Pejuang Hati - Bab 51 Jadilah Pacarku
Marvin Su melihat bahwa Fenny Liu tersentuh, dan melanjutkan: "Percayalah padaku, aku bisa melakukannya."
Lagi-lagi hati Fenny Liu berdegup cepat, perasaan cinta seperti ini hanya dapat diberikan oleh Marvin Su, dan ini sudah lebih dari sekali.
"Aku ..." Fenny Liu ragu-ragu, bibirnya sedikit bergetar, hatinya masih bimbang.
Sebelum dia bercerai dengan Martin Su, dia sering sekali membayangkan jika dia hidup bersama Marvin Su, apakah akan lebih romantis?
Hanya saja setiap kali pikiran semacam ini muncul, dia akan memaksakan dirinya untuk tidak memikirkannya, bahkan ketika dia kesepian di malam hari, dia akan memeluk selimut dengan erat, sembari menggesekkan pahanya, sembari memikirkan saat-saat Marvin Su mencium dan menggoda dirinya.
Tetapi seperti sihir, semakin Fenny Liu menahan diri untuk tidak memikirkan Marvin Su, semakin jelas bayangan Marvin Su di benaknya.
“Marvin Su, berikan aku sedikit waktu.” Akhirnya Fenny Liu tidak tahan dan memberikan Marvin Su jawaban.
Begitu selesai perkataan Fenny Liu, pintu terbuka dan Anggi Yang masuk. Pada saat itu, Marvin Su belum melepaskan pelukannya pada Fenny Liu.
“Ka... kalian ...?” Anggi Yang berdiri di pintu, ragu antara harus masuk atau tidak.
"Ah, aduh..." Marvin Su melihat Anggi Yang datang lalu buru-buru berkata: "Kakak ipar, tolong lihat apakah ada sesuatu di dalam mata aku? Sakitnya sampai membuatku tidak bisa membuka mata.
Muka Fenny Liu memerah dan mengikutinya: "Iya ada bulu mata, kakak ipar akan bantu meniupkannya untukmu ..."
"Huh, huh!" sambil berkata, Fenny Liu buru-buru meniup mata Marvin Su dengan lembut.
Anggi Yang mana mungkin tidak tahu bahwa Marvin Su yang nakal ini sedang berbohong pada dirinya? Tapi dia tidak terburu-buru untuk mengungkapkannya. Dia tahu bahwa Marvin Su dan Fenny Liu saling menyukai, jadi dia berkata: "Jangan buru-buru tiupnya, aku minum dulu."
Mendengar ucapan Anggi Yang yang memiliki maksud lain, wajah cantik Fenny Liu memerah lagi, dan setelah berpura-pura meniupkan mata Marvin Su beberapa kali, ia dengan cepat meninggalkan tempat tidurnya.
“Fenny, Direktur Li telah memberikan kamu cuti, ia mengatakan bahwa kamu mendapatkan cuti selama sebulan dan masih mendapatkan bayaran," kata Anggi Yang.
"Oh," Fenny Liu tidak terlalu memperdulikan hal ini. Setelah suasana hatinya sudah mulai stabil, dia bertanya: "Masalah Martin Su, apakah kamu ada membantu aku untuk mencari tahu?"
"Dia telah mengundurkan diri dan tampaknya telah pergi meninggalkan Jiangcheng," kata Anggi Yang.
“Sudah pergi?” Fenny Liu mengerutkan kening, jari-jari cantiknya mengepal dengan erat.
Saat itu ketika menandatangani surat perceraian, Fenny Liu tidak membaca secara mendetail surat tersebut. Kemudian, ketika dia sedang bosan, dia baru mengambil dan membacanya lebih detail.
Ternyata Martin Su meninggalkan rumah dan mobil kepadanya, dan Martin Su sendiri hanya mengambil 70.000 RMB untuk dirinya sendiri. Hal ini yang membuat Fenny Liu sangat menyesal dan ingin bertemu dengan Martin Su lagi dan membuat pembagian harta yang wajar .
Tetapi sekarang Martin Su sudah tidak bisa dihubungi. Anggi Yang mengatakan bahwa dia meninggalkan Jiangcheng. Lalu dia akan kembali lagi atau tidak pun masih menjadi pertanyaan.
Marvin Su mendengarkan secara diam-diam, hatinya juga merasa sedikit, tetapi dia tahu dengan jelas sifat Martin Su yang serius dan tertutup. Setelah hal seperti ini terjadi, tentu saja ia sulit untuk menghadapi Fenny Liu dan orang-orang di desa, dan dia memilih untuk pergi.
Bagaimanapun juga, Martin Su pergi dengan membawa sejumlah uang, ini artinya kehidupan belum benar-benar menjatuhkannya.
"Kamu tenang saja, Martin Su adalah pria yang jujur dan rendah hati, kita berikan waktu pemulihan untuk dia, cepat atau lambat semua akan kembali seperti semula," Anggi Yang menghibur.
Fenny Liu mengangguk dengan lembut, dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
...
Beberapa hari ke depan, Siva Zhao dan Anggi Yang bergiliran menemani Marvin Su. Sedangkan yang terjadi pada Fenny Liu hanya sedikit sobekan di bagian bawah, tubuhnya tidak mengalami luka parah, hanya saja terjadi trauma.
