Pejuang Hati - Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
“Kakak ipar, apakah kamu serius ingin aku pergi?” Martin Su bertanya sekata demi sekata.
Melihat mata Marvin Su yang sudah memerah, sepertinya dia sedang menahan air matanya supaya tidak keluar, Fenny Liu juga tidak tega melihat dia seperti itu, tetapi dia masih bersikeras: “Kita… perlu waktu untuk saling menenangkan diri.”
“Baik lah.”
Marvin Su menggertakkan gigi dan berkata: “… Malam ini, aku akan menemani mu sampai Kakak sepupu pulang. Jika dia tidak mengatakan apa-apa, maka besok pagi aku akan pergi dari sini. Tapi kalau bukan begitu … maka aku sendiri yang akan bertanggung jawab atas semua masalah ini.”
Setelah berbicara, Marvin Su langsung bangkit dan kembali ke kamar. Dia menghentakan pintu kamarnya , dia memisahkan dirinya dari Fenny Liu.
Melihat bayangan Marvin Su yang pergi meninggalkannya, Fenny Liu juga merasa menderita. Di dalam kepalanya tiba-tiba terbayang satu kalimat “Ketika membuat keputusan dengan penuh keraguan, maka akibatnya adalah bencana” Seketika Fenny Liu mengurungkan niatnya untuk menghibur Marvin Su .
Setelah berada di kamar, Marvin su merasa dunia ini begitu gelap, semua dan semuanya tampak terlalu dramatis.
Waktu makan malam sudah tiba, Fenny Liu memanggil Marvin Su keluar untuk makan malam.
Setelah mendengar suara Fenny Liu, seketika dia merasa sangat sedih, tetapi dia masih menjawab : “Aku tidak lapar.”
“Tidak lapar juga harus makan sedikit, kalau tidak kamu bisa terkena sakit maag” kata Fenny Liu dengan suara yang lembut.
Marvin Su melihat Fenny Liu begitu perhatian, dia semakin merasa tidak nyaman, dia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan diam diam ke arah pintu, mencoba mendengar suaranya lebih jelas.
“Marvin Su?” Panggil Fenny Liu.
Hanya terhalang satu pintu saja, suara Fenny Liu terdengar begitu jelas.
Marvin Su masih tetap tidak ingin keluar dari kamar, karena setiap kali Fenny Liu memanggil namanya hatinya Marvin Su berdetak sangat kencang.
Ingin rasanya dia keluar dari kamar dan memeluk Fenny Liu dengan erat, ingin rasanya memberitahu dia bahwa dirinya begitu peduli kepada dia, begitu cinta kepada dia … Walau pun tidak melakukan tindakan yang sangat intim, biarkan dia untuk memeluknya, hanya itu saja keinginannya saat ini.
Tapi pikiran rasional tetap memberitahunya, dia seharusnya bersikap tenang, ketika besok ia pergi, maka semua masalah akan terselesaikan.
....…
Hari sudah mulai larut malam, Kakak sepupu masih belum pulang juga, sambil menunggu Marvin Su berguling-guling di atas tempat tidurnya, dan akhirnya ia sampai ketiduran.
Dikarenakan ada sesuatu di hatinya, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, dan keesokan paginya dia bangun sangat awal.
Dia berjalan dengan diam-diam ke arah ruang tamu, dan melihat di rak sepatu tidak ada sepatu Kakak sepupu, “Dia seharusnya belum pulang” Marvin Su berkata di dalam hati dan menghelakan napas lagi.
Setelah itu dia secara diam-diam berjalan ke depan pintu keluar, Marvin Su memakai sepatunya, lalu merayap membuka pintu dan pergi.
Sama seperti minggu lalu, di dalam hatinya penuh dengan ketidakrelaan. Tapi kali ini lebih tragis, karena sikap Fenny Liu, kelihatannya hubungan mereka berdua sudah tidak ada harapan lagi.
Ketika dia berjalan sampai di luar komplek, Marvin Su memanggil sebuah taxi untuk kembali ke sekolahnya, tiba-tiba suara dering ponselnya berbunyi, ternyata panggilan dari Fenny Liu.
Marvin Su lanngsung menolak panggilan dari Fenny Liu dan mengirimkan pesan ke dia, bahwa dia sudah mau kembali ke sekolah.
