Asisten Bos Cantik - Bab 29 Benar-Benar Bisa membantumu Menjadi Besar
Tina Jiang setuju sambil menganggukkan kepala: “Apa yang kamu lakukan itu sudah benar, Rini itu terlalu baik, jadi jangan memberitahukan masalah ini padanya, takutnya nantinya hatinya jadi lembek dan melepaskan Candra Huo.”
“Pemikiran kak polisi cantik sama denganku.” Kata Reza Qiao.
“Pria misterius yang menaruhkan plastik ini kedalam mobilmu, pasti musuh dari Candra Huo, dia tahu tentang masalah Candra Huo menculik Rini, jadi ingin membantu Rini untuk menjatuhkan Candra Huo.”
“Analisa dari kak polisi cantik sangat masuk akal.”
“Jika saja bisa mencari orang misterius ini makan akan lebih mudah, sekaligus kita juga bisa memeriksa tentang masalah penculikan Rini yang dilakukan oleh Candra Huo.”
“Aku rasa tidak perlu, dengan adanya barang ini sudah cukup untuk memasukkan Candra Huo ke penjara, jika kita masih ingin mencari orang misterius ini maka akan sangat menghabiskan waktu, jika ditunda lagi, mungkin tidak lama lagi Candra Huo akan melakukan sesuatu pada Rini.”
“Benar, benar, tidak boleh ditunda lagi, akan akan segera melaporkan masalah ini pada atasan.”
“Untuk apa melaporkannya pada atasan, lebih baik kamu langsung bergerak.”
“Tidak bisa, masalah penghindaran pajak ini bukanlah bagianku, memerlukan perintah dari atas untuk berkoordinasi dengan polisi, apalagi Candra Huo adalah orang yang lumayan terpandang di Kota Qing, jika kita ingin menangkapnya harus mendapat persetujuan dari atas.”
Reza Qiao mengedipkan matanya, brengsek, proses ini benar-benar sangatlah rumit.
Tina Jiang menyimpan plastiknya, dengan puas melihat Reza Qiao: “Hari ini kamu sangat berjasa, tidak disangka kamu bisa juga berbuat sesuatu.”
“Aku adalah orang nomor satu yang paling baik di dunia ini, selama ini tidak pernah melakukan kejahatan.” Reza Qiao berkata dengan raut sedih.
Tina Jiang berkata: “Sudah, jangan membual lagi, lain kali jika kamu ingin berbuat baik lagi mungkin adalah waktu yang sangat lama lagi.”
“Tidak perlu menunggu terlalu lama, saat ini juga aku juga bisa berbuat baik.”
“Berbuat apa?”
Reza Qiao menunjuk-nunjuk dada Tina Jiang: “Kak polisi cantik, daerah ini sedikit datar, aku bisa membantumu menegakkannya.”
“Bajingan, jika kamu mengatakannya lagi aku akan memukulmu.” Raut wajah Tina Jiang langsung berubah, brengsek, belum sampai 3 menit bocah ini berkata serius, sekarang kembali ingin menggoda aku.
“Aku tidak membohongimu, aku bisa membantumu menjadi besar, bisa sebesar ini.” Kedua tangan Reza Qiao memperagakannya.
“Diam.” Tina Jiang sedikit malu dan marah, kemudian melayangkan sebuah pukulan pada Reza Qiao.
”Aiya, jika ada apa-apa bisa bicarakan baik-baik, untuk apa memukulku.” Sambil berkata Reza Qiao sambil menghindar.
Tina Jiang semakin marah, dan terus-menerus melayangkan pukulan pada Reza Qiao, kemudian menggunakan tangannya Reza Qiao menggenggam pukulan tangan Tina JIang: “Tangan kak polisi cantik sangat lembut ya.”
Tina Jiang ingin menarik tangannya tapi tangannya tidak bisa bergerak, sambil meraba Reza Qiao berkata: “Jika tangan kakak polisi cantik saja begitu lembut, pasti tempat lain juga sangat lumayan.”
“Bajingan, aku harus memukulmu.” Tina Jiang menggerakkan kakinya untuk menendang Reza Qiao.
