Pejuang Hati - Bab 30 Mawar
Melihat kepergian Anggi Yang, Ferdian Dong memukul kemudi mobilnya dengan keras, memarahi: "Sialan, bebek yang akan dimasak malah terbang."
Untuk membujuk Anggi Yang ke tempat tidur, Ferdian Dong membuat banyak pengorbanan, pertama-tama menggosoknya selama sebulan, ditambah berbagai hadiah berharga, uang, dan romansa, dan sekarang ia telah tiba di pintu hotel, Anggi Yang malah lari.
...
Di sisi lain, setelah Marvin Su mengirim Fenny Liu ke pintu gerbang, dia akan masuk. Fenny Liu berkata: "Kamu tidak perlu mengantar aku masuk. Tidak mudah untuk mendapatkan taksi saat ini. Kembali langsung ke sekolah saja."
Melihat kepergian Fenny Liu, Marvin Su menarik napas panjang.
Secara relatif, Marvin Su masih sangat rasional. Dia dapat dengan jelas mengetahui ketergantungan dan perlawanan Fenny Liu pada dirinya sendiri.
Jika dia memaksa Fenny Liu melakukannya ketika dia bingung, Marvin Su bukannya tidak mampu melakukannya, tetapi dia takut setelah melakukannya, hubungannya dengan Fenny Liu akan langsung berakhir begitu saja ... Seperti itulah, Marvin Su lebih suka memegang tangan Fenny Liu, bergandengan kemana-mana, terkadang kemesraan seperti ini juga sangat baik.
"Di dalam hatinya, masih ada masalah hati yang belum dibereskan. Sebelum dibereskan, hanya bisa saling menggoda saja, belum bisa melakukan hubungan yang lebih nyata," kata Marvin Su pada dirinya sendiri di dalam hatinya.
Segera, Marvin Su kembali ke sekolah.
Setelah seharian bersusah payah di luar, dia juga minum banyak bir tadi. Ketika dia akan tidur, seorang asing mengirim pesan: Apa yang kamu lakukan, penjahat kecil? "
Penjahat kecil? Panggilan ini membuat Marvin Su mengerutkan kening, seolah-olah tidak ada yang menyebut dirinya seperti itu, jadi dia mengembalikan pesan itu dan berkata, "Siapakah kamu?"
“Begitu cepat melupakan kakakmu? Untungnya aku meminta nomormu dari Fenny.” orang itu berkata secara mencela.
Melihat pesan ini, Marvin Su tahu bahwa orang ini adalah Anggi Yang, jadi dia senang di dalam hatinya dan terus membalas pesan: "Kakak Anggi, apakah kamu tidak bersama Ferdian Dong?"
"Baru saja putus, kakakmu ini akan menjadi milikmu mulai hari ini. Katakan pada kakakmu, apa yang kamu lakukan?" Tanya Anggi Yang.
"Di asrama ..." Setelah Marvin Su mengetik beberapa kata, dia menghapusnya dan mengubahnya menjadi: "Sedang merindukanmu, rindu yang sangat mendalam!"
“Tidak ada gunanya untuk berpikir, tapi sayangnya kamu ada di rumah Fenny, kalau tidak kakakmu ini akan menjemputmu, dan pergi ke hotel untuk biarkan kamu memikirkannya,” jawab Anggi Yang.
Melihat pesan ini, Marvin Su tiba-tiba tidak bisa mengendalikannya, dan langsung membalas: "Aku di asrama, aku tidak pergi ke tempat sepupuku."
Setelah beberapa detik, Anggi Yang langsung telepon.
Marvin Su sangat senang,dengan cepat ia menjawab, dan pada saat yang sama berkata: "Kak Anggi."
“Penjahat kecil, kenapa kamu kembali ke sekolah, dan tidak memberi tahu kepadaku sebelumnya.” Anggi Yang mengeluh.
“Oh, bibiku yang kedua datang, dan dia temani kakak iparku , jadi aku kembali.” Marvin Su kemudian menyusun alasan, karena keinginan Rina Chen untuk membiarkan Fenny Liu meminjam "kecebong kecil" darinya, dia tidak berani sembarangan bicara.
“Kalau begitu kakak jemput di sekolah ya?” Kata Anggi Yang.
"Tidak, tidak, kamu memberitahuku tempat itu saja, dan aku akan naik taksi untuk mencarimu," kata Marvin Su yang nakal.
Setelah mendengarkan, Anggi Yang terdiam selama dua detik, dan kemudian berkata dengan nada agak centil: "Yah ... tapi aku beritahu kamu sesuatu dulu ..."
“Apa?” Marvin Su bertanya dengan penasaran.
“Aku sedang datang bulan!” Yang Ming berkata dengan malu.
Dia berpikir bahwa Marvin Su ada di rumah Fenny Liu, jadi dia bersiap untuk mengirim pesan kepadanya untuk menggodanya. Ternayata, dia mengetahui bahwa Marvin Su ada di sekolah, dan dia juga mencari dirinya untuk "bercinta", jadi dia harus mengatakan yang sebenarnya.
“Ah?” Marvin Su hampir saja pingsan.
