Asisten Bos Cantik - Bab 184 Sudah Ingin Menjadi Dewi
“Kenapa menatapku dengan begitu mesum? Sedang dalam masa kawin?” tanya Reza Qiao.
Rini Liu mendengus, “Reza Qiao, pertama, aku tidak menatapmu dengan mesum, kedua, aku tidak sedang dalam masa kawin.”
“Kalau begitu menurutmu apa maksudku?” Reza Qiao tersenyum sambil menyetir.
Rini Liu tidak bersuara, dia menatap ke depan dengan hening selama sesaat, lalu berkata, “Reza Qiao, aku benar-benar sudah seharusnya memanggilmu Dewa Qiao.”
“Kenapa? Apakah kamu sudah ingin menjadi Dewi?”
“Aku tidak memiliki pemikiran seperti itu.” ujar Rini Liu seketika.
“Jika tidak memiliki pemikiran seperti itu, untuk apa memanggilku Dewa Qiao?”
Rini Liu menghela napas panjang, lalu berkata perlahan-lahan, “Kali ini ramalanmu tepat lagi.”
“Oh, apakah berarti keponakan sudah tidak apa-apa?”
Rini Liu mengangguk, “Tadi aku menerima telepon dari kenalan di pemerintah daerah kota, keponakanmu tidak ada masalah apa-apa, tim investigasi baru saja pergi, keponakanmu sendiri yang pergi ke Hotel Qing untuk mengantarkan kepergian mereka.”
“Ramalan aku Dewa Qiao, selalu akan tepat, begitu pula dengan kali ini.” ujar Reza Qiao dengan sombong.
Rini Liu menatap Reza Qiao dengan aneh, “Jangan-jangan kamu benar bisa memprediksikan hal di masa depan?”
“Iya, karena aku adalah Dewa Qiao.” ujar Reza Qiao dengan sungguh-sungguh.
Rini Liu menggeleng kepala, “Aku tidak percaya.”
“Fakta ada di depan mata.”
“Kalau begitu bagaimana kamu meramalkan bahwa keponakanmu akan baik-baik saja?”
Reza Qiao menggoyang kepala sambil menyetir, “Aku berdiri di lantai atap dan mengamati fenomena langit, aku melihat ada awan rezeki di atas kantor pemerintah daerah kota, berdasarkan hal itu, aku memastikan bahwa keponakan pasti bisa selamat dari bahaya.”
“Benarkah?” Rini Liu membelalak pada Reza Qiao.
“Kebenaran tidak akan menjadi kepalsuan.” ujar Reza Qiao berseri-seri.
Rini Liu tenggelam ke dalam pikiran, dia tidak pernah percaya pada ramalan Dewa, tetapi Reza Qiao berkali-kali berhasil selamat dari bahaya, sungguh sangat sulit untuk dipercaya. Jika semua ini dijelaskan dengan kebetulan, jika semua ini dijelaskan dengan keberuntungan Reza Qiao, ini juga terlalu kebetulan sekali, bagaimana bisa begitu kebetulan di mana setiap tebakannya adalah benar?
Rini Liu hampir saja membantah penalarannya, hampir saja benar-benar mempercayai ramalan Dewa Reza Qiao.
Namun ajaran materialistis selama bertahun-tahun ini membuatnya sangat dilema.
Setelah merenung beberapa lama, Rini Liu mendongak menatap Reza Qiao, “Aku tetap percaya bahwa kamu bernyawa dan bernasib besar, sedangkan ramalan Dewa, aku tetap tidak percaya, aku merasa semua ini adalah kebetulan, tetapi kebetulan ini memang terlalu….”
“Terserah apakah kamu percaya atau tidak, sebenarnya ramalan Dewa aku ini juga menganut teori ilmiah.”
“Teori ilmiah apa?”
“Orang baik akan mendapat karma baik.”
Rini Liu tertawa, “Aku percaya bahwa orang baik akan mendapat karma baik, tetapi bagaimana bisa di dalam ini mengandung teori ilmiah?”
“Sederhana sekali, orang baik akan didukung oleh keadilan, dan dalam hatinya penuh dengan keterusterangan, tetapi dalam hati orang jahat penuh dengan ketakutan, sudah menciut terlebih dahulu dalam aspek moral. Kejahatan bertemu dengan keadilan, tentu kejahatan tidak akan menag, walau menang untuk sesaat, namun pada akhirnya tetap akan kalah.” kata Reza Qiao dengan serius.
