Pejuang Hati - Bab 80 Kedatangan Polisi
"Ya...pil penenang...Tidak, itu tidak berbahaya." saat ini Michael Wang sudah tidak memiliki keangkuhan seperti tadi lagi, mau tidak mau dia harus mengatakan yang sebenarnya.
"Bagaimana bisa dia tertidur dengan begitu pulas? Jika itu adalah pil tidur yang umum, dia pasti akan bangun ketika kamu menembak." Marvin Su terus bertanya.
Michael Wang menjelaskan: "Ini semua karena...efek dari jenis pil tidur ini lebih kuat, se...sehingga dia akan sedikit lebih terlelap, tentu saja... ia tidak apa-apa."
Melihat penjelasan Michael Wang, Marvin Su mau tidak mau harus terlebih dahulu mempercayainya, kemudian Anggi Yang pun segera melaporkan kasus ini kepada polisi.
Untungnya, sebelum Anggi Yang menelepon polisi, ada seseorang di sekitar apartemen telah terlebih dahulu melaporkannya ke pihak polisi, sehingga kedatangan polisi ke tempat kejadian itu terasa lebih cepat. Marvin Su pun segera menyerahkan pistol, ia pun diborgol dan dibawa pergi oleh pihak polisi.
Fenny Liu yang masih dalam keadaan tidak tersadarkan diri, pun ditemani oleh Anggi Yang.
Karena kasus ini melibatkan nyawa dari salah satu pihak, sepanjang malam ini ada beberapa orang yang diminta oleh pihak polisi untuk diinterogasi lebih lanjut, sedangkan Marvin Su dan Olga Wang masing-masing mengerti bahwa mereka adalah korban dari kasus ini, sehingga mereka diminta untuk membicarakan semua hal yang terjadi secara sistematis dan terperinci.
Michael Wang sudah lama menjadi sasaran utama dari penyelidikan polisi, hanya karena dia memiliki banyak tipu muslihat, perempuan seperti Nina Zhang dapat ia kendalikan dengan hebat. Selain itu, perempuan-perempuan sepertinya akhir-akhir ini cenderung menyukai pesta pora di club malam serta berada di dalam lingkungan yang buruk, inilah yang menyebabkan pihak polisi sulit mendapatkan barang bukti.
Setelah melalui beberapa proses penyelidikan, Marvin Su dan yang lainnya dibebaskan pada sore hari berikutnya.
Dikarenakan Martin Su yang telah bertobat dari kesalahannya serta dikabarkan bahwa pria itu telah meninggal, ia pun segera mengabari Rina Chen untuk datang ke kota agar mayatnya segera dikebumikan.
Adapun sertifikat kepemilikan properti yang ditemukan di pihak Michael Wang akan dikembalikan langsung ke pihak Fenny Liu. Selain itu, Nina Zhang dan yang lainnya secara bertahap telah ditangkap oleh pihak polisi. Nyatanya, bukan Michael Wang sendiri yang menjual mereka, tetapi orang bawahan dari Michael Wang.
Michael Wang dijatuhkan hukuman mati, sedangkan untuk orang bawahannya untuk dijatuhi hukuman yang lebih ringan, sekarang semua tindakan Michael Wang telah terkuak.
Akhirnya, dengan bantuan dari Ketua Wang, Martin Su, Olga Wang dan yang lainnya mendapatkan medali sebagai warga kota terbaik dan menjadi orang yang dibanggakan di sekolah untuk sementara waktu.
Setelah itu, Olga Wang dan seorang teman kelasnya pun kembali ke sekolah. Hal pertama yang terlintas di pikiran Martin Su saat baru keluar dari kantor polisi adalah mencari Fenny Liu dan Anggi Yang.
"Kakak ipar, Kak Anggi." Setelah Marvin Su kembali ke rumah Anggi Yang, dia melihat mereka berdua, tersenyum sambil menggaruk kepalanya.
"Dasar bocah kecil." Setelah melihat Marvin Su, Anggi Yang juga tersenyum dan berkata, "Lihatlah penampilanmu yang kotor ini, lebih baik kamu pergi mandi dulu. Hari ini kakak akan memasak makanan yang enak untukmu."
"Terima kasih, Kak Anggi." Marvin Su tersenyum dan kemudian melihat ke arah Fenny Liu.
Awalnya Fenny Liu dalam keadaan tidak tersadarkan diri, ketika dia sudah tersadar, Anggi Yang segera memberitahu Fenny Liu segala sesuatu yang telah terjadi.
Dia tahu bahwa kali ini dia diselamatkan kembali oleh Marvin Su, ia masih rela mengorbankan nyawa untuk menyelamatkan dirinya. Ketika pandangan mata Marvin Su tertuju padanya, Fenny Liu langsung melentangkan tangannya dan bergegas menuju ke arah Marvin Su.
Tidak pernah terpikirkan oleh Marvin Su bahwa Fenny Liu akan memeluknya di depan Anggi Yang, setelah ia tersadar, dia tersenyum sambil memeluk Fenny Liu dan berkata dengan pelan, "Kakak ipar..."
"Kakak ipar?" Anggi Yang merasa iri, ia berdiri di samping dan berkata: "Jika kalian tetap menjadi kakak dan adik ipar, saya seperti orang yang menyukai berondong saja..... ckckck, Fenny, kamu sangat beruntung ya!"
Setelah insiden ini, kesan Anggi Yang terhadap Marvin Su sudah semakin membaik, jika bukan karena Fenny Liu yang menyukainya, Anggi Yang mempunyai pemikiran untuk dapat hidup bersama Marvin Su selamanya.
