Pejuang Hati - Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
Waktu selalu berlalu dengan cepat, dan tidak terasa, sudah hari Jumat lagi.
Hari ini, perasaan Marvin Su sedikit gelisah.
Tiba-tiba dia merasa bahwa seharusnya dia tidak meninggalkan rumah sepupunya begitu saja saat minggu lalu, saat dia pergi lagi kesana hari ini, ia tidak tahu apakah kakak iparnya akan marah pada dirinya?
Selain itu, Hati Marvin Su masih sedikit senang, karena dalam satu minggu ini, ketika dia berada di kelas setiap harinya, dipikirannya selalu terbayang-bayang oleh Fenny Liu, dan hari ini akhirnya dia bisa melihatnya lagi.
“Marvin Su, apa yang kamu pikirkan, kenapa hari ini sangat senang?” Tiba-tiba, Siva Zhao teman sebangkunya dengan santai mencolek lengannya.
“Apa? “ Marvin Su menoleh, berkata : "Akhir pekan, tentu saja bahagia!"
“Aku belum pernah melihatmu sebahagia ini, mau pergi berkencan?” tanya Siva Zhao.
Marvin Su tersenyum, tidak menjawab.
Melihat tingkah laku Marvin Su, terdapat sedikit rasa kesepian tanpa alasan yang melintas di pikiran Siva Zhao.
Dia sebenarnya sangat menyukai Marvin Su, dia hanya malu untuk mengakui perasaannya, sekarang di saat ia melihatnya seperti sudah ada janji kencan, ia mulai mengerutkan mulutnya tanpa sadar.
“Hei, Siva Zhao, menurutmu ... apakah semua wanita itu emosional?” Marvin Su tiba-tiba bertanya.
Kali ini, Siva Zhao merasa yakin kalau Marvin Su sudah ada gadis yang disukai, dengan nada yang tinggi berkata: "Bagaimana saya bisa tahu!"
“Kamu kenapa, bukankah tadi baik-baik saja?” mendengar nada bicara yang sedikit tidak senang, Marvin Su bingung.
“Itu tadi, sekarang aku tidak peduli lagi denganmu.” setelah Siva Zhao selesai bicara, ia langsung memutarkan kepalanya dan berkonsentrasi pada pelajaran.
Marvin Su terdiam sesaat, tetapi teringat Siva Zhao yang biasanya baik kepadanya, jadi dia mengulurkan tangan dan menarik lengan bajunya, berpura-pura menjadi sedikit genit; "Siva, jangan abaikan aku, bagaimana kalau aku traktir makan setelah kelas? "
"Huh." Siva Zhao dalam hatinya merasa senang, tetapi masih berpura-pura bertingkah dingin, berkata : "Baiklah, tapi dengan terpaksa ya."
Dasar tukang makan, Marvin Su tersenyum lembut di hati, meskipun dia tidak tahu mengapa Siva Zhao marah tadi, tapi hanya dengan satu ajakan makan dapat menyelesaikan masalah, dan tidak jadi masalah lagi.
“Apa yang kamu tertawakan?” melihat senyum Marvin Su, Siva Zhao segera tenang.
“Tidak tertawa kok, hanya merasa wajah cemberutmu itu lucu.” Marvin Su menyipitkan matanya dan terus tertawa.
"Dasar jahat, tidak heran kamu selalu membuatku kesal ..." Siva Zhao mengulurkan tinjunya, melemparkan pukulan ke tubuh Marvin Su.
Marvin Su tidak mengelak, tetapi terus mencemooh: "Ganas sekali, siapa yang mau menikahimu nanti di masa depan?"
"Jika tidak ada yang mau, aku akan ..." Wajah Siva Zhao memerah, dan berkata : "Aku akan mencarimu nantinya!"
"Baiklah ... karena aku melihat ada sedikit keindahan pada dirimu, aku akan membiarkanmu mencariku," kata Marvin Su sambil setengah bercanda.
Siva Zhao sebenarnya cantik, kulitnya putih dan lembut, dengan sedikit chubby, ketika dia tersenyum, sepasang gigi gingsulnya dan lesung pipinya sangat menawan, saat bercanda dengannya, Marvin Su juga merasa sangat nyaman.
