Pejuang Hati - Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
“Bagaimana kalau kita kembali ke ruang kelas saja?” kata Marvin Su.
“Tapi.... aku masih saja merasa takut.” Jawab Siva Zhao.
Marvin Su kembali merayunya dan berkata: “Tidak apa-apa, kita tidak membuka baju dan juga tidak melakukan hal-hal yang jahat. Kita hanya ciuman secara diam-diam saja. Lagipula hari sudah malam, tidak ada yang akan pergi ke ruang kelas. Meskipun ada yang menghampiri itu, kita juga bisa membereskan semua pakaian kita jika mendengar suara langkah kaki.”
Setelah mendengar perkataan Marvin dan juga merasakan kerasnya adik kecilnya itu, Siva Zhao pun menyetujuinya.
Marvin Su pun tersenyum bahagia. Beberapa waktu ini, dia sudah bersusah payah menahan semua ini. Dulunya masih tergolong baik, sebelum Fenny Liu tinggal di rumah Anggi Yang. Ia masih bisa melepas nafsunya seminggu sekali.
Sekarang, dia sudah tidak lagi melakukan itu bersama Anggi Yang. Jika dilihat dari sikapnya yang sangat terbuka itu, apakah dia telah menemukan pacar yang baru?
Sambil memikirkan itu, Marvin Su merasa sedikit sedih di dalam hatinya. Bagaimana pun Anggi Yang merupakan gadis pertama yang pernah ia miliki. Dia begitu cantik dan juga stylish. Jika dia telah memiliki pacar baru, Marvin Su sedikit ............ stress ketika memikirkan hal itu.
Saat ini, Siva Zhao juga merasa khawatir dan dia tidak menyadari apa yang sedang dipikirkan oleh Marvin Su.
Setelah kembali ke ruang kelas, Marvin Su pun duduk di tempatnya dan dia menyuruh Siva Zhao untuk duduk di bagian dalam. Dia lalu mulai menarik resleting celananya.
Lampu pada ruangan kelas itu tidak dinyalakan, tujuannya adalah agar Siva Zhao tidak merasa malu. Meskipun tidak memiliki pengalaman di bidang ini, namun bagaimanapun mereka telah dewasa dan mereka mungkin telah mengetahui begitu banyak hal dari berbagai media, misalnya film ataupun buku berisi cerita porno dan lain-lain.
Setelah menarik nafas, Siva Zhao pun membuka mulut kecilnya dan mengarahkan mulutnya ke bagian adik kecil milik Marvin Su.
Seketika, Marvin Su merasa kalau adik kecilnya itu telah dibungkus oleh sesuatu yang lembut dan juga hangat. Namun setelah itu, dia lalu menggigit erat giginya dan mendesah.
Siva Zhao tidak memiliki pengalaman dan giginya langsung mengenai barang milik Marvin Su.
Marvin Su terlihat kesakitan dan ia pun terlihat mengerutkan keningnya. Namun ia berusaha untuk tidak mengeluarkan ekspresi kesakitan. Bagaimana pun ia telah bersusah payah merayu gadis kecil ini dan mungkin saja tidak ada lagi kali berikutnya jika ia memberhentikannya sekarang.
Siva Zhao terlihat begitu serius terhadap Marvin Su dan dia juga tahu kalau giginya telah mengenai barang Marvin. Setelah itu, ia pun bersikap lebih hati-hati dan juga teliti.
Dibandingkan dengan Anggi Yang, Siva Zhao masih merupakan seorang pemula. Dia sedikit tersentak-sentak dan kecepatannya dalam mengulum sangatlah lambat. Dia juga tidak menggerakkan lidahnya sama sekali.
Meskipun dia tidak sehebat Anggi Yang dalam beberapa bidang ini, namun rangsangan yang diberikan olehnya tidaklah kalah. Marvin Su juga merasa dirinya sangatlah hebat karena telah berhasil melatih gadis ini.
Nafsu pada pria bisa muncul kapan saja.
Meskipun tadinya Marvin Su hanya berkata mencium sebentar adik kecilnya, namun setelah mendengar nafas dari Marvin Su, Siva Zhao tahu kalau Marvin sangatlah menikmati. Oleh karena itu, ia pun tidak bermaksud untuk mengentikan semua ini dan tetap jongkok di tengah selangkangan Marvin Su untuk membantunya.
Hanya saja dikarenakan kemampuan yang dimiliki Siva Zhao sangatlah lemah, ditambah lagi giginya yang terus mengenai adik kecil Marvin, Marvin Su tidak merasa adanya sesuatu yang ingin keluar meskipun waktu telah berlalu sekian lama.
Akhrinya, Siva Zhao merasa sedikit lelah pada mulutnya. Namun Marvin Su tetap saja belum mengeluarkannya, ia pun dengan tidak berdaya menyuruh Siva Zhao untuk membantunya menggunakan tangan.
Di sisi lain, tangan dan mulut Marvin tidaklah berhenti. Dia lalu mulai mengigit cherry kecil milik Siva Zhao dengan pelan ditambah lagi dengan gerakan tangan Siva Zhao. Tidak lama kemudian, Marvin Su pun mendesah dan semuanya meledak.
Cairan yang kental itu langsung keluar dan membasahi celana Siva Zhao.
“Haiya.” Desah Siva Zhao dan sebagian cairan itu juga masuk ke dalam bajunya.
Melihat itu, Marvin Su pun menghela napas yang panjang dan pikirannya kosong selama beberapa detik. Setelah itu, dia melihat kalau Siva Zhao sedang mengeluarkan tisu dari dalam kantongnya. Siva Zhao ingin membersihkan adik kecil milik Marvin Su, lalu membersihkan tubuhnya.