Setelah melepaskan tangan Tina Jiang, dia sekarang kembali memegang pergelangan kaki Tina Jiang, dengan pelan mengelus menggunakan tangannya: “Iya, di sini sangatlah lembut, selain itu juga kenyal.”
Dibuat seperti itu oleh Reza Qiao, seluruh tubuh Tina Jiang seketika bergetar.
Baru saja Reza Qiao melepaskan tangannya, Tina Jiang langsung mengambil borgol yang berada di pinggangnya.
Sambil mencari borgol, saat menaikkan kepalanya, Reza Qiao sudah menghilang.
“Reza Qiao, dasar bajingan.......” Teriak Tina Jiang sambil marah, kaki yang dijepit oleh Reza Qiao itu sekarang sedikit pegal.
Tina Jiang kembali ke tim kepolisian, dan melaporkan masalah ini pada atasan.
Atasannya adalah seorang yang sangat gendut, setelah dia mendengar penjelasan Tina Jiang, dengan sedikit mengerutkan keningnya dia berkata: “Siapa yang memberikan barang ini padamu?”
Tina Jiang yang sedikit ragu akhirnya berkata: “Sopir dari perusahaan Foursea yaitu Reza Qiao.”
“Reza Qiao adalah informan kamu?”
“Bukan, tapi aku mengenalnya.”
“Baiklah, kamu keluar dulu, aku akan memikirkan masalah ini sebentar.”
Baru saja Tina Jiang pergi, si gendut langsung mengeluarkan ponselnya.
“Tuan muda Huo, ini aku.....”
Sore hari setelah pulang kerja, Reza Qiao mengantar Rini pulang, dan makan di restoran sekitar.
Saat sedang makan, tiba-tiba datang satu orang gendut dan satu orang kurus yang berpakaian santai.
“Kamu yang bernama Reza Qiao?” Tanya si gendut.
Reza Qiao menganggukkan kepalanya: “Siapa kalian? Apa yang ingin kalian lakukan?”
“Ingin melakukan ini.” Si gendut mengeluarkan sebuah kartu dan memperlihatkan pada Reza Qiao, ternyata mereka memiliki profesi yang sama dengan Tina Jiang.
“Apakah kalian mencariku ada masalah?”
“Benar, ikutlah dengan kami.”
“Kenapa?”
“Kamu mencurigai jika kamu adalah pencuri.”
“Aku mencuri apa?”
“Mencuri apa, kamu lebih tahu.”
“Tapi aku tidak tahu.”
“Jangan banyak omong, ikut dengan kami.”
“Aku belum makan, bagaimana kalau setelah makan baru bicarakan lagi?”
“Brengsek, masalah kamu banyak sekali.” Si kurus sedikit tidak sabar, dan mencoba untuk meraba pinggangnya.
Si gendut menahannya dan berkata: “Biarkan dia makan dulu, agar nanti dia tidak kelaparan.”
Nasi pun datang, Reza Qiao makan dengan lambat, dan si gendut dan si kurus duduk di sampingnya, kemudian si kurus mengeluarkan rokok dan memberikannya pada si gendut, setelah itu dia kembali menyalakan api rokok tersebut untuk si gendut.
Mereka pun mulai merokok.
Sambil makan Reza Qiao mengeluarkan ponselnya, dengan cepat mengirim sebuah pesan.
Setelah selesai makan, Reza Qiao berdiri: “Apakah harus pergi?”
“Iya.”
“Jika aku tidak mau pergi?”
Wajah si gendut langsung berubah, sambil berkata pada Reza Qiao: “Apa yang kamu katakan tidak masuk dalam hitungan.”
“Tapi jika aku pergi, kalian pasti akan menyesal?”
Si gendut tertawa: “Bocah busuk, sekarang jangan melawan kami, nanti kamu juga akan tahu kehebatan kami, borgol dia.”
Si kurus kemudian memborgol Reza Qiao, dan membawanya naik ke dalam mobil.
Sambil duduk di atas mobil, Reza Qiao memainkan borgol di tangannya: “Gendut, aku tidak menipu kamu, kamu akan menyesal.”
