Asisten Bos Cantik - Bab 64 Cepat Peluk Aku
Kemudian Reza Qiao mengirim pesan kepada Tina Jiang.
Dua puluh menit kemudian, Reza Qiao tiba di Jalan Doom no.14, di sini merupakan suatu gudang yang terbengkalai, dan lingkungan sekitar sangat suram dan sunyi.
Reza Qiao membawa koper kulit dan masuk ke dalam gudang, cahaya di dalam sana cukup redup, dan beberapa sinar lampu jalan menembus masuk.
Ketika dia sampai di tengah lapangan kosong, Reza Qiao meletakkan koper kulit kecil di tanah, dan berkata dengan keras: "Raja telah sampai."
"Hehe …."
Ada gerakan di tengah kegelapan, dan beberapa bayangan hitam berjalan keluar.
Yang berjalan di depan adalah si Gigi Kuning dan Six Shen, diikuti oleh empat pria bertubuh besar berjas hitam, dengan tangan kanan yang dimasukkan ke dalam saku pakaian, dan Six Shen membawa sebuah koper kulit kecil.
Si Gigi Kuning berjalan mendekat, lalu tersenyum pada Reza Qiao: "Raja, nyalimu besar juga."
"Karena aku percaya pada kalian, kalau tidak aku tidak akan bertransaksi sendirian dengan kalian."
"Ya, raja sangat akurat dalam melihat orang."
"Jangan bertele-tele, apakah kamu membawa barang yang aku mau?" kata Reza Qiao dengan tidak sabar.
Six Shen menepuk koper kulit kecil itu.
"Kalau begitu mari kita mulai." Reza Qiao mendorong koper kulit kecil yang ada di depannya.
Six Shen juga mendorong koper kulit kecil yang diletakkan di tanah itu, kemudian dia membuka koper kulit Reza Qiao dan mulai memeriksa uang.
Tapi Reza Qiao malah tidak bergerak.
"Kenapa kamu tidak memeriksa barangnya?" si Gigi Kuning merasa aneh.
"Aku sangat percaya pada kalian, dan tidak perlu periksa barang lagi." Reza Qiao tersenyum menyeringai.
Begitu melihat empat orang berjas hitam yang membawa senjata, dia tahu bahwa barang itu pasti asli.
Six Shen membuka koper, matanya berwarna-warni, lampu yang sedikit redup, sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas.
"Bro, kenapa uang ini tidak terlihat seperti aslinya?"
"Ini Euro."
"Euro? Coba aku lihat seperti apa Euro itu." si Gigi Kuning mengeluarkan senter kecil dan menyenternya.
Sial, Euro apa, satu koper ini penuh dengan uang kertas orang meninggal.
"Palsu, dia mempermainkan kita."
Tangan si Gigi Kuning bergerak dengan cepat, lalu mengambil koper kulit kecil itu kembali, empat pria berjas hitam itu langsung mengeluarkan senjata, dan lubang-lubang hitam senjata itu mengarah tepat ke Reza Qiao.
"Brengsek, beraninya mempermainkanku, aku akan membunuhmu?" si Gigi Kuning sangat marah.
"Kamu berani?"
"Berani."
"Bagaimana kamu melakukannya?"
"Mereka punya senjata." Si Gigi Kuning menunjuk ke empat pria berjas hitam yang memegang senjata di belakangnya.
"Kamu tidak takut melakukan penembakan lalu menarik perhatian polisi?"
"Di sini adalah hutan belantara, bahkan satu hantu pun tidak ada, aku tidak akan takut."
"Apa kamu tidak khawatir jika polisi sudah menyergap tempat ini sejak awal?" Reza Qiao tersenyum menyeringai.
Wajah si Gigi Kuning dan Six Shen langsung berubah ketika mendengar kata-kata itu.
Reza Qiao menepuk tangannya dua kali dengan pelan.
"Jangan bergerak!" tiba-tiba sekelompok besar polisi keluar dari kegelapan.
"Sial, masuk perangkap."
