Pejuang Hati - Bab 84 Jericho Su
Melihat ekspresi misterius Anggi Yang, Fenny Liu tiba-tiba memiliki firasat buruk.
“Bisakah jika tidak mendengarkan?” kata Fenny Liu ragu-ragu.
Anggi Yang juga menghela napas pelan dan berkata: "Tidak ada gunanya melarikan diri ... aku katakan padamu, ibu Martin Su pergi melihat mayat Martin Su sore hari ini, dan sepertinya dia membawa seorang yang masih muda bernama Jericho Su, dan sepertinya ingin memberimu gugatan”.
“Gugatan?” Fenny Liu mengerutkan kening dan bertanya: “Gugatan apa?”
"Rumah, ketika Martin Su menceraikanmu, Rina Chen tidak tahu bahwa Martin Su memberimu rumah. Sekarang setelah Martin Su meninggal, rumah itu belum jatuh ke tangan Rina Chen. Sekarang dia membawa keponakannya untuk melakukan gugatan" kata Anggi Yang.
Setelah mendengar ini, Fenny Liu mengerutkan alisnya, ini benar-benar satu persatu gelombang yang datang.
"Bukankah Rina Chen sudah tidak waras? Apakah ini semua rencana dari Jericho Su?" Fenny Liu mengingat penampilan Jericho Su dan tiba-tiba merinding.
Jika hanya Rina Chen saja, Fenny Liu mungkin memberikan ini kepada Rina Chen, tetapi jika masalah ini ada campur tangan Jericho Su, maka dia tidak akan membiarkan hal ini sedikit pun.
Jericho Su adalah seorang bajingan desa yang tidak pernah puas. Jika rumah ini diserahkan, sangat pasti bagian untuk Rina Chen saja tidak ada, dan juga Rina Chen sekarang sedikit terganggu kejiwaanya.
Dan Jericho Su hanya memanfaatkan situasi Rina Chen untuk keadilan.
Fenny Liu percaya bahwa jika dia menyerahkan rumah, Jericho Su pasti akan memanfaatkan situasi ini dan terus meminta uang kepada Rina Chen.
Di sisi lain, Anggi Yang memandangi ekspresi Fenny Liu yang tidak menentu dan menghibur: "Tapi rumah ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Sebelum perceraian, pembagian harta gono gini pun sudah dilakukan, dan sekarang kamu tidak memiliki hubungan dengan keluarga Su dan mereka tidak dapat akan menang melawanmu".
“Aku tahu ... tetapi jika terus seperti ini, rumah itu tidak akan bisa dijual” kata Fenny Liu khawatir.
"Jika kamu tidak bisa menjualnya, tunda saja" kata Anggi Yang.
"Tapi mayat Martin Su belum diurus, aku ingin mendapatkan uang untuknya ..." kata Fenny Liu yang mulai pusing.
Fenny Liu memiliki uang tabungan dan uang hasil dari menjual mobil, akan tetapi jika ini ditambahkan saja, untuk membeli sepetak tanah kuburan saja ini tidak bisa, dan jika rumah ini tidak dapat dijual, maka yang direncanakan akan sia-sia saja.
"Kalau begitu jangan urus dulu, ibunya saja sedang memperebutkan harta, untuk apa kamu peduli dengan hal ini”, Anggi Yang berkata: "Tidak perlu khawatir, kamu sekarang tinggal di rumahku dan mereka tidak ada tempat untuk tinggal. Dan jika mereka ingin menggugatmu maka ini akan memakan waktu dua sampai tiga bulan, jadi biarkan saja tidak perlu khawatir”.
"......." Fenny Liu sedikit mengerutkan alisnya setelah mendengarkan hal itu, dan tidak banyak bicara.
...
Kemudian setelah Marvin Su sampai di sekolah, dia kemudian berpikir dan tidak pergi ke Gedung Sekolah karena sudah sore, dan dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon Siva Zhao.
"Marvin Su" Siva Zhao berkata dengan gembira melalui telepon: "Kamu sudah kembali ya?"
"Ya" Marvin Su menarik napas panjang dan berkata: "Siva Zhao, aku akan menunggumu di pintu masuk Gedung Sekolah".
“Aaa?” ... Oh, oh. ”Siva Zhao tiba-tiba mendengar Marvin Su meneriakkan namanya, dia merasa ada yang aneh, dan biasanya Marvin Su memanggil Siva Zhao dengan sebutan istri.
Tapi Siva Zhao tidak terlalu peduli, lagipula Marvin Su sudah kembali, jadi dia buru-buru merapikan barang-barangnya dan bergegas menuruni tangga.
Siva Zhao beberapa hari ini tidak bertemu dengan Marvin Su, sehingga dia terus mengkhawatirkan Marvin Su. Setelah melihat dia baik-baik saja, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menemuinnya. Kemudian dia memeluk Marvin Su dan berkata: "Aku sangat merindukanmu, kamu ingin membuatku hampir mati khawatir".