Tetapi begitu telepon ditutup, Fenny Liu menelpon lagi, berulang kali samapi tiga kali, dan pada akhirnya Marvin Su pun mengangkat panggilannya dan menjawab: “Kakak ipar … ”
Sebisa mungkin untuk berpura-pura seperti biasanya.
“Mengapa kamu pergi tanpa pamitan dulu?” tanya Fenny Liu dengan suaranya yang lembut.
Marvin Su sambil tertawa dan menjawab: “Bukankah ini yang kamu mau?”
Mendengar perkataan dari Marvin Su, Fenny Liu merasakan sakit di hatinya, tetapi dia masih menjelaskan dengan serius: “ Marvin Su, Kakak ipar selalu menggangap kamu seperti adik sendiri … bahkan sampai detik ini, Kakak ipar tidak pernah menyalahkan kamu.
Marvin Su terdiam dan tidak menjawab.
Fenny Liu melanjutkan: “ Masalah Percintaan, aku sendiri yang sudah berpengalaman pun masih tidak bisa mengendalikan perasaan ini, bagaimana mungkin aku bisa menyalahkan kamu? Kita berdua butuh waktu untuk menenangkan diri. Tunggu minggu depan, aku akan meminta Kakak sepupumu untuk menjemput kamu lagi.
Setelah Marvin Su mendengarkan pembicaraan dari Fenny Liu, dia baru bisa lega dan sudah tidak sesedih tadi, dia menjawab: “Iya” dan menutup telepon nya.
Sesampainya di sekolah, tidak sengaja bertemu dengan Siva Zhao, dia mengenakan gaun Panjang bermotif bunga dan dengan rias wajahnya yang putih dan lembut, dia sedang bersama dengan kedua teman baiknya.
Setelah melihat Siva Zhao, Marvin Su hanya tersenyum saja padanya, lalu pergi.
Tiba-tiba, Siva Zhao berlari ke arahnya, dengan raut muka yang memerah karena malu, berkata: “Marvin Su, hari ini ulang tahunku … apakah malam ini kamu ada waktu?
“Ah…?” Marvin Su terdiam sebentar, lalu melihat matanya Siva Zhao, Marvin Su dengan cepat menganggukan kepalanya dan menjawab “Ada… Aku ada waktu malam ini.”
“Kalau begitu aku akan menghubungi mu nanti malam.” Jawab Siva Zhao dengan perasaan yang senang lalu dengan muka memerahnya dia langsung pergi meninggalkan Marvin Su.
Marvin Su tidak berpikir terlalu banyak terhadapnya, dia dan Siva Zhao adalah teman sebangku, Hubungan kami juga sangat baik, setelah melihat dia pergi, Marvin Su memutar mutarkan bola matanya dan memutuskan untuk tidak tinggal di asrama dulu.
“Pergi ke acara ulang tahun orang, bagaimana pun harus menyiapkan sebuah kado ya!” Marvin Su berbicara sendiri.
Marvin Su pun segera pergi mencari kado untuk acara nanti malam, pada akhirnya melihat sebuah jam tangan, harganya berkisar sekitar dua ratusan RMB (sekitar 400 ribu rupiah), harganya tidak terlalu mahal, dan cocok untuk dijadikan kado ulang tahun.
Setelah Marvin Su selesai mencari kado, dia pun kembali ke asrama untuk tidur sebentar, sesampainya di depan pintu kamar, dia menempelkan telinganya ke pintu kamar untuk memastikan teman kamarnya Olga Wang tidak membawa pacarnya ke kamar, setelah itu dia baru berani mendorong pintu kamar dan masuk ke dalam.
Terpikir pada saat dimana pacarnya Olga Wang yang menatapnya dengan penuh kebencian, rasanya agak sedikit lucu.
Karena sedih dengan masalah Fenny Liu semalam, Marvin Su hampir tidak tidur sepanjang malam, dan sekarang ketika dia menyentuh tempat tidur, dia langsung tidur dengan lelap.
Ketika Marvin Su terbangun, waktu sudah pukul lima sore, dia segera berkemas-kemas untuk acara nanti malam, dan kebetulan Siva Zhao pun meneleponnya.
“Marvin Su… aku berada di restoran Yami, kamu datang kesini ya.” Kata Siva Zhao dengan suaranya yang lembut.