“Apakah pacarmu tidak cemburu?” Siva Zhao bertanya dengan wajah merah.
“Pacar?” Marvin Su membeku, berkata : “Kapan aku punya pacar?”
"Tidak ada?" Tanya Siva Zhao.
“Tidak ada... Kenapa, tadi sangat marah, mengira aku sudah punya pacar?” Marvin Su bertanya sambil tersenyum.
Siva Zhao menatap tatapan mata Marvin Su, dan wajahnya menjadi lebih merah, segera dia menyeringai: "Tak mau pedulikan kamu lagi."
“Hehe!” Marvin Su tersenyum jahat, tiba-tiba ia menyadari kalau sebenarnya menggoda wanita itu cukup mudah.
.......
Dengan cepat, malam hari pun tiba, ketika Marvin Su hendak naik taksi ke rumah kakak sepupunya, Martin Su menelepon.
"Kak," jawab Marvin Su.
"Marvin Su, malam ini aku ada pekerjaan tidak bisa pulang cepat, kamu langsung pergi ke Dorsett Hotel, bantu aku menjemput kakak iparmu." Martin Su berkata.
“Dorsett Hotel?” Marvin Su sedikit bingung, bertanya: “Kakak ipar sedang apa di hotel?”
"Rapat, kamu pergi jemputlah lebih awal ... Kakak iparmu baru saja mengirim pesan,dia berkata pemimpinnya selalu menyuruhnya minum-minum, kamu pergi awal sedikit ya, telepon aku jika kamu sudah menjemput kakak iparmu." Martin Su berkata.
Setelah mendengar ini, Martin Su buru-buru memanggil taksi dan berangkat, dia bergumam dalam hati, ada apa dengan kakak sepupunya ini, kakak ipar diajak minum-minum oleh orang, masih bisa lembur?
Setelah mengerutkan kening, Marvin Su dengan cepat menelepon Fenny Liu.
"Tut, tut, tut ..."
Telepon Fenny Liu terus berbunyi, tapi tidak diangkat, Marvin Su mengerutkan kening, dan segera berkata: “Pak, tolong lebih cepat.”
Dengan cepat, dia pun sampai ke Dorsett Hotel.
Sekali lagi dia mengeluarkan ponselnya melepon Fenny Liu, tetapi tidak ada yang menjawab, ketika dia sangat cemas, Marvin Su melihat Anggi Yang keluar dari hotel.
“Kak Anggi, Kak Anggi.” Marvin Su melambaikan tangan, sambil berlari menuju Anggi Yang.
Tiba-tiba, Anggi Yang tidak ingat nama Marvin Su: "Kamu si Su, Su, Su ..."
Aku Marvin Su, di mana kakak iparku?” Marvin Su bertanya.
“Kakak iparmu mabuk, di kamar 1202, aku menelepon Martin Su berkali-kali tapi tidak masuk, sekarang aku sedang menunggu pacarku datang!” Anggi berkata dengan cemas.
Melihat wajah Anggi Yang yang cemas, membuat Marvin Su juga sangat khawatir: "Apa yang terjadi pada kakak iparku?"
"Dia mabuk berat, saat aku berkata ingin mengantarnya pulang, kepala bagian mengatakan bahwa dia akan mengurusnya, menyuruh kami pulang terlebih dahulu ... menyebalkan sekali, dan Martin Su tidak dapat dihubungi, aku sedang menunggu pacarku untuk datang, coba lihat apakah ada cara untuk menyelamatkan Fenny Liu! " Anggi Yang berkata dengan khawatir.
“Tunggu apalagi, jika menunggu lebih lama lagi, kakak iparku bisa saja diapa-apakan olehnya.” Marvin Su bergegas menuju hotel.
“Huh, demi Fenny Liu, harus berani maju!” Anggi Yang menginjak kakinya dengan gelisah, diikuti dengan gertakan giginya, tapi dia berharap akan dapat dipromosikan bulan ini, dengan adanya masalah ini, kemungkinan akan gagal total.
Dengan segera, keduanya naik lift menuju ke kamar 1202.
"Bang! Bang! Bang! Bang!"
Marvin Su mengetuk pintu dengan tinjunya yang sangat keras, berteriak, "Buka pintunya, buka pintunya!"