“Tidak boleh memanggil pak kepala kami gendut.” Kata Si kurus sambil mengendarai mobilnya.
“Jadi harus memanggilnya apa? Babi?” Kata Reza Qiao sambil tertawa.
Sambil merokok si gendut tertawa dengan sinis: “Bocah busuk, kamu lihat saja nanti bagaimana kami membereskanmu.”
Baru sampai di kepolisian, Si gendut dan kurus membawa Reza Qiao masuk, dan kebetulan bertemu dengan Tina Jiang yang baru keluar.
Tina Jiang sedikit kaget melihat Reza Qiao: “Reza Qiao, apa yang kamu lakukan?”
“Tanyakan pada mereka.”
Tina Jiang melihat si gendut: “Pak kepala, kenapa harus menangkap Reza Qiao?”
“Aku curiga dia adalah pencuri, jadi membawanya kemari untuk di interogasi.”
“Pencuri? Apa yang dia curi?”
“Tina Jiang, jangan terlalu ikut campur masalahku.” Si gendut sedikit kesal.
“Pak kepala, kenapa kamu sembarangan menangkap orang?”
“Tina Jiang, siapa yang mempunyai wewenang di sini? Kamu atau aku?” Si gendut sudah marah.
“Meskipun kamu adalah kepala, kamu juga tidak bisa seenaknya.” Tina Jiang tidak terima.
“Tina Jiang, apakah kamu ingin membantah?” Si gendut berteriak.
Tina Jiang terdiam, kemudian si gendut dan si kurus itu membawa Reza Qiao masuk ke dalam sebuah kamar.
Si gendut berkata pada si kurus: “Kamu jaga di depan pintu, tidak ada yang boleh masuk ke dalam.”
Si kurus menerima perintah dan keluar sambil menutup pintu.
Si gendut menertawakan Reza Qiao: “Bocah busuk, berani-beraninya kamu mencuri barang tuan muda Huo, aku lihat kamu sudah bosan hidup, hari ini aku harus memberimu pelajaran.”
Setelah selesai berkata, si gendut menggenggam sebuah tongkat, dan mencoba untuk memukul kepala Reza Qiao.
Reza Qiao bergerak sehingga pukulan si gendut meleset.
“Sialan, siapa yang menyuruh kamu bergerak.” Si gendut kembali mengayunkan tongkatnya untuk memukul.
Reza Qiao kembali bergerak, dan pukulan itu kembali meleset.
Si gendut terus-menerus mengayunkan tongkatnya, tapi pukulannya selalu tidak mengenai Reza Qiao.
Si gendut sangat marah dan mengeluarkan sebuah pistol dari sakunya dan berkata pada Reza Qiao: “Jika masih bergerak aku akan menembakmu.”
Reza Qiao tertawa: “Kamu berani?”
“Berani.”
“Kalau begitu silahkan.”
Si gendut terdiam, kemudian dia menggunakan pistol yang berada di tangannya untuk memukul Reza Qiao.
Reza Qiao memiringkan kepalanya, dan sambil menggerakan tangannya, tidak tahu kenapa borgolnya terlepas.
Reza Qiao menggerakkan tangannya di depan si gendut, pistol yang tadinya berada di tangan si gendut sekarang sudah berada di tangan Reza Qiao.
Si gendut terkejut, bagaimana bisa? Kenapa borgolnya bisa terbuka? Pistol yang berada di tangannya kepala bisa pindah ke bocah itu?
Reza Qiao tertawa, dan mengarahkan pistol itu pada si gendut.
“Cepat masuk ke dalam.” Si gendut sudah ketakutan.
Dengan cepat si kursu membuka pintu, yang di ikuti dengan beberapa orang dan Tina Jiang yang masuk ke dalam.
Setelah menyaksikan kejadian di depan mata mereka, semuanya terkejut, kepala ketua terdapat sebuah pistol bocah ini yang mengarah padanya.
Beberapa orang mengambil pistol dan mengarahkannya pada Reza Qiao: “Jangan bergerak, cepat lepaskan pistolnya.”
Tina Jiang juga terkejut: “Reza Qiao, lepaskan senjatamu, jika ada apa-apa bicarakan baik-baik.”