Si Gigi Kuning dan Six Shen berlari keluar membawa barang itu, lalu empat pria berjas hitam mulai menembak polisi.
"Tembak …."
Tina Jiang memberi perintah, dan senjata di tangan polisi itu mulai berbunyi.
Setelah suara tembakan itu, gudang menjadi sunyi, keempat pria berjas hitam itu telah ditembak mati, dan tidak ada polisi yang terluka.
Si Gigi Kuning dan Six Shen ditangkap di pintu masuk gudang, dan koper kulit kecil juga disita.
Tina Jiang berjalan ke depan Reza Qiao, dan dia sedang berdiri di sana dengan melamun.
"Reza Qiao."
Tidak ada jawaban.
"Reza Qiao, apakah kamu ketakutan?" Tina Jiang mengguncang tubuh Reza Qiao.
"Haha, takut, takut …." Gumam Reza Qiao.
"Jangan takut, Kakak ada di sini." Tina Jiang menjadi simpati dengan Reza Qiao, nyalinya memang terlalu kecil, kemungkinan kali ini nyalinya sudah hampir hancur.
"Sangat menakutkan, Kak polisi cantik cepat peluk aku …."
"Tidak mau, ada begitu banyak orang di sini."
"Aku tidak peduli, aku sudah hampir mati karena ketakutan, aku benar-benar sangat takut, cepat peluk aku …." Reza Qiao memeluk Tina Jiang.
"Kamu kamu … lepaskan aku, orang lain telah melihatnya." Tina Jiang sangat cemas.
"Cepat hibur aku …." Reza Qiao memeluknya lebih erat lagi.
Tina Jiang tidak punya pilihan selain menepuk punggung Reza Qiao: "Sudah, Kak Tina ada di sini, jangan takut jangan takut …."
Reza Qiao berbaring di bahu Tina jiang dan tersenyum menyeringai, lalu mengendus beberapa kali, baunya sangat harum.
Melihat beberapa polisi sedang berjalan ke sini, Reza Qiao dengan enggan melepaskan Tina Jiang.
Wajah Tina Jiang memerah: "Masih takut?"
"Sudah tidak apa-apa."
Tina Jiang menghela napas lega, sial, orang ini benar-benar ketakutan, tadi dia memeluk tubuhnya dengan sangat erat, sampai tidak bisa bernapas.
Seorang polisi datang: "Kepala Jiang, orang dan barang berhasil ditangkap."
"Apakah barangnya telah diperiksa?"
"Sudah, semuanya barang asli."
Tina Jiang sangat senang, begitu mudah memecahkan kasus perdagangan narkoba, dan ini adalah sebuah pencapaian besar lagi, ini semua berkat Reza Qiao.
"Bawa pulang untuk interogasi mendadak."
Polisi mengawal si Gigi Kuning dan Six Shen ke dalam mobil polisi, Tina Jiang menepuk bahu Reza Qiao dengan hangat: "Reza, kamu kembali dan tunggu bonusnya, kamu akan menghasilkan banyak uang lagi."
"Kamu memanggilku Reza?"
"Ya."
Secara tidak sengaja, Tina Jiang mulai memiliki nama panggilan untuk Reza Qiao.
"Kenapa kamu tidak memanggilku Tuan Muda Qiao?"
"Aku takut kamu memanggilku Nyonya Muda."
"Apakah tidak baik jika menjadi Nyonya Mudaku?"
"Tidak baik."
"Apakah mungkin kamu ingin menjadi Nyonya Qiao?"
"Hei, lebih baik aku memanggilmu Reza Qiao saja, daripada kamu diberi hati minta jantung."
Saat ini Tina Jiang sedang dalam suasana hati yang baik, dan sama sekali tidak marah terhadap godaan Reza Qiao.
"Apakah kamu akan pergi sekarang juga?"
"Ya, kembali untuk melakukan interogasi, mungkin saja masih bisa menangkap yang lebih besar."
"Tidak bisakah kamu menemaniku di sini?"
"Di sini gelap, untuk apa aku menemanimu?"
"Banyak yang bisa dilakukan dalam kegelapan."
