan. Melihat kepiting-kepiting yang sangat besar dan udang yang panjangnya lebih dari 10 cm itu, membuat Marvin Su menggerak-gerakkan jari telunjuknya.

“Lihat wajahmu yang begitu rakus, kemari tumbuk beberapa bawang putih.” Kata Anggi Yang melihat Marvin Su.

Marvin Su juga tidak banyak bicara. Ia pun menurut dan pergi membantu, sedangkan Fenny Liu malah tertawa sambil berkata: “Kamu duduk saja dan tunggu sampai hidangan siap dimakan. Kamu cuma disuruh-suruh!”

Setelah semuanya sudah selesai dipersiapkan, ketiga orang tersebut duduk di kursi makan dan bersiap untuk makan. Fenny Liu dan Anggi Yang duduk bersebelahan, sedangkan Marvin Su duduk di sisi meja yang lain. Ia melihat Fenny Liu mengambil satu ekor udang besar, lalu meletakkannya ke atas piring Marvin Su sambil berkata: “Cepat makan.”

“Iya.” Marvin Su menganggukkan kepala. Baru saja ia akan mengupas kulit udang, ia merasakan ada sebuah kaki lembut yang menjulur ke antara kedua kakinya, lalu menginjak bagian tengah kakinya itu.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu