Pejuang Hati - Bab 44 Siva Zhao
Mendengar perkataan Anggi Yang, Marvin Su pun sangat bersemangat.
Pertama kalinya ia berhubungan badan dengan Anggi Yang adalah saat berada di toilet tempat karaoke. Toilet itu sangat sempit, ditambah itu adalah pertama kalinya bagi Marvin Su, sehingga mereka pun melakukannya dengan cepat dan terburu-buru.
Bagaimanapun juga, walau dilakukan dengan cepat, tetapi ketegangan yang dirasakan saat melakukan hal itu di tempat umum benar-benar sulit untuk dihilangkan.
Kedua kalinya adalah pada saat Marvin Su pergi mendatangi Anggi Yang dari sekolah. Saat itu, Anggi Yang kebetulan sedang ada saudara yang datang sehingga hanya bisa menggunakan tangan untuk melayani Marvin Su. Oleh karena itu, malam ini adalah malam penentuan untuk menguji apakah Marvin Su mampu atau tidak, seperti yang dikatakan oleh Anggi Yang!
“Aku tentu saja selalu mampu!“
Kata Marvin Su, lalu melepas handuk yang ada di badan Anggi Yang dengan tangannya. Ia mendorong Anggi Yang dan kedua orang itu pun saling menempel di ranjang.
Marvin Su menindih tubuh indah Anggi Yang, ia tidak banyak bicara dan langsung menggigit bibirnya, lalu menghisapnya kuat-kuat.
Anggi Yang paling suka semangat membara yang ada dalam diri Marvin Su. Setelah merasakan keinginan kuat Marvin Su, ia pun seperti gurita yang langsung menempel ke badan Marvin Su. Ia tak henti-hentinya memberikan respon dan meraba-raba.
“Kak Anggi.“ Marvin Su terus-menerus menggerakkan badannya, tangannya mulai dimasuk dan dikeluarkan.
Anggi Yang yang mendengar Marvin Su memanggil namanya, tepat di saat mereka akan berhubungan intim, tiba-tiba sebuah nada dering telepon genggam berbunyi: “Orang-orang sudah kehilangan kontak satu sama lain di Guangdong, tetapi masih teringat postur tubuh mereka pada saat permulaan telah berubah (lirik lagu)......“
Ini adalah nada dering telepon genggam milik Marvin Su. Mendengar ada telepon berbunyi, Marvin Su langsung mengerutkan alisnya sedikit.
Pada saat-saat krusial seperti ini, laki-laki mana pun juga tidak ingin mengangkat telepon itu. Namun, begitu terpikirkan bahwa telepon ini mungkin berasal dari Martin Su atau Fenny Liu, Marvin Su pun juga ingin segera melepaskan bibir Anggi Yang.
Anggi Yang yang melihat Marvin Su mengerutkan alisnya langsung mengerti bahwa ia sedang dalam kondisi yang penuh semangat. Lalu, Anggi Yang pun tertawa kecil dan berkata: “Terimalah dulu telepon itu, mungkin saja itu Fenny!“
“Iya.“ Melihat Anggi Yang yang tidak marah sama sekali, Marvin Su pun berpikir dalam hati, jika suasana hatinya menjadi buruk, maka akan terlihat seperti anak kecil. Akhirnya, ia mengambil handuk dan membalut tubuhnya, lalu menutupi Anggi Yang dengan selimut dan pergi ke ruang tamu untuk mengambil telepon tersebut.
Akan tetapi, yang membuat Marvin Su kecewa adalah telepon itu bukan berasal dari Martin Su ataupun Fenny Liu, melainkan dari Siva Zhao. Saat itu, telepon pun mati karena tidak ada yang menjawab, di layar telepon genggam itu muncul tulisan satu panggilan yang tidak terjawab.
Marvin Su meraih telepon genggam itu dan melihat sekilas, ada 7 sampai 8 pesan masuk di Wechat, semuanya dari Siva Zhao. Belum sempat ia membaca satu per satu, telepon dari Siva Zhao kembali masuk.
“Lebih baik membujuk anak ini dulu saja.” Kata Marvin Su sambil membuang napas.
Ia menekan tombol terima panggilan, lalu langsung terdengar suara Siva Zhao dari seberang telepon: “Marvin Su, kamu sedang apa? Kamu tidak membalas pesanku dan tidak mengangkat teleponku.”
Terdengar jelas kalau Siva Zhao sangat marah karena Marvin tidak menghubunginya. Siang hari ini, Siva Zhao sudah menelepon Marvin Su, tetapi karena pada saat itu ia sedang bermain di warung internet, ia hanya menjawab satu dua patah kata lalu menutup teleponnya.
Saat itu, Siva Zhao pun sedikit marah. Namanya juga perempuan, setelah sudah menjadi pacar pasti selalu ingin memiliki laki-laki itu sepenuhnya.
Seiring dengan hubungan mereka yang semakin lama, Siva Zhao pun tak lagi malu saat bertemu dengan Marvin Su. Meskipun biasanya masih seperti seorang anak kecil yang manja, tetapi saat diacuhkan pasti akan marah.
Ini bukan berarti karena hubungan mereka yang semakin berkembang menyebabkan perasaan antar keduanya semakin berkurang, melainkan karena seiring dengan berjalannya waktu, mereka mulai menunjukkan sisi asli dari diri mereka masing-masing.
“Aku tadi sedang mandi!“ Kata Marvin Su.
“2 jam yang lalu aku sudah mengirim pesan padamu, tetapi kamu masih tidak membalas!” Kata Siva Zhao marah.
“Huh, pada saat itu teleponku tidak ada jaringan internet.” Marvin Su sembarangan mencari satu alasan. Melihat Anggi Yang yang mengenakan piyama dan berjalan keluar, hatinya pun semakin tidak enak.
“Aku tidak percaya. Sekarang kamu masuk ke Wechat, aku mau telepon dan melihat wajahmu.“ Kata Siva Zhao.
“Telepon video?“ Marvin Su mengerutkan alis dan berkata: “Kamu......kamu ini tidak percaya padaku?“
“Aku rindu padamu, tidak boleh?“ Suara Siva Zhao meninggi.
Melihat Siva Zhao yang akan marah besar, Marvin Su pun tak bisa berbuat apa-apa. Ia lalu melihat sekilas ke arah Anggi Yang dengan tampang tak berdosa, lalu berkata: “Baiklah, aku sekarang masuk ke Wechat.“
Setelah berkata demikian, Marvin Su menutup teleponnya, lalu melihat Anggi Yang dengan raut wajah kasihan dan berkata: “Kak Anggi, kamu nanti jangan mengeluarkan suara!“
“Pacarmu mengecek kondisimu?“ Kata Anggi Yang sambil melihat Marvin Su dengan wajah tertawa, tetapi juga tidak seperti tertawa.
“Bukan mengecek juga......Anak ini terlalu dimanja di rumahnya.“ Kata Marvin Su tak berdaya.
“Lalu, apakah kamu bukan anak kecil?“ Kata Anggi Yang dan terus menatap Marvin Su dengan wajah tertawa, tetapi juga tidak seperti tertawa.
Hati Marvin Su pun ciut melihat tatapan pada Anggi Yang, tetapi ia juga masih sedikit takut Anggi Yang tiba-tiba akan mengeluarkan suara untuk menjahili dirinya. Tidak perlu dijelaskan lagi, Anggi Yang benar-benar berani melakukan hal semacam ini.
“Kriiingggg.....Kriiinggg......“
Pada saat itu, Wechat Marvin Su berbunyi, itu adalah telepon masuk dari Siva Zhao.
“Kak Anggi, tolonglah!“ Marvin Su menggenggam kedua tangannya dan memohon kepada Anggi Yang.
“Baik, baik.” Melihat Marvin Su yang benar-benar ketakutan, Anggi Yang pun tersenyum dan pergi ke dapur untuk mengambil air.
Marvin Su barulah bernapas lega dan segera mengangkat teleponnya.
Setelah gambar di layar bergerak sebentar, wajah imut Siva Zhao pun muncul di layar. Melihat rupanya, ia sepertinya juga baru selesai mandi, rambutnya masih sedikit basah.
Siva Zhao mengenakan baju tidur berwarna merah muda, di atasnya ada gambar kartun yang lucu. Ia terlihat seperti anak SMA yang sangat polos.
“Kenapa selama ini baru mengangkat teleponnya?” Kata Siva Zhao sambil memonyongkan mulutnya.
“Aku sedang mengeringkan rambut.” Kata Marvin Su, lalu mengusap-usap rambutnya untuk memberi tahu bahwa dirinya tadi benar-benar baru selesai mandi.
“Huh, memang kamu tidak rindu padaku.” Siva Zhao mendesah, lalu berkata: “Buat aku rugi saja seharian ini memikirkanmu......“
“Bagaimana mungkin aku tidak merindukanmu? Hanya saja hari ini aku kebetulan agak sibuk, hehehe.“ Kata Marvin Su sambil tertawa.
“Sibuk apa?“ Siva Zhao mengedipkan matanya, lalu melihat di tembok belakang Marvin Su ada foto seorang perempuan. Ia pun bertanya: “Kamu di mana sekarang?“
“Ada, ada di rumah kakak sepupuku. Kenapa?“ Jawab Marvin Su takut ketahuan.
“Tidak apa-apa......“ Siva Zhao mengerutkan mulutnya, lalu tiba-tiba berkata: “Kesal sekali, besok kamu datanglah kemari!“
Baru saja Marvin Su ingin menjawab, ia melihat Anggi Yang berjalan kemari, lalu dengan santai duduk di depan Marvin Su. Kakinya menendang lutut Marvin Su pelan-pelan untuk membuka kedua kakinya.
Perempuan ini mau mencari masalah! Marvin Su pun menelan ludah dan berkata: “Baik, besok aku akan pergi menemuimu......Malam ini istirahatlah lebih cepat, istriku.“
“Aku tidak mengantuk, sekarang baru jam 9 malam.“ Siva Zhao berkata manja: “Kenapa kamu mendesakku untuk tidur......“
“Aku, aku ingin bermain game......“ Tak berdaya, Marvin Su hanya bisa menggunakan alasan untuk bermain game.
Sedangkan satu kaki Anggi Yang sudah menempel pada ‘adik kecil‘ Marvin Su, lalu mengelus-elusnya perlahan dengan telapak kakinya dan memberi isyarat lewat mulutnya: “Anak kecil, berani tidak bermain yang sedikit menegangkan?“
Novel Terkait
Unplanned Marriage
MargeryThe Gravity between Us
Vella PinkyThe Great Guy
Vivi HuangUnperfect Wedding
Agnes YuMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)