"Melakukan apa?" Tina Jiang berwaspada.
"Aku bisa memuaskanmu dengan apapun yang kamu inginkan."
"Tidak perlu, aku tidak ingin melakukan apapun, kamu pasti memiliki niat buruk."
"Sebenarnya, kita bisa bicara tentang kehidupan." Reza Qiao tertawa ringan.
Tina Jiang menghela napas lega, ternyata dia hanya ingin membicarakan kehidupan dengannya.
"Apa yang perlu dibicarakan dalam kehidupan."
"Kamu sangat tidak berperasaan."
"Ada tidaknya perasaan, itu tergantung dengan siapa kamu."
"Aku pikir, kita bersama adalah hal yang paling berwarna."
"Jangan terlalu kepedean, aku benar-benar harus pergi."
Tina Jiang masuk ke dalam mobil dan pergi.
"Yah, malam yang begitu indah, tapi tidak ada orang yang bisa berbicara denganku tentang kehidupan, sayang sekali." Reza Qiao menghela napas.
Tina Jiang duduk di dalam mobil polisi, dan melihat mobil van yang mengantar si Gigi Kuning dan Six Shen di depannya, dia berpikir dengan gembira, jika dia bisa membuka celah dari mulut mereka berdua ini, mungkin dia bisa memecahkan jaringan perdagangan narkoba, ini akan menjadi suatu penghargaan besar.
Ketika sedang memikirkan hal itu, mobil van di depannya tiba di pertigaan tepi sungai, sebuah kendaraan konstruksi tak memiliki plat polisi tiba-tiba melaju kencang dan menabrak ke bagian tengah mobil van, mobil van tidak dapat mengelak, dan langsung berguling karena tabrakan mobil konstruksi itu, setelah berguling beberapa kali, lalu jatuh ke dalam sungai.
Air sungai ini sangat dalam, dan mobil van itu langsung tenggelam ke dalam sungai.
Kendaraan konstruksi dengan cepat berbelok dan pergi.
Tina Jiang tercengang, dan segera memberhentikan mobil, lalu turun: "Cepat selamatkan orang …."
Pukul 8 keesokan paginya, Rumah Sakit Qing.
Reza Qiao memarkirkan mobil, dan langsung pergi ke pos perawat di departemen Patricia Sun, berkata kepada seorang perawat muda: "Aku mencari Perawat Sun."
"Perawat Sun yang mana?"
"Patricia Sun."
Perawat muda itu berbalik dan berteriak ke dalam: "Patricia, ada seorang pria tampan sedang mencarimu."
Patricia Sun keluar dan melihat Reza Qiao, matanya berbinar: "Kak Reza."
"Patricia, sudah pulang kerja belum?"
"Iya, baru saja menyelesaikan pekerjaan, Kak Reza, tunggu aku sebentar." Patricia Sun masuk lagi ke dalam dengan gembira.
Wanita pergi keluar pasti banyak sekali persiapannya.
Reza Qiao menyandar di meja sambil mengobrol dengan perawat muda itu.
"Cantik, apakah kamu sudah punya pacar?"
"Kamu tebak."
"Belum."
"Bagaimana kamu tahu?"
"Aku lihat kulitmu pucat dan matamu tidak cerah, kamu pasti kekurangan kelembapan pria."
"Kamu jahat." Perawat muda itu tersipu malu, "Aku di sini untuk magang, dan masih belum lulus."
"Pria baik di tahun ini tidak banyak lagi, jadi kamu jangan menyia-nyiakannya."
"Apakah kamu pria baik?"
"Tentu saja." Reza Qiao menepuk dadanya, "Maukah kamu mempertimbangkannya?"
"Pergi sana, kamu itu pacarnya Patricia, kenapa masih menggodaku."
"Aku tidak masalah jika punya banyak pacar, jika kamu sudah memutuskannya, aku bisa membawa kalian jalan-jalan bersama."
"Tidak, kamu itu serigala besar."
"Kalau begitu kamu adalah domba kecil."
"Mengapa?"
