Pejuang Hati - Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
“Ah.” Anggi Yang mendengus, lalu berkata, “Kamu benar-benar buruk, kamu tidak pernah merindukan kakak, sekalinya merindukan aku, malah menjadi seperti boneka teddy versi manusia, lihat saja nanti apa aku masih akan melayanimu?”
“Ya, aku salah, maaf ya, Kakak yang baik.” meskipun Marvin Su tahu kalau Anggi Yang sedang bercanda, tapi dia masih mengikuti permainannya.
“Di mana salahmu?” tanya Anggi Yang.
“Aku salah karena seluruh hatiku ada di genggamanmu, tapi aku tidak dapat mengambil hatimu.” kata Marvin Su bercanda, “Kakak yang baik, maafkan aku.”
“Huh.” Anggi Yang mendengus, dan berkata, “Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan, aku akan pergi menemani Fenny, malam nanti aku akan kembali mencarimu dan membuat perhitungan.”
Setelah menutup telepon, Marvin Su menghela napas lega, seorang diri di rumah sangat membosankan. Dia mengunci pintu, lalu pergi ke warnet dan bermain game PUBG.
Setelah bermain sampai larut malam, ponsel Marvin Su berdering. Secara tidak sadar, karakter dalam permainannya juga dikalahkan oleh orang lain.
“Sial, sedikit lagi aku akan menang!” Marvin Su berkata kasar, lalu mengeluarkan ponselnya dan melihat, bahwa itu dari Martin Su.
Alisnya mengerut, hatinya ragu apa mungkin Martin Su mencarinya untuk membicarakan hal yang terjadi? Akhirnya setelah berdeham 2 kali, mempersiapkan hatinya, dia baru mengangkat teleponnya, dan berkata, “Kak.”
“Marvin Su, di mana kamu dan kakak ipar?” tanya Martin Su.
“Aku ada di warnet, kakak ipar…. Dia pergi bersama koleganya.” jawab Marvin Su.
“Kapan perginya?” tanya Martin Su.
“Pagi, ada…. hampir sepuluh jam sudah.” kata Marvin Su baru melihat jam, lalu dengan cepat bertanya, “Apa kakak iparku masih belum pulang?”
“Masih belum pulang, aku sudah meneleponnya tujuh delapan kali, tapi tidak diangkat.” jawab Martin Su.
“Akan aku coba telepon, mungkin…. Kakak ipar masih marah padamu, kamu jangan panik dulu kak!” kata Marvin Su, lalu menutup teleponnya dan langsung menelepon Fenny Liu.
Dan akhirnya memang tidak ada yang mengangkat telepon, alis Marvin Su mengerut, mungkin memang Fenny Liu tidak akan pulang malam ini, tapi apa mungkin terjadi sesuatu?
Mengingat hal ini, dia menelepon Anggi Yang.
“Kenapa bocah?” jawab Anggi Yang.
“Kakak Anggi, apa kakak iparku sudah pulang?” tanya Marvin Su.
“Dia sudah pulang dua jam yang lalu, masih belum sampai di rumah?” tanya Anggi Yang.
“Belum…” Marvin Su menarik nafas, dan berkata, “Kak Anggi, ketika kakak iparku pergi, apa ada sesuatu yang janggal?”
“Tidak ada, semua sudah dibicarakan baik-baik, ketika dia pulang seperti ada rasa lega.” jawab Anggi Yang,
Marvin Su mengerutkan keningnya dan berkata, “Di mana membicarakannya?”
“Kafe Awan….” jawab Anggi Yang, lalu melanjutkan, “Marvin Su, kamu tidak perlu khawatir, aku akan menghubungi beberapa teman, untuk memantau jalan dari Kafe Awan ke rumah Fenny Liu.”
“Maaf merepotkanmu, Kak Anggi.” jawab Marvin Su.
Setelah menutup teleponnya, Marvin Su langsung menghubungi Martin Su, dengan mobil Martin Su kedua orang itu mulai berjalan ke Kafe Awan.
Mobil itu sangat lambat, kedua orang itu sambil mengendarai sambil memantau jalanan, mereka takut melewatkan Fenny Liu, dan Marvin Su masih menelepon ponsel Fenny Liu yang sekarang sudah dalam keadaan mati.
“Tidak mungkin ada masalah, tidak mungkin.” pikir Marvin Su dalam hati sambil menggenggam erat ponselnya.
Martin Su tidak bisa menahan rasa paniknya, dan bertanya, “Marvin Su, semalam saat kakak iparmu pulang, apa ada kejadian yang aneh. Sebenarnya apa yang terjadi di desa?”
“Tidak ada hal aneh, sudah saat seperti ini, bertanya tentang hal ini juga tidak ada gunanya!” kata Marvin Su dengan cemas.
