Pejuang Hati - Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
Semalaman sudah berhubungan sampai puas, saat bangun di hari ke-2, Marvin Su pun merasakan kedua kakinya yang lemas.
Kemarin ia sudah seharian berada di warnet, karena Fenny Liu tertimpa masalah, ia pun sangat sibuk hingga tidak makan malam. Akhirnya, setelah kembali dari rumah sakit, ia pun bercinta 3 kali dengan Anggi Yang.
“Krruukkk.” Marvin Su mengelus-elus perutnya dan berkata: “Kak Anggi, mari kita keluar makan.”
Anggi Yang dengan malas berbaring di ranjang, selimut menutupi tubuhnya yang indah, tangan putih dan halusnya itu diletakkan di luar selimut. Ia mengusap pelan matanya yang mengantuk, lalu berkata manja: “Biarkan kakak tidur 10 menit dulu!”
“Tidur?” Marvin Su yang teringat rupa Anggi Yang kemarin malam yang mempesona itu langsung masuk ke dalam selimut. Ia menggigit ujung telinganya, lalu berkata pelan: “Cepat bangun, kakak baik.”
Hawa panas mengembus masuk ke telinga Anggi Yang, membuatnya spontan merinding.
“Aku kalah darimu.“ Seketika, rasa kantuk Anggi Yang hilang. Ia mengusap matanya dan duduk perlahan, lalu berkata: “Pergi ambilkan air untuk kakak.“
“Siap laksanakan.“ Marvin Su berdiri dan mengenakan celana pendek, lalu pergi ke ruang tamu untuk mengambil air.
Setelah itu, kedua orang itu bermesraan sejenak. Setelah selesai makan pagi, mereka pun pergi ke rumah sakit.
Sesampainya di kamar pasien, Fenny Liu sudah sadar, hanya saja tampangnya sangat lemas dan terpukul, matanya merah, sepertinya ia baru saja menangis.
Martin Su pun juga sama, ia terdiam, mungkin saja baru selesai bertengkar dengan Fenny Liu atau sedang sedih karena kejadian yang menimpa Fenny Liu. Yang pasti, suasana di dalam sedikit suram.
“Kakak ipar.“ Marvin Su mengerutkan alisnya dan berjalan ke arah Fenny Liu.
Fenny Liu melihat Marvin Su perlahan, tetapi tidak membuka suara. Pada saat itu, Anggi Yang berjalan menyerahkan hidangan makan pagi kepada Martin Su, lalu membuka pelan meja kecil yang ada di atas ranjang dan meletakkan hidangan yang satu lagi di atasnya. Ia berkata pelan: “Fenny, makanlah sedikit.”
Fenny Liu melihat Anggi Yang, ia seperti ingin berbicara, tetapi pada akhirnya ia menahannya.
Anggi Yang tahu bahwa Fenny Liu ingin mengatakan sesuatu padanya, lalu berkata kepada Marvin Su: “Kamu antar kakakmu pulang dulu untuk istirahat, di sini ada aku yang menjaganya.”
“Oh.” Marvin Su juga tidak bodoh, seketika langsung mengerti maksud Anggi Yang.
Tanpa menunggu Marvin Su membuka suara, Martin Su pun langsung berdiri dan berjalan pelan ke luar. Marvin Su yang melihat tingkahnya yang aneh itu pun mengerutkan alisnya sedikit, lalu cepat-cepat pergi mengikutinya.
“Kak.“ Marvin Su berlari kecil, setelah berhasil mengejar Martin Su, ia pun bertanya: “Kak, ada apa?“
Martin Su menghentikan langkahnya, lalu melihat Marvin Su dan berkata: “Kakak iparmu mau bercerai dariku!“
“......“ Marvin Su mengernyitkan alis, ia berpikir dalam hati, tak disangka hal pertama yang dipikirkan kakak ipar saat ia bangun adalah ia ingin bercerai dengan Martin Su. Hal ini sebenarnya juga sedikit mengejutkan, tetapi juga sudah bisa ditebak.
“Marvin Su, tolong beri tahu kakak, apa yang sebenarnya terjadi?“ Tanya Martin Su dengan gusar.
“Aku......“ Marvin Su mengerutkan alis, mendadak ia tidak tahan lagi untuk mengungkapkan yang sebenarnya, tetapi masalah ini juga tidak pas jika diberitahukan sekarang.
Dalam masalah ini, tidak hanya menyeret persoalan mengenai pernikahan Martin Su dan Fenny Liu, tetapi juga mengenai perihal Rini Chen dan Dokter Zhang, tetapi jika tidak dibicarakan, hati Marvin Su juga tersiksa melihat Martin Su yang stres dan terpukul itu.
Lagipula, Martin Su adalah kakak sepupunya yang sudah berhubungan dekat 10 tahun-an, ia juga baik terhadap dirinya.
“Kak, masalah ini aku tidak tahu harus bagaimana mengatakannya, jika kamu memang ingin tahu, kamu hanya bisa menanyakan ini pada bibi kedua.“ Kata Marvin Su. Ia menghela napas panjang dan berkata: “Satu lagi, pernikahan adalah urusanmu......Jika kamu bisa mempertahankannya, pasti akan bisa bertahan, orang lain yang ikut campur hanya akan bisa menjadi bumerang.“
Mendengar hal itu, Martin Su terdiam di tempat cukup lama, lalu akhirnya membuka suara: “Tidak salah, pernikahan adalah urusan sendiri, urusan sendiri.“
Mulut Martin Su bergumam sendiri, lalu ia menepuk pundak Marvin Su dan berkata pelan: “Kamu tidak perlu mengantarku, pergi temani kakak iparmu saja......“
“Kak.“ Marvin Su sedikit cemas dengan kondisi Martin Su.