Reza Qiao tidak memedulikan mereka, sambil mengcengkram kerah si gendut ini, dia mengarah mata pistol yang hitam itu di kepala si gendut.
Sambil tertawa: “Gendut, menurutmu apakah aku berani menembakmu?”
“Kamu, kamu, kamu tidak berani!” Kata Si gendut dengan kepala yang sudah bercucuran keringat dingin.
“Hehe, kalau begitu akan aku perlihatkan padamu.” Setelah selesai berkata, tanpa ragu Reza Qiao menarik pelatuk.
Door--
Terdengar suara tembakan.
“Aaa--” Tina Jiang berteriak, bahkan mimpi pun dia sama sekali tidak mengira jika Reza Qiao berani menembak senjatanya.
“Aaa--” Dengan rasa putus asa si gendut berteriak, dia menutup mata, bagian bawahnya sudah tidak tahan bagian depan dan belakangnya menyemburkan sesuatu secara bersamaan.
Mengeluarkan aroma busuk yang kental.
Tina Jiang langsung menutup hidungnya.
Reza Qiao tertawa puas, dia melepaskan tangannya, dan terlihat peluru yang berjatuhan, ternyata itu adalah pistol tanpa peluru.
Reza Qiao langsung melempar pistol ke bawah.
Si gendut sudah sangat hancur, dan sedikit kesulitan duduk di bawah.
Tina Jiang menghela napas, sedangkan beberapa orang lainnya masih mengarahkan senjatanya pada Reza Qiao.
Si kurus membantu si gendut untuk berdiri.
Si gendut menghela napas panjang setelah tahu dia belum mata, dia pun langsung marah, dengan cepat mengampil pistol si kurus, langsung mengarahkannya pada Reza Qiao sambil berteriak: “Brengsek, aku akan menambakmu.”
Reza Qiao sedikit tertawa, menjulurkan tangannya dan menahan pergelangan tangan si gendut, setelah itu ujung pistol pun mengarah ke atas dan berbunyi.
“Duar---”
Suara pistol itu mengagetkan seluruh kantor, orang-orang pun berlari ke sini.
Si gendut menjadi kebingungan, dia sama sekali tidak menarik pelatuknya, kenapa pistolnya bisa berbunyi?
“Siapa yang menembak?” Ada yang bertanya.
“Kepala gendut menambak orang yang dicurigai.” Ada yang menjawab.
“Sembarangan, kenapa bisa seperti itu?”
“Dia.....dia.....menyerangku....” Kata si gendut dengan suara gagap.
“Kedua tangan kosong, bagaimana bisa menyerangmu? Omong kosong.”
“Sembarangan menembak harus dihukum sesuai dengan kedisplinan, kali ini si gendut akan sial. ”
Semua orang berkomentar.
“Apa yang terjadi di sini?” Tiba-tiba terdengar suara keras dari belakang kerumunan.
Semua orang melihat, ya tuhan, walikota Qiao datang, dan di belakangnya diikuti oleh Kepala kepolisian.
Melihat Steven Qiao datang, Reza Qiao tertawa, keponakan ini sangat peduli dengan pamannya, setelah mendapatkan pesan langsung menuju kemari.
Tina Jiang berjalan ke arah kepala kepolisian: “Lapor, tanpa bukti pak kepala gendut telah menangkap seseorang, telah menyiksa orang ini secara pribadi, dan dengan sembarangan menembakkan senjata.
Pikiran Si gendut menjadi kosong, tidak tahu harus berkata apa.
Ketua kepolisian sangat marah, kebetulan sekali walikota Qiao sedang melakukan pemeriksaan, malah terjadi hal yang sangat memalukan ini.
“Cepat tangkap si gendut, dan hukum sesuai dengan hukum yang berlaku.”
Tina Jiang bertindak sangat cepat, dia mengambil borgol di pinggangnya dan langsung memborgol si gendut, setelah itu ada orang lain yang membawanya.
“Apa yang dia lakukan?” Kepala kepolisian melihat Reza Qiao.
Steven Qiao hanya berdiri dan tidak berbicara, dari mulutnya terlihat maksud untuk tertawa.
