Pejuang Hati - Bab 11 Pertengkaran
Fenny Liu yang sekarang, sudah kehilangan nalar, semua yang dikatakan berasal dari pikirannya.
“Glekkk...” Menghadapi godaan dari Fenny Liu, Marvin Su menelan air liurnya sampai terdengar suara, setelah itu ia langsung memeluk Fenny Liu dengan tergesa-gesa.
“Fenny, apakah kamu ingin aku menciummu?” Fenny Liu berada di dekapan Marvin Su, dia bertanya dengan sedikit gugup.
Tapi Fenny Liu tidak menjawab, perkataan ngigau memang sepotong-sepotong, terkadang tiba-tiba mengatakan sesuatu, dan tiba-tiba berhenti berbicara, ini sangat normal.
Di telinga Marvin Su terdengar suara nafas Fenny Liu, ada sekidit bau arak dan tercium wangi, Marvin Su baru tahu, Fenny Liu benar-benar sudah tertidur.
Membolak-balikkan badan sepanjang malam, Marvin Su juga sedikit mengantuk, dia menguap tanpa sadar, melihat Fenny Liu yang tidur pulas, dia juga ikut tertidur.
……
Keesokan harinya, sewaktu Fenny Liu bangun, dia melihat dirinya berada di pelukan Marvin Su.
“Aaaaah...!!” Fenny Liu mengira, semalam setelah dia mabuk karena terlalu banyak minum, telah terjadi sesuatu dengan Marvin Su, tidak sempat berpikir panjang, dia langsung berteriak.
Ini sangat mengagetkan Marvin Su, awalnya yang masih tertidur, akhirnya terbangun karena kaget mendengar suara wanita yang sedikit nyaring itu.
Kondisi terhuyung-huyung, Marvin Su terkejut sampai jatuh ke bawah ranjang, menggosok kepala yang sakit dan mengucek telinganya, dia berkata dengan tidak puas: “Kakak ipar, kamu telah mengagetkan aku...”
“Marvin Su!” Fenny Su kelihatan bingung, berkata dengan sedikit manja: “Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kamu berada di tempat tidurku?”
“Kemarin malam kamu terlalu banyak minum, memeluk aku dan tidak membiarkan aku pergi... Juga, juga menyuruh aku mencium kamu.” Marvin Su menjelaskan.
Mendengar penjelasan Marvin Su, Fenny Liu mulai teringat kejadian tadi malam.
Pertama, dirinya dipaksa Direktur Li untuk minum sampai mabuk, selanjutnya ada Anggi Yang yang ingin mengantar dia, tetapi akhirnya didahului oleh Direktur Li.
Kemudian, Fenny Liu diajak Direktur Li untuk pulang bersama, saat Direktur Li mau mencium dirinya, dan bajingan itu hampir memperkosa dia. Marvin Su tiba-tiba muncul...
Teringat beberapa kejadian ini, muka cantik Fenny Liu mulai panas, yang lebih parah lagi adalah mimpi tadi malam, dia sepertinya bermimpi berhubungan intim dengan Marvin Su.
“Kakak ipar, kamu tidak apa-apa kan?” Melihat muka cantik Fenny Liu yang mulai merah, Marvin Su bertanya.
“Aaa??” Fenny Liu terlihat panik, segera menjawab: “Tidak ada masalah, tidak ada masalah.”
Melihat baju di tubuhnya masih utuh, dan melihat Marvin Su yang masih berpakaian, Fenny Liu tidak lagi berdebat panjang lebar, lagipula yang mabuk juga dirinya sendiri.
“Kakak ipar, butuh aku ambilkan air untuk kamu?” Marvin Su bertanya.
“Iya.” Mulut Fenny Liu terasa kering, sangat haus.
Suasana yang kaku mulai menghilang, setelah Fenny Liu minum air, dia merasa agak tenang.
Saat ini, Marvin Su mulai lapar, terdengar sedikit suara keroncongan dari perutnya.
“Bocah kecil, aku akan buatkan sarapan untuk kamu.” Fenny Liu memberikan senyuman, dia beranjak, dan mulai sibuk di dapur.
Suasana ini, sama seperti saat berduaan dengan istri sendiri, Marvin Su menghayal dengan perasaan yang indah, pada saat ia mau membantu di dapur, melihat kakak sepupu pulang dengan kondisi lelah, dia bersin, di tangannya masih ada barang yang terbungkus dengan kertas kraft.
Setelah Fenny Liu menanyakan bau apa ini, raut wajahnya langsung berubah: “Martin Su, apa maksud kamu?”
“Tidak, tidak ada maksud apa-apa.” Martin Su sedikit tidak enak hati dan berkata: “Pagi ini, Ibu menelepon, kemudian Bibi Zhang mengantarkan ini... Aku hanya sekalian bawa pulang.”
“Sekalian bawa pulang? Kantor kalian dan terminal bus sama sekali berlawanan arah, kamu bilang sekalian bawa pulang!?” Fenny Liu marah sampai tarik napas, dadanya yang padat berisi juga ikut membesar, dia sambil marah-marah sambil berkata: “Kamu tidak melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, kenapa tidak katakan sejujurnya kepada Ibu, semua orang mengira aku yang tidak bisa melahirkan, selalu suruh aku minum ramuan obat yang tidak jelas ini.”
