Istri kontrakku - Bab 68 Krisis perusahaan 2
Dia berkata kepada orang yang datang melindungi dia : "Kalian jangan melamun , cepat ambil senjata mereka dan juga panggil mobil ambulans untuk Christine dan Budi ."
"Baik , Direktur ."
Beberapa dari mereka langsung membawa Christine dan Budi ke bawah dan di saat yang sama mereka membawa keluar pengawal Sano . Saat ini hanya tersisa Andrew , Sano dan John di dalam kantor.
"Bukankah kamu tadi ingin ingin berbicara denganku? Cepat katakan ."
"Ha ha ha ... ternyata kamu punya nyali juga , apa kalian berdua pikir bisa mengendalikanku ? .”
Andrew berkata : "Kenapa , kamu masih ingin membunuhku ?
“Takutnya kamu sudah tidak punya kesempatan ini lagi ."
"Apa kamu yakin hari ini ingin melepaskanku ?"
"Jika aku tidak ingin melepaskanmu , aku tidak akan membiarkanmu dengan mudah memanggil polisi ."
"Kamu..."
Saat Sano sudah berada di dekat jendela , dia sudah ingin menelepon polisi , sepertinya kali ini dia sudah benar-benar berada di jalan buntu , kalau tidak dia tidak mungkin membiarkan polisi ikut campu dalam masalah ini.
Andrew berkata sambil tersenyum: "Demi nyawamu sendiri , kamu bahkan tidak peduli apapun lagi , kamu juga tidak takut polisi akan menemukan senjata di badanmu itu ."
Sano terdiam beberapa saat , lalu dia berkata : “Sejak ayahku meninggal , aku sudah belajar sesuatu , yaitu bukit yang hijau tidak akan takut dengan kayu bakar . Selama aku masih hidup , cepat atau lambat kamu akanku bunuh . "
"Ternyata kamu sangat keras kepala , sekarang jangan pikirkan hal itu lagi , sebaiknya kamu bersiap-siap bagaimana caranya menjelaskan ini semua kepada polisi , jika kamu memang tidak ingin mengatakan apapun kepadaku , lebih baik kamu menyingkir dari hadapanku ."
"Kamu akan menyesalinya." Kata Sano yang kemudian meninggalkan kantor dan Andrew tidak berniat untuk pergi mengejarnya .
"Apa kamu gila ? Membiarkan dia pergi begitu saja , aku beri tahu kamu , melepaskan bocah sialan ini bukanlah hal yang bagus , apa kamu tidak pikir bila suatu saat nanti dia akan balas dendam kepadamu ? "
Andrew menggelengkan kepalanya dan berkata : "Aku rasa dia tidak bisa melakukannya , bahkan aku pikir-pikir dia lebih bisa dipercaya daripada kamu ."
Mendengar hal ini , John dengan tersenyum kesal , lalu berkata : "Ternyata kamu sudah sakit parah , kamu merasa dia lebih bisa dipercaya dibandingkan aku ? Kalau begitu biarkan dia jadi asistenmu saja , aku bersedia untuk tidak melayanimu lagi ."
"Tidak, tidak, tidak , aku hanya bercanda saja ."
Beberapa menit kemudian , polisi sudah bergegas datang , mereka bisa datang ke sini pasti karena melihat GPS ponselnya Sano .
Di antara polisi ini , Andrew pernah bertemu beberapa kali dengan mereka , setelah mereka datang , polisi bertanya kepadanya : "Direktur , kami baru saja menerima panggilan yang lokasinya seharusnya berada disini , apa Anda ada masalah ?"
Andrew dengan pura-pura terkejut , lalu berkata : " Hah ? Mana ada . Aku tadi baru saja ngobrol dengan mitra bisnisku , bagaimana mungkin ada orang yang menelepon kalian ? Apa ada kesalahan yang terjadi ? "
Mereka saling memandang satu sama lain , lalu berkata : "Mungkin , jika memang tidak ada masalah , kami ingin pamit ."
Semua orang di kantor kepolisian tahu dengan jelas hubungan antara Andrew dengan Gunawan , jadi para anggotanya otomatis tidak akan mempersulit Andrew .
Setelah para polisi pergi , John kembali memperingati Andrew , tidak lain adalah mengatakan Sano adalah orang yang berbahaya , tapi Andrew tidak begitu mempedulikannya .
Siang hari ini , Andrew membeli beberapa buah dan datang ke rumah sakit , di saat ini Christine sudah siuman .
"Bagaimana ? Badanmu sudah enakan ?"
Christine mengangguk , lalu berkata : "Jangan khawatir , masih belum mati , hmm , tidak maksudku , aku ingin bilang kamu terlalu berani , aku memikirkannya saja sudah ketakutan , sebenarnya mereka itu siapa ?"