Dengan cepat Tina Jiang berkata: “Ini adalah masyarakat yang telah memberikan aku pentunjuk untuk memecahkan kasus. ”
Kepala kepolisian menganggukkan kepala, baru saja ingin mengatakan sesuatu, langsung dipotong oleh Steven Qiao: “Dengan antusias membantu polisi memecahkan kasus, benar-benar masyarakat yang baik.”
Melihat Steven Qiao berkata seperti itu, kepala kepolisian langsung menganggukkan kepala: “Benar, benar kata walikota Qiao, ini adalah masyarakat yang baik, Tuan, mohon maaf, aku mewakili kepolisian meminta maaf padamu, telah membuat kamu sedikit menderita.”
Novel Terkait
Angin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeUangku Ya Milikku
Raditya DikaLoving The Pain
AmardaMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiAsisten Bos Cantik×
- Bab 1 Jeritan dari Dalam Mobil BMW
- Bab 2 Di mana Si Mata Keranjang?
- Bab 3 Mengisap dengan Kuat
- Bab 4 Bagaimana Jika Aku Tidak Melakukannya
- Bab 5 Kamu Ada Berapa Telur?
- Bab 6 Kuat Sedikit
- Bab 7 Kakak Polwan Cantik Sangat Hebat
- Bab 8 Perawat Kecil dengan Mata Besar
- Bab 9 Siapa yang Menculik?
- Bab 10 Gelisah
- Bab 11 Akan Aku Perlihatkan Padamu
- Bab 12 Aku Juga Mau Jadi Pacarmu
- Bab 13 Datang dengan Kelompok
- Bab 14 Aku Ingin Menciuminya
- Bab 15 Si Iblis Sudah Gila
- Bab 16 Dengan Kasar Menodaiku
- Bab 17 Terlihat Semua
- Bab 18 Melakukannya Dua Kali
- Bab 19 Tidak Sebesar Sepupumu
- Bab 20 Tidak Perlu Ditemani Pria
- Bab 21 Aku Adalah Lelakimu
- Bab 22 Sebenarnya Ada Berapa Wanita yang Dia Miliki
- Bab 23 Jeritan dari Dalam Kamar
- Bab 24 Hanya Sebentar
- Bab 25 Pertama Kali Baru Seru
- Bab 26 Dewa Gagal
- Bab 27 Jika Teman Maka Jangan Sungkan
- Bab 28 Sangat Suka Berkeliaran dan Bersenang-Senang
- Bab 29 Benar-Benar Bisa membantumu Menjadi Besar
- Bab 30 Memang Pada Awalnya Sudah Besar
- Bab 31 Wanita Sepertiku Aku Mengajarimu
- Bab 32 Wangi Sekali
- Bab 33 Aku Ingin Mendapatkan Hatimu
- Bab 34 Tanganmu Sangat Halus
- Bab 35 Malam Ini Jadi Hantu Penggoda
- Bab 36 Menemukan Kakak Seperguruan
- Bab 37 Bagaimana Mengurutkan Peringkat Istri Tua dan Muda
- Bab 38 Semakin Begadang Semakin Kecil
- Bab 39 Keluar dari Penjara
- Bab 40 Pukul Pantat Jika Menangis Lagi
- Bab 41 Cinta Sampai ke Tulang-tulang
- Babak 42 Menambah Satu Nol Lagi
- Bab 43 Manusia Paling Pintar di Dunia
- Bab 44 Aku Takut Mengejutkan Wanita Cantik
- Bab 45 Kamu Ada Segagah Aku?
- Bab 46 Pertama, Kamu Harus Mati
- Bab 47 Segala Sesuatu Tentang Wanitaku Adalah Masalah Besar
- Bab 48 Aku Bisa Memuaskan Kamu
- Bab 49 Paman Akan Mengobatimu
- Bab 50 Bukan Orang, Maka Adalah Dewa
- Bab 51 Aku Belajar Sastra Denganmu
- Bab 52 Jangan Kasar pada Pacarku
- Bab 53 Aku Akan Meledakkanmu!