Rini Liu mengangguk, perkataan ini memang masuk akal.
“Baiklah, meski berlandaskan teori ilmiah, namun tidak peduli bagaimapun, keponakanmu tidak apa-apa adalah suatu hal yang baik, batu besar dalam hatiku akhirnya bisa mendarat.”
Reza Qiao berkata, “Keponakanku tidak apa-apa hanyalah langkah pertama saja, berdasarkan ramalan Dewa aku ini, masih ada satu hal baik lagi.”
Rini Liu tersenyum, “Apakah itu adalah masalah yang kamu katakan denganku kemarin?”
Reza Qiao mengangguk.
“Aku tidak berani mengharapkan begitu banyak, keponakanmu tidak apa-apa pun aku sudah sangat puas, sedangkan masalah yang kamu katakan itu, menurutku ramalanmu pasti tidak akan tepat.” kata Rini Liu.
Reza Qiao mengernyit, “Sebagai seorang Bos, kamu bisa tidak mempercayai perkataan bawahan, tetapi sebagai seorang Dewi, bagaimana bisa kamu mencurigai ramalan Dewa dari Dewa Qiao? Bagaimana kamu ini sebagai Dewi?”
Rini Liu mengerutkan alis, “Aku tidak pernah mengatakan diriku adalah Dewa.”
“Kamu harus adalah Dewi, wanita dari aku Dewa Qiao, disebut sebagai Dewi.”
“Tidak.” Rini Liu menggeleng kepala dengan kuat.
“Ini tidak bisa kamu tentukan.” Reza Qiao menggoyang kepala.
“Tentu bisa aku tentukan.” ujar Rini Liu dengan percaya diri.
Reza Qiao mengernyit, “Apakah kamu tidak patuh?”
“Iya, tidak patuh, memangnya apa yang bisa kamu lakukan padaku?”
“Apakah kamu tidak takut aku memukul pantatmu?”
“Beraninya kamu! Aku adalah Bos kamu, jika kamu berani berbuat kurang ajar padaku, aku akan mendenda bonusmu sebulan.” kata Rini Liu mengancam.
“Gajiku sebulan hanya sesedikit itu saja, dan kamu masih akan mendenda bonusku, ya Tuhan, janganlah begitu.” ujar Reza Qiao dengan lesu.
Rini Liu tersenyum bangga, “Jika ramalanmu mengenai hal itu tepat, aku akan memberimu bonus dua kali lipat.”
“Benarkah?” Reza Qiao senang.
Rini Liu mengangguk, “Perkataan Direktur tidak akan diingkari.”
Reza Qiao berkata dengan girang, “Kalau begitu sekarang kamu menelepon pada keuangan saja.”
“Untuk apa?”
“Memberitahu pihak keuangan untuk membagikan bonus sebesar dua kali lipat padaku.”
“Untuk apa kamu begitu cemas? Jika ramalanmu benar-benar tepat, aku tidak akan berhutang bonus padamu.”
“Perkataan aku Dewa Qiao, selalu mutlak terjadi, kamu sama sekali tidak perlu khawatir.” ujar Reza Qiao dengan percaya diri.
“Perkataan aku Bos Liu, juga dijamin akan ditepati, kamu tenang saja.” kata Rini Liu.
“Baiklah kalau begitu.”
“Tetapi aku merasa, kamu pasti tidak akan mendapatkan bonus sebesar dua kali lipat ini.”
“Jangan berkatabesar terlalu awal, aku jamin tidak lewat dari hari ini, kamu akan mendapatkan sebuah hadiah besar yang turun dari langit.” kata Reza Qiao tersenyum.
Rini Liu mendesah dan menggeleng kepala, Reza Qiao terlalu percaya diri, sudah bisa dikatakan sebagai tinggi hati. Dalam berjuang untuk mengembangkan perusahaan, dia bahkan tidak pernah memikirkan terkait hadiah yang jatuh dari langit.
Melihat Rini Liu menggeleng kepala, Reza Qiao diam-diam girang, bulan ini dia akan mendapat bonus sebesar dua kali lipat, hhmm, bisa menambah beberapa daging lagi ketika makan mie sapi, nikmat sekali.