“Aku baik-baik saja.“ Dengan sedih Martin Su tersenyum pahit dan berkata: “Aku hanya ingin menenangkan diri dan memikirkan kenapa hidupku bisa menjadi seperti ini.“
Mendengar ucapan ini, Marvin Su hanya bisa menganggukkan kepala dan tidak lagi mengikuti Martin Su.
Saat kembali lagi ke kamar pasien, Anggi Yang sedang mendesak Fenny Liu untuk makan. Meski ia tidak ada selera makan, tetapi karena sudah tersiksa begitu lama, ia juga butuh makanan untuk menjaga nutrisi badannya.
Fenny Liu sedikit kesulitan mengunyah makanan hingga lembut. Begitu melihat Marvin Su datang, ia pun berkata pelan: “Matamu......tidak apa-apa, kan?“
“Tidak apa-apa.“ Marvin Su berpura-pura biasa saja sambil tersenyum, lalu berkata: “Kulit saja yang terkelupas, beberapa hari lagi pasti sudah sembuh.”
Melihat Marvin Su yang baik-baik saja, rasa bersalah yang menyelimuti hati Fenny Liu pun berkurang sedikit. Ia ingat jelas kejadian kemarin malam, termasuk kedatangan Martin Su dan Marvin Su setelah kedua penjahat itu pergi, lalu dirinya yang menggila dan melempar batu ke arah Marvin Su.
Kemudian, Anggi Yang memberitahu Fenny Liu bahwa kedua penjahat itu telah ditangkap. Karena barang buktinya jelas, ditambah dengan mereka juga pernah terjerat kasus kriminal sebelumnya, sekarang mereka sudah ditahan di penjara. Setelah Fenny Liu kembali pulih, ia bisa berkoordinasi dengan polisi untuk pencatatan kasus kriminal!
Mengingat kedua pelaku kejahatan itu, Fenny Liu pun mengerutkan alisnya, pandangan matanya gelisah. Ia tidak menjawab apa-apa.
Marvin Su dan Anggi Yang terus berada di dalam kamar pasien menemani Fenny Liu. Pada saat siang hari, Fenny Liu tiba-tiba membuka suara dan berkata: “Marvin Su, kamu kembali dulu saja ke sekolah, besok hari liburmu sudah selesai.“
“Tidak apa-apa, aku bisa minta izin.” Kata Marvin Su.
Fenny Liu menggeleng-gelengkan kepalanya pelan dan berkata: “Pulanglah, kakak tidak apa-apa.“
“Tetapi......“ Kata Marvin Su, tetapi tidak melanjutkan ucapannya.
Melihat keadaan ini, Anggi Yang pun memandang Marvin Su penuh arti, lalu berkata: “Pulanglah dulu, kalau ada apa-apa aku pasti akan menghubungimu.“
Beginilah, Marvin Su pun meninggalkan rumah sakit dengan perasaan tak rela, lalu memanggil sebuah taksi dan kembali ke sekolah.
Setelah Marvin Su pergi, Anggi Yang melihat Fenny Liu dan bertanya: “Untuk apa kamu mengusirnya?“
“Martin Su akan kembali sebentar lagi, jika dia tidak pergi, Martin Su akan terus-menerus menanyakannya tentang alasanku.“ Kata Fenny Liu pelan.
“Kamu ingin bercerai dari Martin Su, tetapi tidak bisa mengungkapkan alasanmu kepadanya?“ Anggi Yang mengerutkan alisnya dan berkata: “Kalau begini caranya, takutnya Martin Su pun tidak akan setuju, bukan?“
Saat keduanya sedang berbincang, terdengarlah suara ketukan pintu dari luar, suaranya tidak keras. Kemudian, Martin Su pun berjalan masuk pelan-pelan. Tangannya memegang sebuah dokumen.
“Surat perceraian sudah kutandatangani......“ Martin Su berjalan perlahan dan berkata: “Masalah warisan juga sudah ada notarisnya, coba kamu lihat-lihat dulu.“
Setelah mengatakan itu, Martin Su menyerahkan surat perceraian itu dengan tatapan heran dari Fenny Liu dan Anggi Yang.
Meskipun Fenny Liu tidak mengerti kenapa Martin Su mendadak setuju untuk bercerai, tetapi tujuannya telah tercapai. Mengenai perihal harta warisan, ia sama sekali tidak melihatnya dan langsung menandatangani surat itu.
“Secepat itukah?“ Kata Martin Su sambil menarik napas dalam-dalam.
“Ini sudah merupakan keputusanku dari awal, kenapa masih harus berpikir-pikir lagi?“ Setelah Fenny Liu menandatanganinya, ia pun meletakkan pena perlahan, lalu berkata: “Terima kasih.“
“......Tidak ada yang perlu diterimakasihkan.“ Martin Su tersenyum pahit, lalu berkata: “Akulah yang berhutang padamu, mengenai masalah itu......aku sudah tahu semuanya!“
Novel Terkait
Everything i know about love
Shinta CharityLove In Sunset
ElinaTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniDon't say goodbye
Dessy PutriSuami Misterius
LauraCinta Yang Dalam
Kim YongyiMy Lady Boss
GeorgePejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)