“Restoran Yami … Restoran Barat?” Marvin Su agak sedikit terkejut.
“Iya betul.”
“Oh, kalau begitu aku segera kesana.” Meskipun Marvin Su agak sedikit penasaran, tapi dia tidak lagi banyak bertanya dan langsung berangkat ke restoran itu.
Marvin Su mengira Siva Zhao akan masak atau membuat Hotpot atau sejenisnya. Tapi restoran Barat … mungkin Siva Zhao tidak banyak mengundang orang malam ini?
“Mungkin hanya dua teman baiknya saja yang diundang?” Marvin Su berpikir di dalam hati dan mempercepat langkah jalannya.
Restoran Yami tidak jauh dari sekolah, terutama restoran ini dibuka untuk komunitas pelajar, tidak lama kemudian, Marvin Su tiba dan masuk ke restoran. Dia begitu cepat menemukan keberadaan Siva Zhao.
Marvin Su melihat Siva Zhao hanya duduk sendirian di sana, dia merasa penasaran dan bertanya.: “Apakah yang lain masih belum sampai?”
“Malam ini … Hanya kita berdua saja.” Jawab Siva Zhao dengan muka yang sedikit memerah.
“Oh? Bukannya mereka bilang ada teman yang lain ….” Marvin Su sedikit terkejut, tetapi dia segera kembali seperti kondisi yang biasa. Di depan Siva Zhao, Marvin Su tidak segugup di depan Fenny Liu dan Anggi Yang.
“Siang tadi aku sudah makan bersama mereka, sekarang, aku hanya ingin merrayakan ulang tahunku bersama kamu.” Kata Siva Zhao dengan ekspresi muka yang sedkit malu.
Marvin Su merasa suka dan senang saat melihat penampilan Siva Zhao hari ini, teman satu mejanya ini juga luar biasa baiknya, dari badannya juga sangatlah luar biasa, hanya saja dulu dia terlalu memusatkan perhatiannya pada Fenny Liu, Jadi dia mengabaikan godaan dari Siva Zhao.
“ Nah, ini untuk kamu.” Marvin Su mengeluarkan kotak Jam tangannya dari sakunya.
“Wahh, masih ada kado?” kata Siva Zhao dengan ekspresi yang senang.
Marvin Su mengangguk dan memberikan kotak jam tangannya ke Siva Zhao, tetapi dia tiba-tiba berpikir, lalu dia membuka kotak jam tangannya, kemudian dia memegang jam tangan itu di tangannya sendiri, dan berkata: “ Siva Zhao, kemarikan tangan mu.”
Siva Zhao dengan muka yang memerah muda, dan mengulurkan tangan nya.
Melihat tangan kecilnya yang begitu putih, Marvin Su sedikt membungkukkan badannya dan dengan hati-hati memakaikan jam tangan itu ke pergelangan tangan Siva Zhao. Sepanjang proses itu, tidak dapat menghindaari gesekan tangannya, Marvin Su hanya merasa bahwa tangannya Siva Zhao begitu lembut, dan merasa sangat nyaman ketika menyentuhnya.
Setelah jam tangan selesai dipakaikan, Marvin Su pun bertanya : “Apakah kamu suka?”
“Suka” jawab Siva Zhao, dia serasa wajahnya panas seolah-olah terbakar api.
Kemudian, Marvin Su kembali ke tempat duduknya, dan mereka berdua mulai memesan makanan. Saat proses makan serasa penuh dengan perasaan kasih sayang.
Setelah ditolak Fenny Liu kemarin, Marvin Su merasa sangat kesal, tetapi sekarang tiba-tiba dia serasa dirinya mulai riang kembali. Lagipula hubungannya dengan Fenny Liu sudah tidak bisa diharapkan lagi. Jika dia menaruh seluruh perhatiannya pada Siva Zhao, mungkin itu bukan hal yang buruk.
Sedangkan Siva Zhao, dia sudah lama tertarik pada Martin Su, tetapi dia tidak berani mengatakan perasaan ini kepada Marvin Su. Pada saat hari ulang tahunnya dia baru memberanikan diri untuk mengajak Marvin Su untuk keluar bersama, dan akhirnya dia menyadari bahwa Marvin Su juga tertarik pada dirinya, di hati Siva Zhao serasa berbunga-bunga.