Ketika hampir sampai di perusahaan, Rini Liu menatap ke luar mobil, “Berhenti….”
Reza Qiao memberhentikan mobil di tepi jalan, lalu dia melihat keluar, Kakek Gedy sedang tidur di tepi jalan.
Rini Liu membuka pintu dan turun dari mobil, “Aku belikan sarapan pagi untuk Kakek Gedy.”
Reza Qiao juga ikut turun, dia menghampiri Kakek Gedy dan menepuk bahunya, “Kakak besar, hari sudah siang, kenapa kamu masih tidur? Ayo bangun.”
Kakek Gedy membuka mata, dia menatap Reza Qiao sambil menggosok mata, “Menyebalkan, menyebalkan, mengganggu mimpi indahku.”
“Di pagi hari begini, mimpi indah apa?”
“Mimpi pagi hari.”
“Memimpikan menikahi wanita cantik?”
“Kamu yang memimpikan menikahi wanita cantik, aku bermimpi ada Dewi yang mengantarkan sarapan pagi untukku.” Kakek Gedy tersenyum dan menatap ke belakang Reza Qiao.
Reza Qiao menolehkan kepala, Rini Liu sedang berjalan kemari membawa sarapan pagi sambil tersenyum.
“Dewi sudah datang.” Reza Qiao tersenyum.
Rini Liu memberikan sarapan pagi kepada Kakek Gedy, dia berjongkok di depannya dan berkata dengan lembut, “Kakek Gedy, kamu belum makan pagi bukan?”
“Iya, aku menebak ada pasti ada seorang Dewi yang datang mengantarkannya, benar saja.” Kakek Gedy mengambil sarapan pagi itu dan melahapnya.
Rini Liu tersenyum, “Kelihatannya Kakek Gedy juga bisa meramal.”
“Kakek Gedy adalah muridku, dai sudah belajar selama beberapa hari denganku, setidaknya juga menguasai sedikit.” ujar Reza Qiao.
Kakek Gedy melahapnya dalam beberapa gigitan, dia menyeka mulut, lalu menatap Reza Qiao, “Sejak kapan aku menjadi muridmu?”
“Bukankah kamu sudah berguru padaku sejak lama?”
“Omong kosong, seharusnya kamu yang adalah muridku.”
“Aku adalah muridmu? Apa yang bisa kamu ajarkan padaku? Mengajarkanku untuk mengemis?”
“Heng….” Kakek Gedy meniupkan kumisnya, “Apakah kamu mengira menjadi pengemis tidak membutuhkan keterampilan?”
“Kamu berkata seperti itu, jangan-jangan ingin mewariskan Teknik Tongkat Memukul Anjing?” kata Reza Qiao berseri-seri.
“Heng, apakah kamu mengira aku tidak bisa?” ujar Kakek Gedy dengan kesal.
“Jika bisa ayo tunjukkan beberapa jurus.”
“Tidak keperlihatkan padamu, hanya kuperlihatkan pada Nona Liu.”
“Dasar pelit.”
Rini Liu tidak tahan untuk tertawa, satu yang tua dan satu yang muda ini, sungguh lucu.
Kakek Gedy menatap Rini Liu, “Nona Liu, kapan kamu ingin melihat Teknik Tongkat Memukul Anjing, langsung cari aku saja, dijamin akan membuka mata wawasanmu.”
Rini Liu berdiri, “Aku tidak tertarik pada itu, karena Reza Qiao suka, kamu tunjukkan padanya saja.”
Kakek Gedy menggeleng kepala, “Tidak kuperlihatkan padanya, dia selalu menindasku.”
“Bagaimana dia menindasmu?” tanya Rini Liu.
“Dia berkata aku adalah muridnya.” ujar Kakek Gedy dengan gusar.
Rini Liu tertawa, “Reza Qiao setiap harinya menyebut diri sendiri sebagai Dewa, jika kamu adalah muridnya, bukankah kamu adalah Dewa kecil?”
“Aku tidak ingin menjadi Dewa kecil, aku ingin menjadi Dewa mahabesar.” kata Kakek Gedy.
Reza Qiao berkata, “Kakek Gedy, boleh juga jika kamu ingin menjadi Dewa mahabesar, tetapi kamu harus berguru padaku terlebih dahulu.”