“Siapa?” terdengar suara pria setengah baya.
Setelah mendengar suara dari dalam, Marvin Su melirik Anggi Yang, ketika dia mengangguk dengan tegas, dia berteriak: "Aku adalah ayahmu sialan, jika masih tidak membuka pintu aku akan lapor polisi?"
Orang di dalam setelah mendengar Marvin Su berkata begitu, ia dengan enggan membuka pintu.
"Kepala bagian Li." Setelah pintu terbuka, Anggi Yang tersenyum tak berdaya, berkata, "Ini adalah adik ipar Fenny Liu, suami Fenny Liu yang memintanya untuk menjemput Fenny Liu pulang ..."
"Huh!", Kepala bagian Li mendengus keras, pertama-tama dia menatap Anggi Yang dengan pandangan kesal, kemudian berkata kepada Marvin Su dengan wajah datar: "Kakak iparmu mabuk, aku telah menyiapkan tempat untuknya, kebetulan aku juga akan pergi!"
“Kalau begitu pergilah!” Marvin Su melangkah mundur, memberi jalan agar dia dapat pergi.
Wajah kepala bagian Li sangatlah kesal, tetapi karena identitasnya dia tidak bisa memperburuk keadaan, setelah itu ia mendengus sekali lagi, dan dia pun pergi.
Setelah melihat ini, Anggi Yang mengusap lidahnya, berkata :" Gawat ini, terkena masalah lagi ..."
Marvin Su mengabaikan Anggi Yang, setelah melihat kepala bagian Li pergi, dia bergegas masuk ke kamar,
Hanya melihat Fenny Liu sedang berbaring di tempat tidur dengan rambut acak-acakan, meskipun terlihat sedikit memalukan, pakaiannya masih utuh, untung masih belum disentuh olehnya.
“Sangat berbahaya,” Marvin Su menepuk dadanya, kemudian ia pun mengangkat Fenny Liu.
Fenny Liu yang sedang mabuk, mulut kecilnya bergumam dengan sangat seksi, dia merasakan Marvin Su menyentuhnya, lalu dia berkata : "Minggir, minggir, aku ingin pulang, pulang, pulang ..."
"Mabuknya sangat parah, panggil saja kakakmu datang," kata Anggi Yang.
Marvin Su mengerutkan kening, berkata, "Kakakku tidak bisa datang karena lembur ..."
"Astaga!" Anggi Yang kesal, dan berkata: "Kalau tidak kamu menginap semalam saja di sini, kamar ini besar, bisa cukup untuk 2 orang!"
“Ah?” Marvin Su tidak menyangka Anggi Yang berkata begini, jadi dia bertanya, “Aku...... aku tinggal bersama ...kakak iparku?"
“Tidak mungkin aku kan?” Anggi Yang memutar matanya ke atas dan melihat ke Marvin Su, dan kemudian meninggalkan nomor ponselnya kepadanya, kemudian berkata: “Aku mengacaukan rencana Direktur Li kali ini, dapat diperkirakan kalau promosinya akan gagal ... Huh , kamu tetap di sini saja ya, hubungi aku jika terjadi sesuatu, aku akan mengejar Direktur Li untuk melihat apa lagi yang bisa saya lakukan ... "
Marvin Su mengerutkan kening: "Mengejar si mesum itu, kamu tidak takut dia akan memukulmu?"
"Hehe, aku akan mengajak pacarku", Anggi Yang mengayunkan tangannya yang kecil sambil berkata, "Aku pergi dulu ya."
Setelah itu, di ruangan itu hanya ada Marvin Su dan Fenny Liu.
“Ah, panas!” Fenny Liu berbaring di atas ranjang, melepas bajunya, dan dengan sekejap, perutnya yang rata dan lembut mulai terlihat.
“Jreeng!” Marvin Su melihatnya, tidak bisa menahan untuk menelan ludah karena terlalu gugup, lalu berjalan ke arah Fenny Liu yang ada di atas ranjang ...
Novel Terkait
Anak Sultan Super
Tristan XuDark Love
Angel VeronicaWaiting For Love
SnowPergilah Suamiku
DanisMy Only One
Alice SongLove and Trouble
Mimi XuPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)