Christine belum pernah bertemu dengan Sano , tidak heran jika dia tidak mengenalnya .
"Tidak perlu mempedulikan bajingan seperti dia , ngomong-ngomong , bagaimana kamu bisa kembali ke perusahaan? Bukannya kamu sedang tinggal di Desa bunga persik belakangan ini ? "
"Aku kembali ke perusahaan untuk mengambil beberapa berkas , siapa yang tahu hal semacam ini bisa terjadi? Ngomong-ngomong , bagaimana keadaan manajer Budi dan lainnya ? Tapi aku lihat lukanya manajer Budi lumayan serius ."
"Aku belum pergi melihatnya ."
Christine mendengar ini , lalu berkata sambil tersenyum : "Tidak kusangka kamu begitu mengkhawatirkan aku ."
Andrew terbatuk dua kali dan berkata, "Kamu adalah karyawanku , kalau kamu dalam masalah , sudah seharusnya aku memperhatikan kamu ."
"Jadi kamu kenapa tidak duluan pergi melihat manajer Budi ? Lukanya lebih parah dariku ." Kata Christine dengan penuh percaya diri .
"Ok , aku akan pergi melihat manajer Budi ."
Setelah mengatakannya , Andrew bangkit dan ingin pergi dari bangsalnya Christine , tapi Christine tentunya tidak membiarkannya pergi dengan begitu mudahnya , dia cepat-cepat menarik tangannya , lalu berkata : "Kamu ini benar-benar bodoh atau pura-pura bodoh ?
"Aku harus pergi melihat keadaan manajer kita ."
"Andrew , Kamu ini laki-laki kan ?" Setelah mengatakannya , Christine menunjuk ke selangkangan Andrew dan berkata : "Bagian itu ... harusnya tidak ada masalahkan ?"
"Kamu ... kamu yang bermasalah , aku baik-baik saja . “
Meskipun Andrew sudah tidak muda lagi , dia punya sedikit pengalaman dalam urusan wanita , dari dia kuliah sampai sekarang , dia hanya pernah berhubungan dengan 2 wanita saja , bahkan salah satunya hanya bohongan saja .
"Baiklah , aku tidak ganggu kamu lagi , kamu cepat pergi lihat keadaan manajer Budi ."
Setelah mendengar ini , Andrew langsung mengangguk dan ingin berjalan keluar pintu , begitu dia berjalan , Christine menahannya lagi .
"Kamu benar-benar ingin pergi ." Kata Christine sambil menarik Andrew ke sisinya . Karena di rumah sakit , pakaian Christine sangat tipis dan Andrew bisa merasakan kelembutan dadanya , jika dia tidak bisa menahan dirinya , dia sudah mati kehabisan darah .
Andrew juga tidak tahu kenapa , dia bisa duduk dengan begitu tenangnya , apa ini karena hubungannya dengan Jeslyne .
Christine perlahan bangkit dari tempat tidurnya , lalu meletakkan kedua tangannya ke leher Andrew .
"Sejak aku bertemu denganmu , aku merasa aku sama sekali tidak menarik , menurutmu apa karena diriku yang tidak cukup menarik ?"
"Tidak , kamu menarik , tapi ..."
"Ssst ..." Christine mengeluarkan suara sambil membuat gestur tidak setuju , lalu berkata : "Jangan membuat kesimpulan secepat itu , kita ..."
Dia masih belum selesai berbicara , pintu bangsal tiba-tiba terbuka , orang yang datang adalah Jessica .
"Kenapa kamu datang ke sini ?"
Jessica melihat mereka berdua sedang tersenyum , lalu berkata : " Apa aku sudah menganggu kalian berdua ?"
Andrew dengan cepat menurunkan tangan Christine , lalu berkata : " Kenapa kamu bisa sampai datang ke sini ?"
Jessica menunjuk ke pintu sebelah dan berkata : "Aku tadi baru saja menjenguk manajer Budi , aku dengar kamu juga datang , tidak aku sangka , aku datang di waktu yang tidak tepat , Direktur tidak akan kurangi gajiku kan , ha ha ... "
Jessica datang ke arah Christine sambil berkata :"Oh , ngomong-ngomong , aku belum memperkenalkan diriku , namaku adalah Jessica , aku adalah orang yang bertanggung jawab dengan Perusahaan Rain sound dan aku juga adalah mantan pacarnya Andrew ."
Mendengar hal ini , Christine tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha ... Boleh juga kamu Andrew , aku pikir kamu masih perjaka , hahaha ..."