“Bagaimana bisa menjadi Dewa besar jika berguru padamu, bukankah kamu tetap berada di atas aku? Lebih baik kamu saja yang berguru padaku, aku adalah Dewa mahabesar, kamu adalah Dewa besar.”
“Si tua pengemis, apakah kamu tunduk?”
“Tidak.”
“Jika kamu tidak berguru padaku, aku akan memukul pantatmu.” Reza Qiao mengangkat tangan.
Kakek Gedy bergegas menatap Rini Liu, “Nona Liu, kamu lihat, Reza Qiao menindasku lagi.”
“Kakek Gedy, kamu tenang saja, nanti akan kubereskan dia, dijamin dia tidak akan berani untuk menindasmu lagi.” kata Rini Liu.
“Kamu berencana bagaimana memberesinya?”
“Jika dia berani memukul pantatmu, aku akan memukul pantatnya juga setelah pulang nanti.”
“Baik, pukul pantatnya hingga terbelah dua.” Kakek Gedy menjadi girang.
Reza Qiao mengernyit, “Pantatku memang sudah terbelah menjadi dua.”
Kakek Gedy berkata, “Nona Liu, kalau begitu terbelah menjadi empat saja.”
Rini Liu mengangguk tanpa ragu, “Baik, terbelah empat.”
Reza Qiao menatap Rini Liu, “Apakah kamu benar akan sekejam itu?”
Rini Liu tersenyum penuh makna, “Takut?”
“Walau memukul menjadi terbelah delapan pun aku tidak takut, tetapi demi memudahkan kamu memukul pantatku, aku bisa melepaskan celanaku untukmu, tidak perlu menunggu pulang nanti, sekarang di dalam mobil juga bisa.” Reza Qiao tersenyum licik.
Wajah Rini Liu menjadi merah, lalu dia meludahi Reza Qiao, “Phui, dasar preman.”
“Aku menawarkan kemudahan untukmu, kenapa kamu mengatakan aku preman?”
“Kamu memang adalah preman rendahan.”
“Kenapa aku adalah preman rendahan? Kenapa bukan preman atasan?”
“Apa artinya preman atasan?”
“Ayo tebak.”
“Tidak bisa menebaknya.”
“Jika tidak bisa menebaknya, maka kamu lepaskan celana untuk kupukul pantatmu.” Reza Qiao menjulurkan tangan.
Rini Liu panik, dia takut Reza Qiao yang selalu bertindak di luar pada biasanya benar-benar akan melakukannya di depan umum, betapa memalukannya itu, dia bergegas berlari kembali ke mobil.
Reza Qiao tertawa terbahak-bahak.
Kakek Gedy juga tertawa, “Adik kecil, sebenarnya kamu yang takut kepada Nona Liu, atau Nona Liu yang takut padamu?”
Reza Qiao terkekeh, “Kamu akan tahu pada saat jamuan pernikahan.”
“Jamuan pernikahan dari siapa?”
“Tentu saja aku dan Nona Liu.”
Kakek Gedy tertawa, “Baik, pada saatnya nanti pastikan untuk memberiku undangan.”
“Memberi undangan apa, kenapa tidak aku yang mengutus orang untuk langsung menjemputmu ke sana saja?”
“Baik, baik, pada saatnya aku akan duduk semeja dengan Gurumu dan minum bersama.”
“Guruku?” Reza Qiao tertegun, lalu dia menatap lurus pada Kakek Gedy, perkataan Kakek Gedy yang seolah-olah tidak disengaja ini berhasil menarik perhatiannya.
Kakek Gedy berkata dengan santai, “Iya, Gurumu, ada apa?”
Reza Qiao menatap erat pada Kakek Gedy, “Bagaimana kamu tahu aku memiliki Guru?”
Kakek Gedy mengedipkan mata, “Memangnya Kungfu kamu ini sudah bisa sejak lahir? Tentu saja ada Guru. Bisakah Gurumu tidak datang pada jamuan pernikahanmu? Aku adalah Kakak besar kamu, memangnya tidak boleh duduk semeja dengan Gurumu?”
Reza Qiao memutar bola mata, sepertinya perkataan si tua ini masuk akal, lalu dia tersenyum dan mengangguk, “Baik, tidak masalah.”