"Serigala besar suka makan domba kecil."
"Kamu sangat lucu …."
Ketika mereka sedang mengobrol dengan asyik, Tina Jiang menelepon.
"Tina, apakah kamu akan mengirim bonus ke kartuku lagi? Kali ini berapa banyak?" Reza Qiao berjalan ke samping untuk menjawab telepon.
"Aduh, terjadi kecelakaan mobil dalam perjalan pulang tadi malam, mobil yang mengawal tersangka ditabrak oleh sebuah kendaraan konstruksi dan masuk ke dalam sungai, si Gigi Kuning dan Six Shen keduanya tewas." Kata Tina Jiang dengan lesu.
"Bagaimana dengan yang lainnya?"
"Si Gigi Kuning dan Six Shen tidak bisa keluar karena diborgol, dan yang lainnya keluar setelah memecahkan jendela mobil."
"Apa yang dilakukan anak buahmu, kenapa mereka tidak mengeluarkannya?"
"Anak buahku terdampar jauh baru diselamatkan, sudah sangat baik jika mereka tidak tenggelam di dalam mobil, mana ada kemampuan untuk menyelamatkan mereka lagi."
"Oh, itu benar, tapi sayang sekali kedua orang itu meninggal."
"Benar, masih belum diinterogasi, dan semua petunjuk telah hilang."
"Di mana kendaraan konstruksi yang menyebabkan kecelakaan itu?"
"Dia langsung kabur setelah menabrak orang, saat itu kami sibuk menyelamatkan orang, dan tidak peduli untuk mengejarnya."
"Kendaraan konstruksi itu pasti tidak berplat."
"Benar."
"Bagaimana dengan koper kecil itu?"
"Menghilang."
"Hilang ke mana?"
"Air sungai sangat deras, dan tidak tahu mengalir kemana."
"Hei, Tina, kamu benar-benar sial, kamu sudah melewatkan kesempatan untuk membuat prestasi besar."
"Siapa bilang tidak, aku sangat sedih sekarang."
"Apakah kamu membutuhkan bujukanku?"
"Butuh."
"Kalau begitu datanglah ke pelukan Kakak, aku akan memelukmu." Kata Reza Qiao dengan lembut.
Tina Jiang tiba-tiba merasa sedikit aneh: "Tidak tidak, tidak mau …."
"Anak baik, Kakak peluk sini …."
"Jangan …."
"Patuhlah, pelukan Kakak sangat hangat …."
Tina Jiang merasa bahwa dia sepertinya terpesona oleh suara Reza Qiao, lalu menggelengkan kepala untuk fokus: "Berhenti berhenti …."
"Kenapa berhenti?"
"Kamu sedang menggodaku."
"Apakah kamu berniat untuk menolak?"
"Iya."
"Sebenarnya kamu tidak bisa menolak, karena pelukanku bisa melelehkanmu …." Lanjut Reza Qiao dengan lembut.
Tina Jiang tidak berani melanjutkan pembicaraan dengan Reza Qiao, dan segera menutup telepon.
Reza Qiao tertawa, lalu menghela nafas, tidak menyenangkan, sebuah bonus dengan jumlah besar telah hilang.
Reza Qiao kemudian menelepon Beni Ouyang: "Six Shen dan si Gigi Kuning jatuh ke sungai tadi malam dan mati tenggelam …."
"Ah, Tuan Reza, apa yang terjadi?"
"Pasti ada orang yang melakukan ini dengan sengaja, takut mereka masuk dan membocorkan sesuatu."
"Kira-kira siapa yang bisa melakukan ini?"
"Tentu saja kepalanya si Gigi Kuning, kamu bantu aku periksa si Gigi Kuning."
"Baik, Tuan Reza."
Menyimpan ponsel, Reza Qiao mengedipkan mata, aku harus terus memeriksa ini sampai tuntas, dan sampai menemukan sumbernya.
Patricia Sun keluar dengan sedikit riasan, tampak segar dan cantik.
"Kak Reza, ayo pergi."
Patricia Sun tentu saja meraih lengan Reza Qiao.