Novel Terkait
Diamond Lover
LenaKembali Dari Kematian
Yeon KyeongJalan Kembali Hidupku
Devan HardiPernikahan Kontrak
JennyMy Cold Wedding
MevitaTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelKing Of Red Sea
Hideo TakashiIstri kontrakku×
- Bab 1 Menjadi Pemeran Utama
- Bab 2 Menolak Diberi Jalan
- Bab 3 Siapa yang Berlutut?
- Bab 4 Tawaran
- Bab 5 Punya pemikiran yang matang
- Bab 6 Tidak Dapat Kabur Jika Ada Sayap
- Bab 7 Aku ada Sebuah Ide
- Bab 8 Pasti Ada Caranya
- Bab 9 Konferensi Pers
- Bab 10 Mempermalukan
- Bab 11 Perubahan
- Bab 12 Balas Dendam
- Bab 13 Persiapan
- Bab 14 Tanda Tangan Kontrak
- Bab 15 Kegaduhan Lokasi Syuting
- Bab 16 Menerima Dejun
- Bab 17 Bertemu Dengan Venny Lagi
- Bab 18 Taruhan
- Bab 19 Bisnis Seharga Enam Ratus Ribu
- Bab 20 Akting
- Bab 21 Anak orang kaya
- Bab 22 Mujizat
- Bab 23 Memenangkan kontrak
- Bab 24 kata-kata yang tak bisa disampaikan
- Bab 25 Pertama kali bertemu orang penting
- Bab 26 Tempat rahasia
- Bab 27 Situasi
- Bab 28 Hubungan Kerja Sama
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Kebalikan
- Bab 31 Leon yang Gila
- Bab 32 Sano
- Bab 33 Kekhawatiran
- Bab 34 Melihat Bunga Persik
- Bab 35 Ditangkap
- Bab 36 Senang
- Bab 37 Godaan Christine
- Bab 38 Pilihan Orang yang Tepat
- Bab 39 Pemutusan Kontrak
- Bab 40 Siasat
- Bab 41 Masalah Besar
- Bab 42 Jeje Gadis Pelayan
- Bab 43 Minta Dipukul
- Bab 44 Gadis Gosip
- Bab 45 Pertaruhan
- Bab 46 Jerami Terakhir Yang Mematikan Unta
- Bab 47 Panik
- Bab 48 Kekuatan Andrew
- Bab 49 Mark Menyerah
- Bab 50 Kesalahpahaman
- Bab 51 Masalah yang Mengganggu
- Bab 52 Memainkan Sebuah Pertunjukkan
- Bab 53 Mendorong Menjadi Topik Hangat
- Bab 54 Rahasia Sano
- Bab 55 Juan yang Jengkel
- Bab 56 Marah Besar
- Bab 57 Krisis Film
- Bab 58 Konferensi Pers
- Bab 59 Acara Keluarga (1)
- Bab 60 Acara Keluarga (2)
- Bab 61 Perjamuan Keluarga (3)
- Bab 62 Pemutusan Kontrak Artis (1)
- Bab 63 Pemutusan Kontrak Artis (2)
- Bab 64 Group Li Dalam Bahaya
- Bab 65 Mantan kekasih
- Bab 66 Waktu mendatangkan perubahan
- Bab 67 Krisis perusahaan
- Bab 68 Krisis perusahaan 2
- Bab 69 Apa Jeslyne dalam masalah ?
- Bab 70 Permintaan Jessica
- Bab 71 Penculikan Lagi
- Bab 72 Perang senjata
- Bab 73 Pertemuan pertama
- Bab74 Data
- Bab 75 Telepon dari Walikota Wandy
- Bab 76 Memastikan Rencana
- Bab 77 Kedatangan Willy
- Bab 78 Kerjasama
- Bab 79 Kerjasama
- Bab 80 Meminta Pernyataan
- Bab 81 Dosis Yang Kuat
- Bab 82 Curiga
- Bab 83 Membasmi
- Bab 84 Pengkhianatan
- Bab 85 Memindahkan Aset
- Bab 86 Membeli Saham
- Bab 87 Mulai Panen
- Bab 88 Konferensi Pers
- Bab 89 Tamu Penting
- Bab 90 Kerja Sama
- Bab 91 Luar Negeri
- Bab 92 Hebat
- Bab 93 Memamerkan Kehebatan
- Bab 94 Tugas Dari Venny
- Bab 95 Menyusun Rencana
- Bab 96 Telepon dari Juan
- Bab 97 Kamera Mini
- Bab 98 Pemikiran Buruk Juan
- Bab 99 Keadaan Krisis
- Bab 100 Melamar
- Bab 101 Benar-Benar Marah
- Bab 102 Tamat