Pejuang Hati - Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
Kembali ke tempat duduk, Fenny Liu memandang gelas yang berisi anggur merah itu, kelopak matanya berkedut pelan.
Pil itu bereaksi instan, dan sekarang telah hilang tak kelihatan lagi, meskipun begitu, hati Martin Su terus berdetak kencang ketika melihat Fenny Liu yang terus menatap gelas anggur itu.
"Fenny, mari kita minum sedikit?" Martin Su merasa sedikit gugup, tetapi wajahnya berusaha berkata dengan tetap tenang.
Fenny Liu mengangguk pelan lalu mengambil gelas anggur ….
"Bersulang, semoga kelak kamu bisa hidup sesuai dengan keinginanmu, dan semoga kelak kita … tetap menjadi teman." Kata Martin Su tiba-tiba.
Fenny Liu mengangguk dan berkata: "Bersulang."
Mengangkat gelas panjang bertangkai itu dan meletakkannya di bibir merahnya, Fenny Liu meminum seteguk dan ketika anggur merah itu masuk ke dalam mulutnya, Fenny Liu hanya merasa sedikit asam, tapi ketika dia menelannya, rasanya sangat lembut.
Biasanya dia sangat jarang minum alkohol, tetapi karena anggur merah bagus untuk kecantikan, jadi dia sesekali juga minum sedikit.
Mata Martin Su hampir melotot besar melihat Fenny Liu menelan anggur merah tersebut, hanya seteguk kecil saja, Martin Su juga tidak tahu apakah obat itu akan bereaksi atau tidak, hanya bisa melanjutkan pembicaraan: "Ayo, minum seteguk lagi."
Fenny Liu tidak menolak.
Kemudian, keduanya mengobrol selama beberapa menit, Fenny merasa waktunya hampir sampai dan berkata: "Martin Su, sudah hampir waktunya, ayo pergi …."
Martin Su melihat wajah Fenny Liu yang hanya sedikit memerah, dan tidak terjadi keadaan yang membingungkan, membuatnya langsung mengerutkan kening, berkata dalam hati, atau mungkin reaksi obatnya bersaturasi dengan alkohol?
Dan Fenny Liu saat ini merasakan tubuhnya sedikit panas, dia pikir ini mungkin karena pengaruh dia minum alkohol, ditambah sebelum datang ke sini dia sempat bermain-main dengan Anggi Yang dan masih mengatakan bahwa dirinya mulai berpikir aneh.
Pada saat ini, yang ada di pikiran Fenny Liu adalah gambar dirinya yang sedang berciuman dengan Anggi Yang.
"Fenny." Martin Su mencoba berkata: "Itu … apakah kamu sudah kenyang?"
"Ya." Fenny Liu mengangguk dengan lembut dan berkata: "Sudah kenyang, aku harus pulang, Anggi akan khawatir jika sudah terlalu malam."
Sambil berbicara, ketika baru mengingatnya, Fenny Liu langsung ingin bangkit berdiri, tubuhnya sedikit bergoyang, Martin Su melihat keadaan lalu merasa sangat senang, langsung bergegas merangkul pinggang rampingnya Fenny Liu, berbisik: "Kamu mabuk."
Kening Fenny Liu mengerut, pada dasarnya dia merasa sangat kesal karena dipeluk oleh Martin Su, tetapi tidak tahu mengapa datang sebuah perasaan aneh dari tubuhnya.
Keadaan ini tidak seperti mabuk, Fenny Liu tahu itu, lalu terus pergi menjauh dari Martin Su, berkata dengan bingung: "Kamu … kamu beri aku minum apa?"
"Anggur merah." Martin Su tahu jika Fenny Liu sudah mulai bereaksi, tetapi tidak berani mengatakan hal sebenarnya di tempat umum, hanya bisa berkata dengan bingung: "Apa yang terjadi padamu, wajahmu sangat merah, apakah mabuk?"
Beberapa waktu ini, Martin Su sudah melihat banyak penipuan seperti perubahan hubungan manusia dll, dan sekarang sangat hebat dalam berbohong, ditambah Fenny Liu sudah sedikit tidak nyaman, jadi ketika melihat sosok Martin Su, masih berkata jika dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi.
"Mungkin juga …." Fenny Liu juga tidak berani memastikan, dia mengambil sebuah barang dan memukul kepalanya, berkata: "Kamu … antar aku pulang."
"Oh." Martin Su berpura-pura setuju dan memapah Fenny Liu keluar.
Di sisi lain, Anggi Yang terus tidak bertemu dengan Marvin Su, dan terus menerus berkeliaran di sekitar pintu Restoran Barat sampai menarik perhatian dua pria gagah, hatinya sedikit terkejut dan langsung bergegas pergi.
Begitu berjalan, kedua pria gagah itu merasa ada sesuatu yang aneh, jadi mereka berjalan ke arah Anggi Yang.
"Halo, Nona." Setelah seorang pria gagah itu menyusul, menghalangi jalannya Anggi Yang.