"Patricia, kamu tidak takut teman kerjamu melihatnya?"
"Takut apa, aku bilang saja kamu adalah pacarku."
"Aku belum setuju untuk menjadi pacarmu."
"Tidak masalah apakah kamu setuju atau tidak, yang terpenting aku adalah pacarmu."
"Aku dengan Felix adalah teman baik, menurutku juga tidak pantas jika melakukan ini."
"Kakakku mendukungku bersama denganmu."
"Hei, kalian adik beradik benar-benar sangat menarik …."
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Lelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindySederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiAsisten Bos Cantik×
- Bab 1 Jeritan dari Dalam Mobil BMW
- Bab 2 Di mana Si Mata Keranjang?
- Bab 3 Mengisap dengan Kuat
- Bab 4 Bagaimana Jika Aku Tidak Melakukannya
- Bab 5 Kamu Ada Berapa Telur?
- Bab 6 Kuat Sedikit
- Bab 7 Kakak Polwan Cantik Sangat Hebat
- Bab 8 Perawat Kecil dengan Mata Besar
- Bab 9 Siapa yang Menculik?
- Bab 10 Gelisah
- Bab 11 Akan Aku Perlihatkan Padamu
- Bab 12 Aku Juga Mau Jadi Pacarmu
- Bab 13 Datang dengan Kelompok
- Bab 14 Aku Ingin Menciuminya
- Bab 15 Si Iblis Sudah Gila
- Bab 16 Dengan Kasar Menodaiku
- Bab 17 Terlihat Semua
- Bab 18 Melakukannya Dua Kali
- Bab 19 Tidak Sebesar Sepupumu
- Bab 20 Tidak Perlu Ditemani Pria
- Bab 21 Aku Adalah Lelakimu
- Bab 22 Sebenarnya Ada Berapa Wanita yang Dia Miliki
- Bab 23 Jeritan dari Dalam Kamar
- Bab 24 Hanya Sebentar
- Bab 25 Pertama Kali Baru Seru
- Bab 26 Dewa Gagal
- Bab 27 Jika Teman Maka Jangan Sungkan
- Bab 28 Sangat Suka Berkeliaran dan Bersenang-Senang
- Bab 29 Benar-Benar Bisa membantumu Menjadi Besar
- Bab 30 Memang Pada Awalnya Sudah Besar
- Bab 31 Wanita Sepertiku Aku Mengajarimu
- Bab 32 Wangi Sekali
- Bab 33 Aku Ingin Mendapatkan Hatimu
- Bab 34 Tanganmu Sangat Halus
- Bab 35 Malam Ini Jadi Hantu Penggoda
- Bab 36 Menemukan Kakak Seperguruan
- Bab 37 Bagaimana Mengurutkan Peringkat Istri Tua dan Muda
- Bab 38 Semakin Begadang Semakin Kecil
- Bab 39 Keluar dari Penjara
- Bab 40 Pukul Pantat Jika Menangis Lagi
- Bab 41 Cinta Sampai ke Tulang-tulang
- Babak 42 Menambah Satu Nol Lagi
- Bab 43 Manusia Paling Pintar di Dunia
- Bab 44 Aku Takut Mengejutkan Wanita Cantik
- Bab 45 Kamu Ada Segagah Aku?
- Bab 46 Pertama, Kamu Harus Mati
- Bab 47 Segala Sesuatu Tentang Wanitaku Adalah Masalah Besar
- Bab 48 Aku Bisa Memuaskan Kamu
- Bab 49 Paman Akan Mengobatimu
- Bab 50 Bukan Orang, Maka Adalah Dewa
- Bab 51 Aku Belajar Sastra Denganmu
- Bab 52 Jangan Kasar pada Pacarku
- Bab 53 Aku Akan Meledakkanmu!