Melihat adiknya yang lebih kecil darinya, hati Martin Su merasakan sesuatu yang buruk di hatinya, saat ini dia merasa bahwa Marvin Su sudah dewasa, dia tumbuh lebih tinggi dari Martin sendiri, dan saat istrinya dalam bahaya, kenapa dia lebih panik daripada dirinya sendiri?
Apa mungkin Marvin Su jatuh cinta pada Fenny Liu?
Membayangkan saat meninggalkan desa waktu itu, Marvin Su yang merasa tidak sabar dengan dirinya sendiri, tapi sekarang dia malah sangat panik!
“Ketika aku tidak di rumah, dia selalu ada untuk menemani Fenny Liu, sekarang aku khawatir…. Tidak mungkin, aku mungkin berpikir berlebihan, Fenny Liu selalu melihat Marvin Su sebagai adik lelaki.” pikir Martin Su dalam hatinya, pikirannyanya sangat kacau.
Masalah yang terjadi di desa, dia sudah bertanya kepada Rina Chen beberapa kali, dia juga sudah bertanya ke Jeremi Su, semuanya berkata kalau itu adalah karena maling.
Kalau memang itu adalah maling, kenapa istrinya menunjukan kekecewaan yang besar dari matanya?
Martin Su bingung, dia menggunakan tenaga menepuk kepalanya, dan berkata pada dirinya sendiri, “Sedang memikirkan apa, sekarang ini keselamatan Fenny Liu adalah yang nomor satu!”
Mobil itu melaju sepanjang jalan. Setelah tiba di Kafe Awan, masih tidak ada hasil apa-apa. Dan saat itulah, ada telepon masuk dari Anggi Yang.
“Kakak Anggi, sudah ketemu?” Marvin Su langsung bertaya saat mengangkat telepon.
Anggi Yang tidak langsung menjawab, tapi malah bertanya, “Marvin Su, apa kamu bersama orang lain?”
“Aku bersama kakak sepupu!” jawab Marvin Su.
“Ternyata tidak sendiri, kalau begitu baguslah! Marvin Su, tadi saat Fenny Liu memesan taksi pulang… Taksi itu tidak langsung membawanya ke rumah, tapi di tengah jalan malah menjemput orang lain lagi, lalu sampai di daerah Central Selatan, dan mobil itu masuk ke dalam sebuah toko furnitur di daerah itu. Kamu dan Martin Su sekarang pergi lah kesana, aku sudah lapor polisi, dan sekarang sedang menuju kesana.” kata Anggi Yang dengan cemas.
“Baiklah.” Marvin menutup teleponnya, lalu berkata, “Kak, sekarang kita pergi ke toko furnitur di daerah Central Selatan.”
Meskipun Martin Su tidak mendengarkan dengan jelas percakapan Marvin Su di telepon, tapi dia bisa menebak kalau terjadi sesuatu pada Fenny Liu.
…...
Pada saat itu, Anggi Yang sangat cemas, karena polisi sudah memeriksa nomor plat kendaraan itu, dan polisi menemukan kalau plat nomor kendaraan itu palsu bukan dari perusahaan taksi biasa.
Plat nomor kendaraan itu palsu, dan informasi supir itu tidak bisa ditemukan, hanya bisa berdasarkan kamera CCTV melihat kalau itu sesosok lelaki, dan dengan sketsa untuk mencari tahu apakah lelaki itu ada catatan kriminal ataupun buronan.
Tapi sekarang ini sudah malam, pasukan polisi itu juga memiliki batasan, kapan bisa di sketsa sekalipun itu urusan lain!
“Fenny, tidak boleh terjadi sesuatu padamu!” kata Anggi Yang di mobil polisi dengan cemas, “Ketua Wang, tolong lebih cepat, aku mohon!”
Anggi Yang dan Fenny liu keduanya bekerja pada pemerintah, karena kontak mereka biasa kepada pejabat pemerintahan, maka mereka dapat dengan mudah menggerakan polisi. Kalau orang biasa, mereka harus menunggu sampai 24jam terlebih dahulu.
“Anggi, ini sudah melaju sampai 120km/h.” kata Ketua Wang sambil menghela nafas, “Jangan panik, aku sudah memberi tahu polisi lalu lintas, kalau taksi itu pergi maupun bergerak, maka mereka akan langsung melapor kepadaku!”
Ketika semuanya sunyi, ponsel Ketua Wang berdering.