- Bab 54 Hubungan Pacaran Kakak dan Adik
- Bab 55 Aku adalah Penyelamatmu
- Bab 56 Benar-benar Menjadi Lebih Besar
- Bab 57 Serangan Hacker
- Bab 58 Sebentar Lagi Kamu Akan Berlutut
- Bab 59 Patahkan Betis Kecilnya
- Bab 60 Aku Mau Hatimu
- Bab 61 Lihat Siapa yang Paling Besar
- Bab 62 Bagaimana Jika Menjadi Nyonya Muda
- Bab 63 Milikku Juga Akan Mulai Bertumbuh
- Bab 64 Cepat Peluk Aku
- Bab 65 Main Trampolin
- Bab 66 Boleh Sesuka Hati Menyentuh Wanita
- Bab 67 Apakah Menginginkanya Sekarang
- Bab 68 Kamu Seperti Ini Juga Telah Menindasku
- Bab 69 Rela Melakukan Apapun
- Bab 70 Lakukan yang Nyata
- Bab 71 Kalau Kalah Kamu Jadi Istriku
- Bab 72 Sekaligus dengan Pengiring Pengantin
- Bab 73 Dimakan Secara Bersamaan
- Bab 74 Sebuah Teknik
- Bab 75 Ikut Aku untuk Menjemput Para Tamu
- Bab 76 Hadiah Kecil Ini Terlalu Berharga
- Bab 77 Sarapan yang Sangat Mahal
- Bab 78 Aku Datang untuk Menjemput Tamuku
- Bab 79 Tongkat Manusia Pertama di Dunia
- Bab 80 Tidak Hanya Hebat Makan, Tapi Juga Hebat Minum
- Bab 81 Kerabat
- Bab 82 Untuk Kalian
- Bab 83 Terserah Mau Bagaimana Menerimanya
- Bab 84 Kemari Duduk di Pangkuanku
- Bab 85 Apakah Kamu Bisa Menembak?
- Bab 86 Jangan Begitu Kasar
- Bab 87 Wanita Cantik Bunga Sekolah
- Bab 88 Bos Besar yang Sebenarnya
- Bab 89 Anak Muda yang Suka Belajar
- Bab 90 Beri Aku Uang dan Aku Menemanimu Bermain
- Bab 91 Garansi Selama 70 Tahun
- Bab 92 Lakukan Pertujukan Untukku
- Bab 93 Aku Adalah Wanitanya Reza Qiao
- Bab 94 Nama Anak Sudah Disiapkan
- Bab 95 Aku Mau Menjadi CEO Kembali
- Bab 96 Mengapa Begitu Gegabah
- Bab 97 Sangatlah Sempurna
- Bab 98 Cepat atau Lambat
- Bab 99 Reza Qiao Sudah Meninggal
- Bab 100 Orang Baik, Lepaskan Kami
- Bab 101 Hanya Ada Satu Kemungkinan
- Bab 102 Bagaimana Jika Mati Lemas
- Bab 103 Datang Beri Dukungan
- Bab 104 Penghargaan Penonton Terbaik
- Bab 105 Pembunuh Gurun
- Bab 106 Hanya Bisa Bertaruh
- Bab 107 Orang Baik Qiao
- Bab 108 Sangat bermanfaat
- Bab 109 Berpesta di Tengah Hutan
- Bab 110 Ke Arah Segitiga Emas
- Bab 11 Dua Ekor Babi Gemuk
- Bab 112 Sedikitpun Tidak Berpura-pura
- Bab 113 Nama Saya Erwin Liu
- Bab 114 Kamu Ingin Serius?