Setelah Marvin Su melihat kakak ipar yang sedang marah, hatinya sangat jelas, mungkin karena efek tadi malam.
Kemarin malam Fenny Liu hampir diperkosa, Martin Su yang sebagai suami, hanya tahu lembur, jika tadi malam dirinya tidak sampai tepat waktu, tidak bisa membayangkan akan terjadi apa.
“Fenny, jangan ribut lagi...” Martin Su mengedutkan alisnya, dan melirik ke arah Marvin Su, mengisyaratkan Fenny Liu bahwa adik sepupunya masih di sana!
“Ribut?” Fenny Liu tersenyum dingin, membanting pintu dan kembali ke kamar.
Martin Su menarik napas dan mengeluh, saat masih ragu apakah harus masuk ke dalam kamar dan meminta maaf, handphonenya berdering.
“Halo?” Martin Su menjawab telepon.
Selanjutnya, sepertinya ada beberapa kata yang terdengar dari pihak yang menelepon, raut wajah Martin Su langsung berubah, berkata: “Apa? Rencana perusahaan kita sama dengan perusahaan lawan......... Ini tidak mungkin! Ok, ok, aku ke sana sekarang!”
Menutup telepon, Martin Su berkata kepada Marvin Su: “Bantu aku bujuk kakak iparmu!”
Selesai berbicara, Martin Su mendorong pintu dan langsung keluar, hanya ada Marvin Su yang berada di ruang tamu.
“Haizzz!” Marvin Su menghela nafas, berkata dengan dirinya sendiri: “Seandainya kakak ipar adalah istriku, akan lebih bagus, aku tidak akan membuat dia mendapat tekanan apapun.”
Lambat laun, perasaan cinta antara Fenny Liu dan Martin Su mulai menghilang, yang tersisa hanyalah status suami istri.
Saat ini, Fenny Liu teringat pandangan Marvin Su yang hangat, sepertinya hanya pandangan itu yang bisa membuat dirinya merasa sebagai wanita yang masih bugar.
Bahkan, masih ada sedikit jiwa muda.
“Kakak ipar.” Saat Fenny Liu duduk di tempat tidur dan masih dalam perasaan marah, Marvin Su diam-diam masuk ke dalam kamar.
“Dia sudah pergi?” Pertanyaan Fenny Liu.
Marvin Su menganggukan kepala, berkata: “Kantor Kak Martin sepertinya ada sedikit masalah.”
“Yang bermasalah adalah pernikahan dia.” Fenny Liu merasa sedih dan mengeluh, tiba-tiba, dia berniat untuk cerai.
Marvin Su cemberut, juga tidak tahu harus bagaimana menghibur kakak ipar. Dia juga tidak ingin melihat Fenny Liu meninggalkan kakak sepupu, karena dia takut dirinya tidak akan ketemu kakak ipar lagi.
Tetapi melihat kesedihan kakak ipar, Marvin Su juga merasa khawatir, dia hanya bisa mencoba berkata: “Kakak ipar, apakah kamu ingin...”
“Iya.” Fenny Liu memutuskan perkataan dia.
“Tidak boleh.” Marvin Su terkejut.
“Urusan orang dewasa, kamu tidak perlu ikut campur.” Fenny Liu berdiri, berkata: “Aku hanya tidak ingin menyia-nyiakan kehidupan ini, masa muda wanita, hanya sekali!”
“Tidak bisa.” Marvin Su mendengar perkataan Fenny Liu, dia semakin panik, dia tidak berpikir terlalu jauh: “Aku tidak merelakanmu!”
Fenny Liu tersenyum dan bingung, dia mengira perkataan Marvin Su hanya bertujuan membantu kakak sepupunya, tidak terpikirkan bahwa anak ini berniat lain.
Perkataan yang sudah tersampaikan, kemudian Marvin Su memeluk erat Fenny Liu, berkata dengan panik: “Kakak ipar, aku mengerti kakak sepupu tidak bisa memuaskan kamu, juga beberapa tahun setelah pernikahan kalian masih belum punya anak, kamu menanggung beban yang besar, dan kesepian...”
“Beberapa hal ini, aku bisa bantu kamu!” Napas Marvin Su mulai terengah-rengah, seolah kata-kata yang diucapkannya barusan sudah menggunakan seluruh tenaga dan keberanian dia.
Napas yang hangat, sangat terasa di muka merahnya Fenny Liu, sehingga dia merasa dirinya mulai mabuk lagi, bocah ini di saat empat tahun yang lalu, tingginya sudah melebihi satu kepala darinya, dia bukan anak kecil lagi.
Melihat pandangan Marvin Su yang bergairah dan ambigu beberapa hari yang lalu, teringat hubungan dinginnya bersama Martin Su, dan begitu banyak ikatan dalam hati akhirnya terlepas.
“Marvin Su...” Fenny Liu dengan pelan memanggilnya.
“Iya.” Marvin Su menelan air liurnya, dia memeluknya semakin erat.
“Cium aku.” Mulut merahnya Fenny Liu mulai terbuka sedikit, kedua lengannya sudah merangkul di leher Marvin Su, Saat ini, dia mulai terangsang.
Novel Terkait
Someday Unexpected Love
AlexanderPenyucian Pernikahan
Glen ValoraInventing A Millionaire
EdisonMeet By Chance
Lena TanThat Night
Star AngelMata Superman
BrickPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)