Merasakan kepedulian Siva Zhao, Marvin Su tidak bisa berbicara apa-apa lagi.
“Gadis bodoh, bukannya sekarang aku tidak apa-apa?” kata Marvin Su sambil tersenyum dan menyentuh kepala kecil Siva Zhao, dan berkata dengan lembut: “Istriku, kamu kurus”.
"Ini karena mengkhawatirkan dirimu” Siva Zhao mendengus pelan, lalu dengan lembut memegang lengan Marvin Su, dengan lembut berkata: "Apakah kamu terluka?"
“Tidak, suamimu sangat kuat, siapa yang bisa melukai suamimu ini” Marvin Su tersenyum dan berkata.
Siva Zhao juga mengendus-endus hidungnya dan berkata: "Tapi kalian dan Olga Wang telah melewatkan ujian tengah semester ini. Guru pembimbing berkata menyuruh kalian bertiga untuk mengikuti ujian lagi".
“Aaa?” Marvin Su tiba-tiba merasa sedikit tercengang, dan berkata: “Seharusnya aku kembali saat akhir pekan, benar-benar salah perhitungan”.
"Tidak apa-apa, aku hampir bisa mengingat isi ujian itu, dan aku akan memberikan sedikit contekan untukmu nanti" kata Siva Zhao dengan bahagia.
"Soal ujian tidak mungkin bisa persis sama" kata Marvin Su degan mata naik ke atas.
"Ini ibarat tidak ganti obat tapi ganti airnya saja, memang soal tidak akan sama, tapi jenis soalnya pasti sama. Ini tidak lebih dari mengganti kantung kulit saja, singkatnya hal ini pasti akan mudah dilewati" kata Siva Zhao yang terus peduli.
Setelah Marvin Su mendengarkan, dia tidak memikirkannya lagi, dan intinya dia tidak akan bisa lari dari hal ini, kemudian ketika perut masih lapar, Marvin Su merangkul Siva Zhao dan berkat: “Ayo kita makan”.
"Ayo" jawab Siva Zhao dengan lembut.
Begitu keduanya keluar dari sekolah, telepon Marvin Su berdering, dan dia melihat nomor kakak sepupunya Jericho Su, Marvin Su yang melihatnya langsung menutup telepon.
Kemudian Jericho Su menelepon lagi, lalu ketika Marvin Su ingin mematikan kembali dia melihat Jericho Su sedang membawa Rina Chen bersama dirinya.
Rambut Rina Chen agak berantakan. Dia mengenakan gaun abu-abu. Dia belum melihatnya selama lebih dari sebulan. Rambutnya putih dan lebih dari setengah, dan dia sangat kurus. Dia tidak melihat lagi penampilan cantik dari seorang janda desa.
Kemudian Jericho Su telah mencukur rambutnya sampai botak, dan membawa sebotol air mineral di tangannya, dan kemudian meminumnya, lalu ketika masih ada sisa dia baru memberikan air itu kepada Rina Chen.
Mata Rina Chen sudah melirik Jericho Su ketika dia minum air. Saat Jericho Su memberinya air, dia tidak peduli bahwa air itu bekas di minum atau tidak, lalu dia menggambil botol tersebut dan dengan senang meminum air tersebut.
"Marvin Su" Jericho Su memandang Marvin Su dan berkata dengan senyum licik: "Mengapa kamu tidak menjawab teleponku?"
“Kenapa harus angkat telepon darimu?” Marvin Su mendengus dan berkata: “Bukankah kamu tidak ada hubungan lagi dengan keluarga Su?”
Jericho Su adalah adik laki-laki Jeremi Su. Kedua bersaudara itu sama saja seperti bajingan, mereka berdua dibenci oleh orang-orang di desa. Kemudian Jeremi Su telah dibunuh oleh Dokter Zhang, dan sekarang Jericho Su yang datang menggangu.
“Hei, hei, seperti kata pepatah, darah lebih kental dari air, aku hanya ingin bicara, apakah aku sekarang bukan marga Su?” Jericho Su memandang Marvin Su, tersenyum dan berkata: “Marvin Su, bagaimana kalau kita membicarakan sesuatu hal, dan setelah masalah ini selesai akan ada banyak keuntungan untuk dirimu!”
“Aku tidak tertarik.” Marvin Su langsung menolak, dan kemudian menarik Siva Zhao keluar.
“Kamu terlihat sangat cantik” kata Jericho Su sambil memandang Siva Zhao.
Ketika dia mendengar kata-kata itu, Siva Zhao terkejut, keberaniannya tidak sebesar Marvin Su, ketika dia melihat penampilan Jericho Su sebelumnya, Siva Zhao merasa sangat panik dan takut.
Novel Terkait
Someday Unexpected Love
AlexanderMy Enchanting Guy
Bryan WuHidden Son-in-Law
Andy LeeThe Gravity between Us
Vella PinkyBeautiful Love
Stefen LeeAir Mata Cinta
Bella CiaoAfter Met You
AmardaPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)