- Bab 115 Pramugari cantik
- Bab 116 Panggil Kakak Baik
- Bab 117 Aku Punya Sebuah Syarat
- Bab 118 Ada Wanita Cantik Mendukung di Belakang
- Bab 119 Seberapa Patuh Kamu
- Bab 120 Bersemangat
- Bab 121 Gadis Cantik Jangan Gugup
- Bab 122 Reza Sayang Tidak Mau Dengar
- Bab 123 Wanita Cantik juga Dipertaruhkan
- Bab 124 Raja Judi Baru Sudah Lahir
- Bab 125 Bertaruh Untuk Nyawamu
- Bab 126 Dewa Raja
- Bab 127 Lihat Apakah Kamu Tampan
- Bab 128 Peperangan Malam Hari di Pantai
- Bab 129 Aku adalah Pemuda Dewa Judi Itu
- Bab 130 Wanita Cantik Bebas Memilih
- Bab 131 Tidak Lebih Baik Dari Seorang Wanita
- Bab 132 Wanita Cantik Ini Untuk Kalian
- Bab 133 Siasat Seorang Wanita
- Bab 134 Mandi dan Duduk Manis Menunggu
- Bab 135 Mengapa Aku Belum Mati?
- Bab 136 Perusak Tempat Sudah Datang
- Bab 137 Raja Judi Dunia Sudah Datang
- Bab 138 4 Wanita Sekaligus
- Bab 139 Aku Sangat Suka Mentimun
- Bab 140 Kamu Saja Yang Mengambilnya Terlebih Dahulu
- Bab 141 Aku Punya Misophobia
- Bab 142 Bergelut Di Kasur
- Bab 143 Aku Memasang Taruhan 40 Triliun
- Bab 144 Dahsyat
- Bab 145 Peluru Terakhir
- Bab 146 Kematian Raja Judi
- Bab 147 Bajak Laut Cantik
- Bab 148 Tatapan Ini Sungguh Memikat
- Bab 149 Nyawamu Adalah Milikku
- Bab 150 Pertarungan Malam Dalam Rerumpunan Pohon
- Bab 151 Semakin Main Semakin Besar
- Bab 152 Ditekan Sampai Jadi Lurus
- Bab 153 Dipaksa oleh Kamu
- Bab 154 Tidak Terbiasa
- Bab 155 Tingkat Masturbasi Sangat Tinggi
- Bab 156 Domba Hitam
- Bab 157 Bagaimana Pendapat Kakak Ipar
- Bab 158 Tindakan Nyata
- Bab 159 Wanita Muda Cantik Yang Elegan
- Bab 160 Pria Muda Tampan Yang Sepertinya Dikenal
- Bab 161 Lelaki Legendaris Yang Berkarisma
- Bab 162 Ledakan Bom Tengah Malam
- Bab 163 Keberuntungan Yang Besar
- Bab 164 Masalah Ini Tidak Berhubungan Dengan Ketua
- Bab 165 Apanya Yang Menyenangkan
- Bab 166 Orang Berezeki
- Bab 167 Menggoda Sekali
- Bab 168 Suka Minum Susu
- Bab 169 Ada Orang Yang Akan Sial
- Bab 170 Berkata Dengan Memanfaatkan Kesempatan
- Bab 171 Hanya Sebuah Tujuan Kecil
- Bab 172 Apakah Nyaman?
- Bab 173 Keponakan dalam masalah
- Bab 174 Mana Ada Jadi Lebih Besar?
- Bab 175 Semakin Lama Semakin berani
- Bab 176 Sebenarnya Apakah Ada Siasat Lanjutan
- Bab 177 Tugas Indah
- Bab 178 Lumayan Menyukai Gadis Cantik Ini
- Bab 179 Tak Terduga Sekali
- Bab 180 Memuaskan Si Tua Wang
- Bab 181 Lepaskan Dia
- Bab 182 Semakin Dipikir Semakin Terasa Takut
- Bab 183 Orang Ini Pasti Akan Sukses
- Bab 184 Sudah Ingin Menjadi Dewi
- Bab 185 Tidak Apa-Apa Jika Tidak Terima
- Bab 186 Benar-Benar Mudah Merasa Puas
- Bab 187 Bergelut Di Sofa
- Bab 188 Menghantam Batu Dengan Telur
- Bab 189 Membagi Kubu
- Bab 190 Mengambil Pekerjaan
- Bab 191 Rindu Dengan Kakak Baik
- Bab 192 Benar-Benar Dirusak
- Bab 193 Penggal Kepala
- Bab 194 Tusukan Pisau Ini Kejam Sekali
- Bab 195 Musuh Yang Sama
- Bab 196 Hadiah Besar
- Bab 197 Pekerjaan Sampingan