“Ketua Wang, ada pergerakan pada taksi itu, sekarang bergerak ke arah timur, tapi tujuannya tidak jelas……”
Novel Terkait
Cinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaCintaku Pada Presdir
NingsiMy Charming Lady Boss
AndikaMy Superhero
JessiEverything i know about love
Shinta CharityPejuang Hati×
- Bab 1 Mati Lampu
- Bab 2 Ketidakpuasan
- Bab 3 Bekas Cakar
- Bab 4 Panggilan Telepon
- Bab 5 Jalan-Jalan
- Bab 6 Obat
- Bab 7 Hanya Bisa Dirasakan, Tidak Bisa Diungkapkan
- Bab 8 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik
- Bab 9 Terangsang
- Bab 10 Mabuk Kepayang
- Bab 11 Pertengkaran
- Bab 12 Pria Sejati
- Bab 13 Naik Bus
- Bab 14 Pikiran yang Tidak Senonoh
- Bab 15 Aku Suka Kamu
- Bab 16 Kasih Sayang yang Kuat
- Bab 17 Perjalanan Bisnis Kakak Sepupu
- Bab 18 Wanita Escort
- Bab 19 Sakit Hati
- Bab 20 Rangsangan yang Berbeda
- Bab 21 Salah Injak Kaki
- Bab 22 Rina Chen
- Bab 23 Persyaratan yang Tidak Masuk Akal
- Bab 24 Dalam Satu Kamar
- Bab 25 Lubang yang Dalam
- Bab 26 Di Bawah Sinar Bulan
- Bab 27 Ulang Tahun
- Bab 28 Dare!
- Bab 29 Bercinta
- Bab 30 Mawar
- Bab 31 Hembusan Nafas
- Bab 32 Pulang Bersama
- Bab 33 Marga Su, Bukan Marga Zhang
- Bab 34 Rencana Rina
- Bab 35 Pemerasan
- Bab 36 Kalau Aku Tidak Merawatnya, Apakah Kamu Bisa?
- Bab 37 Posisi?
- Bab 38 Dia Memang Pantas Mendapatkannya
- Bab 39 Terjadi Sesuatu Kepada Fenny Liu
- Bab 40 Masuk Neraka
- Bab 41 Tunggu Aku!
- Bab 42 Gangguan Psikologi
- Bab 43 Indra Keenam
- Bab 44 Siva Zhao
- Bab 45 Satu Hati, Dua Cinta
- Bab 46 Akulah yang Berhutang Padamu
- Bab 47 Pembunuhan
- Bab 48 Situasi Krisis
- Bab 49 Saat Terbangun
- Bab 50 Janji
- Bab 51 Jadilah Pacarku
- Bab 52 Rumah Sama, Orang Berbeda
- Bab 53 Belum Cukup
- Bab 54 Berani Tidak?
- Bab 55 Terjebak
- Bab 56 Perpustakaan
- Bab 57 Memahami
- Bab 58 Kerja Lembur
- Bab 59 Lemah
- Bab 60 Diikuti
- Bab 61 Membuntuti
- Bab 62 Tak Terkendali
- Bab 63 Mengancam
- Bab 64 Pilihan
- Bab 65 Hotel Inter Continental
- Bab 66 Muncul
- Bab 67 Kemarahan yang Tidak Terduga
- Bab 68 Perubahan
- Bab 69 Mimpi Panjang Telah Menjadi Sia-sia
- Bab 70 Masalah Berturut-turut
- Bab 71 Masalah yang Sangat Rumit
- Bab 72 Mengajak Bertemu
- Bab 73 Sertifikat Kepemilikan Properti
- Bab 74 Marvin Su dan Martin Su
- Bab 75 Pertemuan
- Bab 76 Berbahaya
- Bab 77 Konfrontasi Antar Saudara
- Bab 78 Pistol
- Bab 79 Keberanian
- Bab 80 Kedatangan Polisi
- Bab 81 Bertanya
- Bab 82 Penembakan
- Bab 83 Pilihan
- Bab 84 Jericho Su
- Bab 85 Konfrontasi
- Bab 86 Merenungkan
- Bab 87 Tidak Adil?
- Bab 88 Gadis-gadis Suka Bergosip
- Bab 89 Ujian
- Bab 90 Rasa Aman
- Bab 91 Pembagian Uang?
- Bab 92 Kemarahan Luar Biasa
- Bab 93 Makan Siang
- Bab 94 Tidak Berpikir dan Berlogika
- Bab 95 Farah Liu
- Bab 96 Ketidakadilan
- Bab 97 Tersenyum halus
- Bab 98 Menjijikkan
- Bab 99 Semuanya Indah Sekali!
- Bab 100 Minyak Lilin
- Bab 101 Jamuan Pengkhianatan
- Bab 102 Kasus Pembunuhan
- Bab 103 Gunung Dagu
- Bab 104 Tiga Banding Tiga
- Bab 105 Kencan?
- Bab 106 Di Kafe
- Bab 107 Pengendalian
- Bab 108 Kondom
- Bab 109 Siva Zhao
- Bab 110 Kembali ke Sekolah
- Bab 111 Tertangkap Basah
- Bab 112 Jika Aku Pergi, Kita Tak Bisa Bertemu Lagi (Tamat)