Melihat Siva Zhao hampir selesai makan, Marvin Su bertanya: “Setelah ini apakah kamu mau pergi menonton?”
Pria yang didambahkan mengajak dia untuk keluar menonton, bagaimana mungkin Siva Zhao bisa menolaknya, jadi dia hanya bisa mengangguk dan berkata: “Baiklah, aku ikut saja.”
Kelihatanya seperti burung yang sudah masuk ke dalam sangkar, melihat respon dari Siva Zhao, Marvin Su beriniatif untuk memegang tangannya Siva Zhao yang lembut itu, setelah membayar, mereka berdua lalu memanggil taxi untuk menuju ke bioskop.
“Marvin Su?”
“Iya, kenapa?”
“Tidak … Tidak apa-apa.”
Siva Zhao ingin memastikan apakah benar Marvin Su mempunyai perasaan yang sama dengannya, tapi pada akhirnya dia masih tidak berani untuk menanyakannya.
Martin Su tidak begitu banyak berpikir, hanya kelihatannya Siva Zhao ada sesuatu yang mau disampaikan tapi tidak bisa mengatakannya. Jadi dia mengulurkan lengannya dan memeluk pinggang Siva Zhao dan berkata: “Ada apa? Apa kamu menyesal mengajakku keluar?”
“Tidak sama sekali!” wajah cantik Siva Zhao sedikit memerah, lalu dia menyandarkan dirinya di bahu Marvin Su.
Ketika mereka sampai di bioskop, pas sekali film yang mereka mau tonton sebentar lagi akan mulai tayang, mereka segera membeli tiket lalu mengantri untuk masuk ke dalam ruangan bioskopnya.
Karena di malam hari, ruangan bioskop tidak banyak orang yang menonton, hanya ada beberapa pasangan yang tersebar di ruangan itu. Marvin Su tidak ada pengalaman membeli tiket, dia langsung saja memilih tempat duduk yang berada di tengah.
Pasangan yang lain lebih pintar, mereka semua memilih tempat duduk yang berada di pojok atas.
Film yang ditayangkan adalah tentang film kampus anak muda, di film itu kadang-kadang ada beberapa anak remaja yang diam-diam melakukan hubungan terlarang, Marvin Su sangat fokus melihatnya, Marvin Su tidak bisa menahan diri lalu memeluk Siva Zhao dengan erat.
Beberapa pasangan di sudut sudah mulai berciuman, dan bahkan ada pasangan yang sudah melonggarkan ikat pinggangnya lalu memasukan tangan ke dalam celananya.
Bahkan Marvin Su juga dapat mendengar suara desahan dari belakang, pada saat itu, dia juga ingin sekali mencobanya.
Tetapi Siva Zhao dan Fenny Liu dan juga Anggi itu berbeda, Siva Zhao sangat terlihat bahwa dia tidak berpengalaman, jika dia melakukan yang hal-hal yang aneh di sini, pasti akan membuat dia jijik padanya.
Marvin Su berusah payah untuk menahan dorongan hatinya, dia terlebih dahulu memegang erat tangannya Siva Zhao, lalu mengunakan jari-jarinya untuk bermain-main di telapak tangan Siva.
Siva Zhao merasa telapak tanganya agak geli, dan berbalik untuk melihat Marvin Su dan berkata: “Apa yang kamu lakukan??”
“Tidak apa-apa, aku rasa filmnya tidak sebagus kamu.” Kata Marvin Su
“Dasar.” Kata Siva Zhao dengan wajah yang memerah.
Marvin Su melihat dia sudah berhasil membuatnya tersenyum, lalu mendekatkan kepalanya ke Siva Zhao, dia merasakan Siva Zhao menarik napas dalam-dalam, dan kemudian menutup matanya yang indah itu.
Jauh lebih lancar dari yang dibayangkan, mungkin karena ruangan bioskopnya yang sedikit gelap, keberanian Siva Zhao jauh lebih besar. Marvin su melihat Siva Zhao tidak menolaknya, Marvin Su pun membuka mulutnya dan mulai menciumnya.
Novel Terkait
My Perfect Lady
AliciaMy Superhero
JessiAwesome Guy
RobinGet Back To You
LexyAwesome Husband
EdisonJalan Kembali Hidupku
Devan HardiLove From Arrogant CEO
Melisa StephaniePejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)