"Mengapa kamu malu?" Fenny Liu tidak tahu bahwa Anggi Yang dan Marvin Su sudah pernah beberapa kali hubungan intim. Melihat Anggi Yang berkata demikian, dia berpikir dia sedang mentertawakan dirinya sendiri, tidak lama kemudian, wajahnya pun memerah.
"Untuk apa kamu malu, beranilah sedikit!” Anggi Yang tersenyum, dan mengecup Marvin Su di depan Fenny Liu, kemudian berlari dengan cepat ke arah dapur .
Marvin Su terdiam, dalam hatinya ia merasa panik, dan ia pun dengan sekilas melihat Fenny Liu .
Akibatnya, wajah menawan Fenny Liu juga terlihat sedikit memerah. Awalnya dia terharu, sehingga mengambil inisiatif untuk lebih duluan memeluk Marvin Su. Sekarang dia merasa malu karena Anggi Yang telah meninggalkan mereka berdua saja. Dia bukanlah wanita yang berani layaknya Anggi Yang, kemudian dia pun berkata sambil tersipu malu: "Kamu pergi mandi dulu saja, aku akan pergi membantu Anggi memasak."
Setelah selesai berbicara, Fenny Liu dengan cepat melarikan diri ke dapur. Setelah dia masuk, kedua wanita itu segera menutup pintu kaca, dan kemudian saling membisikkan sesuatu.
Untuk sesaat, Marvin Su memiliki perasaan bahwa kedua wanita itu akan mencintainya dalam waktu bersamaan, tetapi dia tahu dengan jelas bahwa tadi Anggi Yang hanya berpura-pura berani saja. Namun jika hal itu menjadi kenyataan, kedua wanita itu pasti tidak bisa menerimanya
Tapi namanya juga pria, para pria selalu suka berfantasi mengenai hal ini. Ketika Marvin Su dan Siva Zhao bersama-sama, mereka telah memainkan segalanya, hanya saja mereka tidak melakukan hubungan intim. Sekarang, ia melihat tingkah Fenny Liu dan Anggi Yang sedang berbisik, dan kemudian berpikir tentang kecupan yang tadi telah diberikannya, dan sekarang ia merasa bernafsu.
"Hmph, lebih baik aku pergi mandi dulu, menunggu lama di kantor polisi membuatku menjadi bau!" Marvin Su menghela nafas dan segera pergi ke kamar mandi.
Setelah masuk ke kamar mandi, ia baru menyadari, ternyata ada dua celana dalam seksi yang menggantung di tali jemuran. Dia tidak tahu apakah itu milik Anggi Yang atau Fenny Liu, melihat kondisinya, celana dalam tersebut masih dalam keadaan sangat basah, terlihat seperti baru selesai dicuci.
Melihat ini, Marvin Su tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekatkan hidungnya serta menghirupnya dengan dalam, ada sejenis aroma yang terhirup ke dalam hidungnya.
"Hmm....Meskipun ini telihat sedikit mesum, tapi saat ini...cukup sulit untuk menahannya." Marvin Su berpikir dalam hatinya. Tanpa sadar, tangannya pun mengarah pada dua celana dalam tersebut.
Marvin Su memegang dua celana dalam itu, ia mulai membayangkan Anggi Yang dan Fenny Liu bersama-sama di tempat tidur dengannya, tidak lama kemudian, ia pun mulai bersemangat.
……
Dengan mengikuti gerakan lambat di tangan kiri dan kanan, ... melakukan ulang gerakan tersebut... terkadang cepat, terkadang lambat, dalam waktu yang cukup lama, akhirnya Marvin Su mengeluarkan suara desahan yang menandakan ia telah lega, dan kemudian menyemprotkannya pada dua celana dalam tersebut.
Kemudian, Marvin Su menghela napas dengan keras, ia pun segera mencucinya dengan shower mandi, dan menempatkannya kembali ke tali jemuran.
"Whoo." Setelah semuanya selesai, Marvin Su pun mulai membersihkan tubuhnya. Kemudian, saat dia ingin memakai pakaian, Fenny Liu dengan lembut mengetuk pintu kaca.
"Marvin Su, kami telah mempersiapkan pakaian bersih untukmu. Pakaian kotor taruh saja di mesin cuci." Fenny Liu berkata lembut dari luar pintu.
Mendengar suara Fenny Liu, Marvin Su dengan cepat membuka pintu, dan terlihat bahwa dia sedang berdiri di depan pintu dengan satu set pakaian di tangannya, Marvin Su tidak peduli apakah dia telanjang atau tidak, ia langsung membuka lebar pintu.
Wajah Fenny Liu seketika berubah menjadi merah, ia pun segera membalikkan badan.
Marvin Su terdiam untuk sesaat, dia seolah-olah bertindak terlalu terburu-buru, dia pun segera menutup pintu lagi dan membuka sedikit celah untuk mengambil pakaiannya.
Ketika Marvin Su menutup pintu dan memakai pakaian, dia mengatakan kepada dirinya sendiri, "Huft, jika saja kakak iparku seperti Kak Anggi pasti akan lebih menyenangkan lagi. Jika yang di depan pintu tadi ialah Kak Anggi, dia pasti akan langsung memelukku dan menciumku..."
Novel Terkait
Meet By Chance
Lena TanHidden Son-in-Law
Andy LeeEverything i know about love
Shinta CharityCinta Tak Biasa
SusantiBack To You
CC LennyPria Misteriusku
LylyMy Enchanting Guy
Bryan WuPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)