“Kenapa?” Anggi Yang mendengar nada bicara Marvin Su yang tak semangat, dan bertanya dengan berpura-pura marah, “Penjahat kecil, jadi kamu kalau dengan kakak, hanya berpikir untuk melakukan hal-hal mesum saja ya?”
“Bukannya kamu yang selalu merayuku untuk melakukan itu?” Marvin Su berkata dengan pasrah.
“Oh, apakah kamu menyalahkan kakak?” Anggi Yang bertanya.
“Tidak, tidak.” Marvin Su juga menyadari bahwa ia mulai salah bicara, dan cepat-cepat mengakui.
“Kalau begitu, kamu masih mau datang menemuiku?” Anggi Yang bertanya.
Hal-hal telah mencapai titik ini, bagaimana bisa kalau dia tidak pergi? Kalau ... Anggi Yang datang bulan, bukan berarti tidak bisa menggunakan mulutnya kan.
Berpikir tentang Anggi Yang duduk di toilet di kamar mandi, penampilan menarik ketika dia menghisap sesuatu di antara kedua kakinya itu, sangat menggoda, Marvin Su merasa geli lagi, dan langsung berkata: "Kakak Anggi, kirimi alamatmu padaku. "
"Kakak akan mengirimkanmu alamat lokasi, kamu langsung naik taksi ... oh iya, ingatlah untuk membeli pembalut wanita yang digunakan malam hari," kata Anggi Yang.
Marvin Su: "..."
Sialan! Marvin Su mengerutkan kening, tetapi demi kenikmatan di malam hari itu, ia tidak ingin lagi untuk berbicara banyak. Dia menutup ponselnya dan meninggalkan sekolah.
Sekarang baru jam delapan malam. Teman sekamar ada yang sedang merayu wanita , bermain PUBG, dan karena undangan Anggi Yang, Marvin Su tiba-tiba merasa bahwa hidupnya tidak lagi sepi ...
Setelah melirik alamat lokasi yang dikirim oleh Anggi Yang, Marvin Su berkata, itu tidak terlalu jauh. Sepertinya lain kali bisa sering mencari kakak Anggi untuk "itu".
Setelah tiba di tujuan dengan taksi, Marvin Su pertama-tama pergi ke supermarket di pintu masuk gerbang untuk membeli sebungkus pembalut wanita. Dia tidak tahu merek apa yang enak digunakan, jadi dia memilih yang harganya paling mahal. Pada hari ulang tahunnya, hanya dia sendiri yang tidak memberikan hadiah kepadanya ...
Sekarang sudah jam sembilan malam, tidak ada tempat untuk membeli hadiah, ia tidak tahu apakah masih punya waktu untuk membeli bunga mawar.
“Kakak, apakah ada toko bunga di dekat sini?” Marvin Su bertanya.
Kasir perempuan melihat Marvin Su membeli pembalut wanita, dan ungkapan "kakak"nya tadi sangatlah manis, dan berkata, "Apakah itu untuk pacar kamu?"
"Iya," Marvin Su mengangguk.
"Benar-benar pria yang hangat. Ketika aku datang bulan, pacarku malu untuk membantuku membeli ini ..." kata kasir perempuan itu, dan kemudian dengan iri memandang Marvin Su, lalu berkata: "Pergi ke arah timur untuk seratus meter, ada toko bunga di persimpangan sana. "
"Terima kasih, kakak."
Setelah membayar uang itu, Marvin Su buru-buru menuju ke toko bunga. Kebetula bahwa bos toko itu sedang merapikan tokonya.
“Masih ada bunga mawar?” Tanya Marvin Su.
“Masih, ingin berapa banyak?” Kata pemilik.
Marvin Su menyerahkan uang itu di sakunya, hanya ada 200 RMB (sekitar 400 ribu rupiah), lalu bertanya dengan sedih: "Berapa satu bunga?"
"5 RMB," kata bos wanita itu.
"Kalau begitu aku mau dua puluh ... Kakak, bisakah kamu membungkusnya dengan baik?" Marvin Su berkata.
“Tidak masalah, dijamin pasti bisa membujuk pacarmu untuk ke hotel bersamamu.” kata bos itusambil memberikan tatapan mata yang nakal!
Setelah mengatakan itu, bos itu mengambil lebih dari dua puluh mawar dari lemari es, tetapi mereka semua jenis bunga yang masih belum mekar. Ketika Marvin Su ingin bertanya mengapa itu belum mekar, bos itu mengambil teko kecil dan menyemprotkan beberapa tetes air. Bunga-bunga mekar perlahan, sangat indah!
Memang, dapat dikatakan bahwa bos itu memang serius membungkusnya untukku.
Marvin Su melihat ke samping, dan tiba-tiba menemukan bahwa bos itu juga lumayan cantik, warna kulitnya tidak putih, tetapi dia sangat kurus, matanya besar, hidungnya mancung, dan bibirnya sangat sensual.
Terlebih lagi, sosok yang sangat indah, badannya seksi, disertai dengan kulit sehat yang sedikit berwarna kuning langsat, dibandingkan dengan Fenny Liu dan Anggi Yang, pesona bos wanita ini terlihat berbeda.
Novel Terkait
That Night
Star AngelThe Richest man
AfradenCintaku Pada Presdir
NingsiUnperfect Wedding
Agnes YuGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraCinta Yang Berpaling
NajokurataMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)