- Bab 54 Hubungan Pacaran Kakak dan Adik
- Bab 55 Aku adalah Penyelamatmu
- Bab 56 Benar-benar Menjadi Lebih Besar
- Bab 57 Serangan Hacker
- Bab 58 Sebentar Lagi Kamu Akan Berlutut
- Bab 59 Patahkan Betis Kecilnya
- Bab 60 Aku Mau Hatimu
- Bab 61 Lihat Siapa yang Paling Besar
- Bab 62 Bagaimana Jika Menjadi Nyonya Muda
- Bab 63 Milikku Juga Akan Mulai Bertumbuh
- Bab 64 Cepat Peluk Aku
- Bab 65 Main Trampolin
- Bab 66 Boleh Sesuka Hati Menyentuh Wanita
- Bab 67 Apakah Menginginkanya Sekarang
- Bab 68 Kamu Seperti Ini Juga Telah Menindasku
- Bab 69 Rela Melakukan Apapun
- Bab 70 Lakukan yang Nyata
- Bab 71 Kalau Kalah Kamu Jadi Istriku
- Bab 72 Sekaligus dengan Pengiring Pengantin
- Bab 73 Dimakan Secara Bersamaan
- Bab 74 Sebuah Teknik
- Bab 75 Ikut Aku untuk Menjemput Para Tamu
- Bab 76 Hadiah Kecil Ini Terlalu Berharga
- Bab 77 Sarapan yang Sangat Mahal
- Bab 78 Aku Datang untuk Menjemput Tamuku
- Bab 79 Tongkat Manusia Pertama di Dunia
- Bab 80 Tidak Hanya Hebat Makan, Tapi Juga Hebat Minum
- Bab 81 Kerabat
- Bab 82 Untuk Kalian
- Bab 83 Terserah Mau Bagaimana Menerimanya
- Bab 84 Kemari Duduk di Pangkuanku
- Bab 85 Apakah Kamu Bisa Menembak?
- Bab 86 Jangan Begitu Kasar
- Bab 87 Wanita Cantik Bunga Sekolah
- Bab 88 Bos Besar yang Sebenarnya
- Bab 89 Anak Muda yang Suka Belajar
- Bab 90 Beri Aku Uang dan Aku Menemanimu Bermain
- Bab 91 Garansi Selama 70 Tahun
- Bab 92 Lakukan Pertujukan Untukku
- Bab 93 Aku Adalah Wanitanya Reza Qiao
- Bab 94 Nama Anak Sudah Disiapkan
- Bab 95 Aku Mau Menjadi CEO Kembali
- Bab 96 Mengapa Begitu Gegabah
- Bab 97 Sangatlah Sempurna
- Bab 98 Cepat atau Lambat
- Bab 99 Reza Qiao Sudah Meninggal
- Bab 100 Orang Baik, Lepaskan Kami
- Bab 101 Hanya Ada Satu Kemungkinan
- Bab 102 Bagaimana Jika Mati Lemas
- Bab 103 Datang Beri Dukungan
- Bab 104 Penghargaan Penonton Terbaik
- Bab 105 Pembunuh Gurun
- Bab 106 Hanya Bisa Bertaruh
- Bab 107 Orang Baik Qiao
- Bab 108 Sangat bermanfaat
- Bab 109 Berpesta di Tengah Hutan
- Bab 110 Ke Arah Segitiga Emas
- Bab 11 Dua Ekor Babi Gemuk
- Bab 112 Sedikitpun Tidak Berpura-pura
- Bab 113 Nama Saya Erwin Liu
- Bab 114 Kamu Ingin Serius?
- Bab 115 Pramugari cantik
- Bab 116 Panggil Kakak Baik
- Bab 117 Aku Punya Sebuah Syarat
- Bab 118 Ada Wanita Cantik Mendukung di Belakang
- Bab 119 Seberapa Patuh Kamu
- Bab 120 Bersemangat
- Bab 121 Gadis Cantik Jangan Gugup
- Bab 122 Reza Sayang Tidak Mau Dengar
- Bab 123 Wanita Cantik juga Dipertaruhkan
- Bab 124 Raja Judi Baru Sudah Lahir
- Bab 125 Bertaruh Untuk Nyawamu
- Bab 126 Dewa Raja
- Bab 127 Lihat Apakah Kamu Tampan
- Bab 128 Peperangan Malam Hari di Pantai
- Bab 129 Aku adalah Pemuda Dewa Judi Itu
- Bab 130 Wanita Cantik Bebas Memilih
- Bab 131 Tidak Lebih Baik Dari Seorang Wanita
- Bab 132 Wanita Cantik Ini Untuk Kalian
- Bab 133 Siasat Seorang Wanita
- Bab 134 Mandi dan Duduk Manis Menunggu
- Bab 135 Mengapa Aku Belum Mati?