Kakek Gedy meneruskan, “Reza Qiao, siapa Gurumu? Bolehkan beritahu aku?”
Reza Qiao tersenyum menatap Kakek Gedy, “Kamu tebak saja, jika bisa menebaknya, aku akan beritahu kamu.”
“Omong kosong, jika bisa menebaknya, kenapa masih perlu kamu beritahu?” Kakek Gedy tidak senang.
“Kalau begitu, tidak kuberitahu padamu.”
“Heng, cepat atau lambat aku juga akan tahu.”
“Pada saat jamuan pernikahan, kamu tentu akan tahu.”
“Hehe, belum tentu.”
Reza Qiao mengedipkan mata sambil menatap Kakek Gedy, jangan-jangan Kakek Gedy melihat sesuatu dari jurus Kungfunya? Jangan-jangan dulu Kakek Gedy kenal dengan Guru? Ataukah dia tidak kenal dengan Guru, tetapi mengetahui Kungfu dari aliran Guru?
Kakek Gedy menatap Reza Qiao dengan senyum berseri.
Novel Terkait
Anak Sultan Super
Tristan XuSuami Misterius
LauraGet Back To You
LexySi Menantu Dokter
Hendy ZhangThe Winner Of Your Heart
ShintaMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeIstri ke-7
Sweety GirlAsisten Bos Cantik×
- Bab 1 Jeritan dari Dalam Mobil BMW
- Bab 2 Di mana Si Mata Keranjang?
- Bab 3 Mengisap dengan Kuat
- Bab 4 Bagaimana Jika Aku Tidak Melakukannya
- Bab 5 Kamu Ada Berapa Telur?
- Bab 6 Kuat Sedikit
- Bab 7 Kakak Polwan Cantik Sangat Hebat
- Bab 8 Perawat Kecil dengan Mata Besar
- Bab 9 Siapa yang Menculik?
- Bab 10 Gelisah
- Bab 11 Akan Aku Perlihatkan Padamu
- Bab 12 Aku Juga Mau Jadi Pacarmu
- Bab 13 Datang dengan Kelompok
- Bab 14 Aku Ingin Menciuminya
- Bab 15 Si Iblis Sudah Gila
- Bab 16 Dengan Kasar Menodaiku
- Bab 17 Terlihat Semua
- Bab 18 Melakukannya Dua Kali
- Bab 19 Tidak Sebesar Sepupumu
- Bab 20 Tidak Perlu Ditemani Pria
- Bab 21 Aku Adalah Lelakimu
- Bab 22 Sebenarnya Ada Berapa Wanita yang Dia Miliki
- Bab 23 Jeritan dari Dalam Kamar
- Bab 24 Hanya Sebentar
- Bab 25 Pertama Kali Baru Seru
- Bab 26 Dewa Gagal
- Bab 27 Jika Teman Maka Jangan Sungkan
- Bab 28 Sangat Suka Berkeliaran dan Bersenang-Senang
- Bab 29 Benar-Benar Bisa membantumu Menjadi Besar
- Bab 30 Memang Pada Awalnya Sudah Besar
- Bab 31 Wanita Sepertiku Aku Mengajarimu
- Bab 32 Wangi Sekali
- Bab 33 Aku Ingin Mendapatkan Hatimu
- Bab 34 Tanganmu Sangat Halus
- Bab 35 Malam Ini Jadi Hantu Penggoda
- Bab 36 Menemukan Kakak Seperguruan
- Bab 37 Bagaimana Mengurutkan Peringkat Istri Tua dan Muda
- Bab 38 Semakin Begadang Semakin Kecil
- Bab 39 Keluar dari Penjara
- Bab 40 Pukul Pantat Jika Menangis Lagi
- Bab 41 Cinta Sampai ke Tulang-tulang
- Babak 42 Menambah Satu Nol Lagi
- Bab 43 Manusia Paling Pintar di Dunia
- Bab 44 Aku Takut Mengejutkan Wanita Cantik
- Bab 45 Kamu Ada Segagah Aku?
- Bab 46 Pertama, Kamu Harus Mati
- Bab 47 Segala Sesuatu Tentang Wanitaku Adalah Masalah Besar
- Bab 48 Aku Bisa Memuaskan Kamu
- Bab 49 Paman Akan Mengobatimu
- Bab 50 Bukan Orang, Maka Adalah Dewa
- Bab 51 Aku Belajar Sastra Denganmu
- Bab 52 Jangan Kasar pada Pacarku
- Bab 53 Aku Akan Meledakkanmu!