Dan karena terlalu banyak hal-hal yang terjadi, membuat Fenny Liu tidak memiliki kesempatan untuk merasakan sakit, jadi hanya dalam beberapa hari, dia sudah menjalani prosedur keluar dari rumah sakit untuk dirinya, dan tinggal di rumah sakit untuk merawat Marvin Su.
Adapun perihal Marvin Su masuk rumah sakit, mereka tidak memberi tahu orang tuanya. Di desa hanya Rina Chen yang mengetahui masalah ini. Dan Rina Chen tidak akan memberi tahu orang tua Marvin Su bahwa suami tercintanya telah menikam anak mereka!
Untuk pihak sekolah, Anggi Yang dan Ketua Wang sudah menginfokan perihal Marvin Su masuk rumah sakit, dan sekolah juga memberikan izin. Hal-hal seperti ini menjadi pusat perhatian hanya sementara waktu, didiamkan saja, dan setelah itu akan tenang sendiri .
Dengan berlalunya waktu, luka Marvin Su berangsur-angsur sembuh, tetapi masih berpura-pura sangat lemah dan membiarkan Fenny Liu datang untuk menemaninya. Kadang-kadang saat sedang ingin buang air kecil, dia sengaja berpura-pura sakit lengan dan membiarkan Fenny Liu membantunya.
Lalu, ketika Fenny Liu mengulurkan tangan dan membantunya untuk membuang air kecil, Marvin Su langsung memeluk Fenny Liu dan mulai menciumi dia, di saat bersamaan ia menggerak-gerakkan pinggangnya.
Wajah Fenny Liu memerah karena digoda oleh Marvin Su, dan dia dengan cepat melepaskan tangannya dari adik kecilnya Marvin Su. Lalu ketika dia lihat, adik kecilnya sudah mengeras, dia meninju dada Marvin Su dan berkata, "Lagi-lagi kamu nakal!"
“Aduh!” Marvin Su pura-pura dipukuli dan sangat terluka.
Fenny Liu tersipu dan berkata, "Jangan nakal, ini di rumah sakit!"
"Kalau begitu aku boleh nakal setelah pulang ke rumah?" tanya Marvin Su.
“Pergi ke kamu!” Fenny Liu mendorong Marvin Su, tangannya yang kecil dengan perlahan memegang wajahnya yang merona merah, ia sedikit menyesal tidak melanjutkannya.
Dia baru saja memegang adik kecil Marvin Su dan tergesek beberapa kali. Dia merasa agak menyesal tidak melanjutkannya. Awalnya Marvin Su tidak terlalu memperhatikan, tetapi saat Marvin Su tersadar akan ekspresi Fenny Liu, dia langsung tertawa nakal.
“Kamu tertawa lagi!” Fenny Liu membalikkan badannya dan mengabaikan Marvin Su.
Marvin Su tersenyum "Hehehe", lalu berjalan ke Fenny Liu dan memeluknya, dengan lembut berkata: "Bagaimana, sudah ada jawaban?"
"..." Fenny Liu terdiam selama beberapa detik, dan kemudian berkata: "Ki… kita dapat memiliki satu kesempatan, tetapi tidak sekarang."
“Apa maksudmu?” Marvin Su terdiam sesaat, dan perasaan gembira menjadi gugup.
Fenny Liu membalikkan badannya dan menatap Marvin Su secara serius, dan berkata: "Setelah kamu keluar dari rumah sakit, aku ingin kembali ke desa dan melihat bibi kamu. Aku berharap dapat menghubungi kakak kamu, ada hal yang ingin aku perjelas."
Untuk masalah pembagian harta, Marvin Su lebih kurang tahu sedikit. Dia juga tahu kepribadian Fenny Liu, dan tahu jelas bahwa setelah Fenny Liu dan Martin Su bercerai, Fenny Liu tidak akan tinggal di sana lagi.
Selain itu, rumah itu dibeli sebelum menikah, bahkan jika Fenny Liu berencana untuk memilikinya, masih ada satu hal yang menjadi masalah, yakni Rina Chen, dia pasti akan datang untuk mencari perkara.
"Aku akan menunggu," kata Marvin Su, mememeluk erat pinggang kecil Fenny Liu dengan kedua tangan, dan melanjutkan: "Tapi sebelum itu, kamu harus berjanji padaku dulu."
“Apa yang kamu inginkan?” Fenny Liu bertanya.
“Jadilah pacarku,” kata Marvin Su sambil tersenyum: “Nantinya kamu juga akan aku peluk erat seperti ini.”
Dalam beberapa hari terakhir, mereka berdua sudah tinggal satu ruangan, dan Marvin Su sudah berkali-kali menyatakan cinta, dan hubungan kedua orang ini mulai ambigu dalam perilaku mereka tanpa mereka ketahui sudah seperti pasangan. Sebenarnya, Fenny Liu tidak terlalu peduli saat Marvin Su memeluknya, tetapi, saat mendengarkan kata-kata Marvin Su, detak jantungnya semakin lama semakin cepat.
Novel Terkait
Half a Heart
Romansa UniverseMata Superman
BrickCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinPernikahan Kontrak
JennyThe Gravity between Us
Vella PinkyPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)