Wanita yang sangat lembut dan juga pengertian.
Dia telah melihat semua aksi Siva Zhao kepadanya dan dia merasakan kehangatan dari semua aksi itu. Dia lalu memeluk Siva Zhao dan menciumnya beberapa kali.
Siva Zhao awalnya mengira kalau ia baru saja mengulum adik kecil milik Marvin dan Marvin Su pastilah akan menolak mulutnya yang tidak bersih itu. Namun akhirnya, Marvin Su tidak memiliki maksud sedikitpun untuk menolaknya dan hal ini membuat Siva Zhao merasa sangat senang. Siva lalu berkata dengan suara yang pelan: “Suamiku.”
..........
Setelah beberapa saat, Marvin Su pun mengantar Siva Zhao pulang ke asramanya.
Dalam perjalanan pulang, Siva Zhao pun memegang pakaiannya sendiri. Meskipun cairan itu telah kering, namun ini membuat dirinya merasa tidak begitu nyaman.
Ini layaknya seperti meninggalkan bukti jahat pada dirinya sendiri. Setelah pulang ke asramanya, Siva Zhao langsung mengganti pakaiannya dan mengangkat seember air untuk mencuci pakaian olahraganya itu. Melihat aksi Siva Zhao, teman sekamarnya pun mulai bercanda: “Siva, kenapa kamu pulang begitu larut? Apakah kamu pergi mencari Marvin Su?”
Wajah Siva Zhao terlihat memerah dan dia pun menganggukkan kepala sambil menghindari mereka.
“Gadis ini akan dipergunakan oleh Marvin Su suatu saat nanti.” Kata salah satu gadis yang sedang berbaring di atas kasur.
“Hal ini juga tidak boleh menyalahkan Siva Zhao, bagaimana pun ini adalah kali pertama dirinya pacaran. Ini merupakan hal yang sangat wajar jika dia tergoda oleh pria itu......... Namun, Marvin Su juga lumayan ganteng.” Kata gadis lainnya.
“Haiya, lihatlah sikap genit kalian itu. Siva akan marah jika mendengar ini.”
“Sudahlah....”
Saat ini, di dalam asrama wanita itu, beberapa gadis itu hanya mengenakan bra. Pundak dan perut mereka terlihat jelas dan kaki mereka yang panjang dan mulus itu terletak di atas kasur. Ada yang sedang memainkan ponselnya dan ada juga yang sedang berkaca sambil menggosip. Mereka terlihat begitu ramai.
.........
Sebaliknya, setelah Marvin Su kembali ke dalam kamarnya, dia langsung menerima panggilan dari Jericho Su.
Setelah melihat notifikasi panggilan itu, Marvin Su merasa sedikit kesakitan pada testisnya. Dia langsung menolak panggilan itu. Tidak lama kemudian, Jericho Su mengirimkan sebuah pesan singkat: “Marvin Su, bagaimana pun kita memiliki marga yang sama. Kamu tidak perlu membantuku dalam hal yang lain, kamu cukup memberitahu kepadaku di mana Fenny Liu berada sekarang. Oke?”
Melihat kondisi Jericho Su, sepertinya ia tidak bertemu dengan Fenny Liu. Setelah menerima pesan singkat itu, Marvin Su merasa senang dan berkata di dalam hatinya, oh iya, Ketua Wang yang bekerja di kantor polisi itu merupakan teman baik dari kakak ipar dan juga kak Anggi, Jericho Su sama sekali tidak bisa mendapatkan informasi tentang tempat tinggal mereka.
Marvin Su pun tersenyum dan langsung mengnonaktifkan ponselnya. Setelah itu, ia pun berbaring untuk tidur.
Pada hari kedua, Marvin Su kembali mengaktifkan ponselnya dan ia melihat beberapa pesan dari Jericho Su. Kebanyakan isi dari pesan itu berupa kalimat marah kepada dirinya karena tidak membantu sesama keluarga Su dan malah memilih untuk membantu Fenny Liu.
Selanjutnya adalah pesan penyogokan, dia berkata kalau dia akan memberi 50.000 RMB (sekitar 100 juta rupiah) bahkan lebih banyak lagi kepada Marvin Su jika Marvin berhasil membantu Rina Chen untuk mendapatkan rumahnya kembali....
Meskipun Marvin Su menyukai uang, namun sekarang dia hanyalah seorang siswa. Dia tidak begitu tertekan seperti orang dewasa pada umumnya. Baginya, uang tidak bisa menggantikan keluarganya. Setelah melihat pesan-pesan itu, dia langsung menghapus semua pesan yang ada.
Meskipun Marvin Su merasa sedikit bosan atas hilangnya kabar Fenny Liu dan juga Anggi Yang, namun sekarang untungnya dia memiliki Siva Zhao yang membuat hari-harinya tidak begitu membosankan.
Akhir pekan pun tiba, Marvin Su dan Olga Wang akan mengikuti ujian ulang dan salah satu orang lainnya bukanlah merupakan teman sekamar Marvin, namun orang itu merupakan anggota dari tim basket yang sama dan mereka memiliki hubungan sahabat yang baik.
Pada sabtu siang, mereka bertiga pun pergi ke ruang kelas secara bersamaan.
Namun setelah melihat guru pengawas ujian itu, Marvin Su langsung terbengong......
Novel Terkait
My Goddes
Riski saputroCintaku Pada Presdir
NingsiDewa Perang Greget
Budi MaAfter The End
Selena BeeCinta Tapi Diam-Diam
RossieHarmless Lie
BaigeHanya Kamu Hidupku
RenataPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)