- Bab 136 Perusak Tempat Sudah Datang
- Bab 137 Raja Judi Dunia Sudah Datang
- Bab 138 4 Wanita Sekaligus
- Bab 139 Aku Sangat Suka Mentimun
- Bab 140 Kamu Saja Yang Mengambilnya Terlebih Dahulu
- Bab 141 Aku Punya Misophobia
- Bab 142 Bergelut Di Kasur
- Bab 143 Aku Memasang Taruhan 40 Triliun
- Bab 144 Dahsyat
- Bab 145 Peluru Terakhir
- Bab 146 Kematian Raja Judi
- Bab 147 Bajak Laut Cantik
- Bab 148 Tatapan Ini Sungguh Memikat
- Bab 149 Nyawamu Adalah Milikku
- Bab 150 Pertarungan Malam Dalam Rerumpunan Pohon
- Bab 151 Semakin Main Semakin Besar
- Bab 152 Ditekan Sampai Jadi Lurus
- Bab 153 Dipaksa oleh Kamu
- Bab 154 Tidak Terbiasa
- Bab 155 Tingkat Masturbasi Sangat Tinggi
- Bab 156 Domba Hitam
- Bab 157 Bagaimana Pendapat Kakak Ipar
- Bab 158 Tindakan Nyata
- Bab 159 Wanita Muda Cantik Yang Elegan
- Bab 160 Pria Muda Tampan Yang Sepertinya Dikenal
- Bab 161 Lelaki Legendaris Yang Berkarisma
- Bab 162 Ledakan Bom Tengah Malam
- Bab 163 Keberuntungan Yang Besar
- Bab 164 Masalah Ini Tidak Berhubungan Dengan Ketua
- Bab 165 Apanya Yang Menyenangkan
- Bab 166 Orang Berezeki
- Bab 167 Menggoda Sekali
- Bab 168 Suka Minum Susu
- Bab 169 Ada Orang Yang Akan Sial
- Bab 170 Berkata Dengan Memanfaatkan Kesempatan
- Bab 171 Hanya Sebuah Tujuan Kecil
- Bab 172 Apakah Nyaman?
- Bab 173 Keponakan dalam masalah
- Bab 174 Mana Ada Jadi Lebih Besar?
- Bab 175 Semakin Lama Semakin berani
- Bab 176 Sebenarnya Apakah Ada Siasat Lanjutan
- Bab 177 Tugas Indah
- Bab 178 Lumayan Menyukai Gadis Cantik Ini
- Bab 179 Tak Terduga Sekali
- Bab 180 Memuaskan Si Tua Wang
- Bab 181 Lepaskan Dia
- Bab 182 Semakin Dipikir Semakin Terasa Takut
- Bab 183 Orang Ini Pasti Akan Sukses
- Bab 184 Sudah Ingin Menjadi Dewi
- Bab 185 Tidak Apa-Apa Jika Tidak Terima
- Bab 186 Benar-Benar Mudah Merasa Puas
- Bab 187 Bergelut Di Sofa
- Bab 188 Menghantam Batu Dengan Telur
- Bab 189 Membagi Kubu
- Bab 190 Mengambil Pekerjaan
- Bab 191 Rindu Dengan Kakak Baik
- Bab 192 Benar-Benar Dirusak
- Bab 193 Penggal Kepala
- Bab 194 Tusukan Pisau Ini Kejam Sekali
- Bab 195 Musuh Yang Sama
- Bab 196 Hadiah Besar
- Bab 197 Pekerjaan Sampingan