- Bab 54 Hubungan Pacaran Kakak dan Adik
- Bab 55 Aku adalah Penyelamatmu
- Bab 56 Benar-benar Menjadi Lebih Besar
- Bab 57 Serangan Hacker
- Bab 58 Sebentar Lagi Kamu Akan Berlutut
- Bab 59 Patahkan Betis Kecilnya
- Bab 60 Aku Mau Hatimu
- Bab 61 Lihat Siapa yang Paling Besar
- Bab 62 Bagaimana Jika Menjadi Nyonya Muda
- Bab 63 Milikku Juga Akan Mulai Bertumbuh
- Bab 64 Cepat Peluk Aku
- Bab 65 Main Trampolin
- Bab 66 Boleh Sesuka Hati Menyentuh Wanita
- Bab 67 Apakah Menginginkanya Sekarang
- Bab 68 Kamu Seperti Ini Juga Telah Menindasku
- Bab 69 Rela Melakukan Apapun
- Bab 70 Lakukan yang Nyata
- Bab 71 Kalau Kalah Kamu Jadi Istriku
- Bab 72 Sekaligus dengan Pengiring Pengantin
- Bab 73 Dimakan Secara Bersamaan
- Bab 74 Sebuah Teknik
- Bab 75 Ikut Aku untuk Menjemput Para Tamu
- Bab 76 Hadiah Kecil Ini Terlalu Berharga
- Bab 77 Sarapan yang Sangat Mahal
- Bab 78 Aku Datang untuk Menjemput Tamuku
- Bab 79 Tongkat Manusia Pertama di Dunia
- Bab 80 Tidak Hanya Hebat Makan, Tapi Juga Hebat Minum
- Bab 81 Kerabat
- Bab 82 Untuk Kalian
- Bab 83 Terserah Mau Bagaimana Menerimanya
- Bab 84 Kemari Duduk di Pangkuanku
- Bab 85 Apakah Kamu Bisa Menembak?
- Bab 86 Jangan Begitu Kasar
- Bab 87 Wanita Cantik Bunga Sekolah
- Bab 88 Bos Besar yang Sebenarnya
- Bab 89 Anak Muda yang Suka Belajar
- Bab 90 Beri Aku Uang dan Aku Menemanimu Bermain
- Bab 91 Garansi Selama 70 Tahun
- Bab 92 Lakukan Pertujukan Untukku
- Bab 93 Aku Adalah Wanitanya Reza Qiao
- Bab 94 Nama Anak Sudah Disiapkan
- Bab 95 Aku Mau Menjadi CEO Kembali
- Bab 96 Mengapa Begitu Gegabah
- Bab 97 Sangatlah Sempurna
- Bab 98 Cepat atau Lambat
- Bab 99 Reza Qiao Sudah Meninggal
- Bab 100 Orang Baik, Lepaskan Kami
- Bab 101 Hanya Ada Satu Kemungkinan
- Bab 102 Bagaimana Jika Mati Lemas
- Bab 103 Datang Beri Dukungan
- Bab 104 Penghargaan Penonton Terbaik
- Bab 105 Pembunuh Gurun
- Bab 106 Hanya Bisa Bertaruh
- Bab 107 Orang Baik Qiao
- Bab 108 Sangat bermanfaat
- Bab 109 Berpesta di Tengah Hutan
- Bab 110 Ke Arah Segitiga Emas
- Bab 11 Dua Ekor Babi Gemuk
- Bab 112 Sedikitpun Tidak Berpura-pura
- Bab 113 Nama Saya Erwin Liu
- Bab 114 Kamu Ingin Serius?