Anggi Yang berjalan balik, dan ternyata jalan di belakang juga dihalangi, dia secara tak sadar langsung melindungi dadanya dengan kedua tangan, lalu melihat ke kiri dan ke kanan, berkata: "Apa yang ingin kalian lakukan?"
"Kamu juga ingin melakukan apa?" pria gagah itu memandang Anggi Yang seperti tersenyum tetapi juga seperti tidak tersenyum, lalu bertanya: "Kamu sepertinya terus mengawasi kami?"
"Tidak ada …." Di pikiran Anggi Yang hanya ingin meludah, berkata: "Aku sedang melihat ke pintu restoran, siapa yang menyuruh kalian terus berdiri di sana juga."
"Oh? Apa yang kamu lakukan untuk terus menatap pintu restoran?" pria gagah itu terus bertanya.
"Aku ada janji bersama adikku untuk datang makan, jadi aku terus menatap pintu masuk, melihat apakah dia sudah datang atau belum." Anggi Yang terus mengulur waktu.
"Benarkah?" pria gagah itu melirik Anggi Yang dari atas rambut sampai ke bawah kaki beberapa kali, dan berkata: "Siapa nama adikmu?"
"Namanya … Su, Marvin Yang." Anggi Yang langsung dengan cepat mengubah kata-katanya.
Begitu merubah kata-kata, kedua pria itu langsung curiga, ketika siap melanjutkan pemeriksaan, Martin Su telah memapah Fenny Liu keluar, dalam hati Anggi Yang berteriak keras ketika melihat keadaan, dan ketika kedua pria itu melihatnya, mereka langsung tergesa-gesa berbalik untuk menjemput Fenny Liu.
Saat ini kesadaran Fenny Liu semakin dangkal, dan dipapah masuk ke dalam mobil oleh Martin Su, Anggi Yang melihat dengan kepala matanya sendiri, namun sekarang dia telah menarik perhatian kedua pria gagah, sehingga tidak bisa langsung berbicara, hanya bisa terus mengirim pesan kepada Marvin Su.
Kemudian, mobil itu pun membawa pergi Fenny Liu, saat ini hati Anggi Yang sangat cemas dan langsung bergegas mengendarai mobil untuk mengejar mereka.
Dan ketika mobil baru dinyalakan, dia pun melihat Marvin Su yang datang membawa dua orang, lalu dia buru-buru melambaikan tangan agar Marvin Su dan yang lain naik ke atas mobil, dirinya baru menginjak pedal gas dan segera mengikutinya.
Mobil di depan melaju dengan sangat cepat, setelah berbelok ke kiri dan ke kanan, kira-kira butuh waktu sekitar sepuluh menit lebih baru sampai di sebuah gedung apartemen.
Marvin Su melihat mobil di depannya, berkata dengan marah dan kesal: "Kak Anggi, orang yang membohongi kakak ipar adalah Martin Su?"
Pada saat ini, dia tidak memanggil dengan sebutan kakak sepupu Martin Su lagi, bagaimanapun Marvin Su tidak akan menyangka jika Martin Su dapat melakukan hal lebih keji dari binatang, bisa-bisanya memiliki ide terhadap Fenny Liu.
"Benar." Kata Anggi Yang dan kemudian memarkirkan mobil di tempat lain.
Setelah Marvin Su mendengar kata-kata ini, dia ingin sekali melemparkan pukulan keras untuk menghilangkan kebenciannya, setelah mobil di parkirkan, melihat mobil itu saat ini, seorang pria gagah bersama Martin Su sedang memapah Fenny Liu masuk ke dalam apartemen.
"Bergerak!" Marvin Su berteriak keras, lalu mengeluarkan setengah dari pipa baja dari lengan bajunya dan bergegas pergi mendekatinya.
Ketika Olga Wang dan seorang teman kelasnya melihat situasi ini juga langsung mengeluarkan pipa baja dan pergi ke sana, tiga orang ini sama-sama dari tim bola basket dengan tubuh tinggi besar, dan mereka biasanya sangat jarang melakukan tabrakan dengan orang lain ketika bermain bola, ditambah Olga Wang melihat Anggi Yang cantik dan mempesona, semakin mengganas ketika ingin memperlihatkan kekuatan di hadapan wanita cantik.
Setelah mereka bertiga maju mendekat, Olga Wang dan seorang teman sekelasnya langsung meraih tubuh pria gagah itu, dan Marvin Su langsung menghadapi Martin Su, berkata dengan menggertakkan gigi: "Ternyata … benar-benar dirimu!"
"Marvin Su?" Martin Su tertegun sejenak, dan sedikit kebingungan.
Dalam waktu begitu lamanya, untuk pertama kalinya Marvin Su bertemu dengan Martin Su, hanya merasa dia berubah lebih kekar dan lebih dewasa, tetapi ketika dia melihat Martin Su memperlakukan Fenny Liu seperti ini, perasaan jijik dan asing tiba-tiba memenuhi hatinya.
"Lepaskan dia." Kata Marvin Su menghadap Martin Su sambil mengangkat pipa baja.
Novel Terkait
After The End
Selena BeeDark Love
Angel VeronicaHarmless Lie
BaigeAir Mata Cinta
Bella CiaoMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Pejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)