- Bab 115 Pramugari cantik
- Bab 116 Panggil Kakak Baik
- Bab 117 Aku Punya Sebuah Syarat
- Bab 118 Ada Wanita Cantik Mendukung di Belakang
- Bab 119 Seberapa Patuh Kamu
- Bab 120 Bersemangat
- Bab 121 Gadis Cantik Jangan Gugup
- Bab 122 Reza Sayang Tidak Mau Dengar
- Bab 123 Wanita Cantik juga Dipertaruhkan
- Bab 124 Raja Judi Baru Sudah Lahir
- Bab 125 Bertaruh Untuk Nyawamu
- Bab 126 Dewa Raja
- Bab 127 Lihat Apakah Kamu Tampan
- Bab 128 Peperangan Malam Hari di Pantai
- Bab 129 Aku adalah Pemuda Dewa Judi Itu
- Bab 130 Wanita Cantik Bebas Memilih
- Bab 131 Tidak Lebih Baik Dari Seorang Wanita
- Bab 132 Wanita Cantik Ini Untuk Kalian
- Bab 133 Siasat Seorang Wanita
- Bab 134 Mandi dan Duduk Manis Menunggu
- Bab 135 Mengapa Aku Belum Mati?
- Bab 136 Perusak Tempat Sudah Datang
- Bab 137 Raja Judi Dunia Sudah Datang
- Bab 138 4 Wanita Sekaligus
- Bab 139 Aku Sangat Suka Mentimun
- Bab 140 Kamu Saja Yang Mengambilnya Terlebih Dahulu
- Bab 141 Aku Punya Misophobia
- Bab 142 Bergelut Di Kasur
- Bab 143 Aku Memasang Taruhan 40 Triliun
- Bab 144 Dahsyat
- Bab 145 Peluru Terakhir
- Bab 146 Kematian Raja Judi
- Bab 147 Bajak Laut Cantik
- Bab 148 Tatapan Ini Sungguh Memikat
- Bab 149 Nyawamu Adalah Milikku
- Bab 150 Pertarungan Malam Dalam Rerumpunan Pohon
- Bab 151 Semakin Main Semakin Besar
- Bab 152 Ditekan Sampai Jadi Lurus
- Bab 153 Dipaksa oleh Kamu
- Bab 154 Tidak Terbiasa
- Bab 155 Tingkat Masturbasi Sangat Tinggi
- Bab 156 Domba Hitam
- Bab 157 Bagaimana Pendapat Kakak Ipar
- Bab 158 Tindakan Nyata
- Bab 159 Wanita Muda Cantik Yang Elegan
- Bab 160 Pria Muda Tampan Yang Sepertinya Dikenal
- Bab 161 Lelaki Legendaris Yang Berkarisma
- Bab 162 Ledakan Bom Tengah Malam
- Bab 163 Keberuntungan Yang Besar
- Bab 164 Masalah Ini Tidak Berhubungan Dengan Ketua
- Bab 165 Apanya Yang Menyenangkan
- Bab 166 Orang Berezeki
- Bab 167 Menggoda Sekali
- Bab 168 Suka Minum Susu
- Bab 169 Ada Orang Yang Akan Sial
- Bab 170 Berkata Dengan Memanfaatkan Kesempatan
- Bab 171 Hanya Sebuah Tujuan Kecil
- Bab 172 Apakah Nyaman?
- Bab 173 Keponakan dalam masalah
- Bab 174 Mana Ada Jadi Lebih Besar?
- Bab 175 Semakin Lama Semakin berani
- Bab 176 Sebenarnya Apakah Ada Siasat Lanjutan
- Bab 177 Tugas Indah
- Bab 178 Lumayan Menyukai Gadis Cantik Ini
- Bab 179 Tak Terduga Sekali
- Bab 180 Memuaskan Si Tua Wang
- Bab 181 Lepaskan Dia
- Bab 182 Semakin Dipikir Semakin Terasa Takut
- Bab 183 Orang Ini Pasti Akan Sukses
- Bab 184 Sudah Ingin Menjadi Dewi
- Bab 185 Tidak Apa-Apa Jika Tidak Terima
- Bab 186 Benar-Benar Mudah Merasa Puas
- Bab 187 Bergelut Di Sofa
- Bab 188 Menghantam Batu Dengan Telur
- Bab 189 Membagi Kubu
- Bab 190 Mengambil Pekerjaan
- Bab 191 Rindu Dengan Kakak Baik
- Bab 192 Benar-Benar Dirusak
- Bab 193 Penggal Kepala
- Bab 194 Tusukan Pisau Ini Kejam Sekali
- Bab 195 Musuh Yang Sama
- Bab 196 Hadiah Besar
- Bab 197 Pekerjaan Sampingan